BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1.
Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes RI, 2010).
Pertumbuhan
fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat diukur, aspek peningkatan
ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel. Indikator
ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur
skelet dan karakteristik seksual (Potter & Perry, 2005).
(Gambar 2.1) Pertumbuhan pada usia 0-5
tahun
Menurut
Nursalam (2008) pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah
banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel.
Pertumbuhan
mencakup perubahan fisik yang terjadi sejak priode prenatal sampai masa dewasa
lanjut yang dapat berupa kemajuan atau kemunduran. Anak yang berusia muda
pertumbuhanya lebih cepat di banding anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa
pertumbuhan tinggi badan akan berhenti. Memasuki usia lanjut akan terjadi
penurunan tinggi badan yang di ikuti penyusutan otot dan tulang.
2.
Perkembangan
Perkembangan
adalah bertambahnya struktur fungsi tubhyang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gera halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Kemenkes RI, 2010).
Perkembang
adalah bertambahnya kemampuan struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
deferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang terorganisasi
(Nursalam, 2008).
Perkembangan
adalah perubahan bentuk yang di mulai saat konsepsi dan terus berlanjut
sepanjang satu masa kehidupan. Bentuk ini termasuk perubahan biologis, kognitif dan
sosioemosional yang terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan
bersifat dinamis dan melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh
perkembangan kognitif pada usia lanjut dapat di lihat dari sikap bijaksana
dalam mengambil keputusan karena adanya faktor pengalama, tetapi mereka sulit
bertindak seperti orang muda saat di butuhkan kecepatan dalam proses informasi
(Potter & Perry, 2009).
Individu
memiliki bentuk pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Kemajuan dalam setiap
fase perkembangan akan mempengaruhi kesehatan individu. Keberhasilan atau
kegagalan dalam suatu fase akan mempengaruhi kemampuanya dalam menyelesaikan
fase berikutnya. Jika individu mengalami kegagalan perkembangan yang berulang,
akan meningkatkan kesehatan. Seorang anak yang tidak belajar berjalan pada usia
20 bulan menunjukan keterlambatan perkembangan motorik kasar. Seorang anak usia
10 bulan yang sudah bisa berjalan akan mampu meningkatkan pembelajarannya melalui
eksplorasi lingkungan (Potter & Perry, 2009).
B.
CIRI-CIRI
DAN PRINSIP-PRINSIP TUMBUH KEMBANG ANAK
Menurut
Potter & Perry (2009) ciri-ciri pertumbuhan yaitu :
1. Dalam
pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalani hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar
dada, dan lain- lain.
2. Dalam
pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3. Pada
pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau
hilangnya refleks-refleks tertentu.
4. Dalam
pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Menurut Potter &
Perry (2009) ciri-ciri perkembangan yaitu :
1.
Perkembangan selalu melibatkan proses
pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem
reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2.
Perkembangan memiliki pola yang konstan
dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju
ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.
3.
Perkembangan memiliki tahapan yang
berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan
melakukan hal yang sempurna.
4.
Perkembangan setiap individu memiliki
kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
5.
Perkembangan dapat menentukan
pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus
melewati tahap demi tahap.
Kemenkes
RI (2010) menyatakan Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang
saling berkaiatan. Cirri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Perkembangan menimbulkan perubahan
Perekembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap
awal menetukan perkembangan selanjutnya
Setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya sebagai contoh seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum
ia bisa berdiri.
3)
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda
Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
4)
Perkembangan berkorelasi dengan
pertumbuhan
Pada
saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demekian terjadi
peningkatan mental, memori, daya alar, asosiasi dan lain-lain.
5)
Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hokum yang tetap yaitu :
a. Perkembangan
terjadi terlebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal/ anggota
tubuh.
b. Perkembangan
terjadi lebih dahulu didaerah proksimal ( gerak kasar) lalu berkembangan
kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus ( pola
proksimodistal).
6)
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar koatak anak mampu berdiri
sbelum berjalan dan sebagainya.
C.
TAHAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TUMBUH KEMBANG
ANAK
Menurut
Nursalam (2008), tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam
kandungan sampai 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO,
yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun.
1.
Tahapan
tumbuh kembang
Pada
dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang
dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling
memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak.
Ada
beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak. Menurut Soetjiningsih
(2002), tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Masa
pranatal ( konsep-lahir), terbagi atas :
a. Masa
embrio (mudigah) : masa konsepsi-8 minggu
b. Masa
janin (fetus): 9 minggu-kelahiran
2. Masa
pascanatal, terbagi atas :
a. Masa
neonatal usia 0-28 hari
1) Neonatal
dini ( perinatal ) : 0-7 hari
2) Neonatal
lanjut : 8-28 hari
b. Masa
bayi
1) Masa
bayi dini : 1-12 bulan
2) Masa
bayi akhir : 1-2 tahun
3. Masa
prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagian atas :
a. Prasekolah
awal ( masa balita ) : mulai 2-3 tahun
b. Prasekolah
akhir : mulai 4-6 tahun
4. Masa
sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas:
a. Wanita
: 6-10 tahun
b. Laki-laki
: 8-12 tahun
5. Masa
adolesensi atau masa remaja, terbagi atas :
a. Wanita
: 10-18 tahun
b. Laki-laki
: 12-20 tahun
Setiap anak akan melewati tahapan
tersebut secara fleksibel dan keseimbangan. Misalnya, pencapaian kemampuan
tumbuh kembang pada masa bayi tidak selalu dicapai persis pada usia 1 tahun,
tetapi terdapat dicapai lebih awal atau terlambat -dari satu tahun. Masing-masing
tahap memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakter. Dari
tahapan-tahapan tersebut, yang akan dibahas pencapaian tumbuhan kembangnya
adalah masa pranatal, neonatal, masa bayi, balita, dan prasekolah. Penekanan
ini disesuaikan dengan ruang lingkup tenga perawat yang lebih banyk memberikan
asuhan pada bayi dan balita.
D.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK
Nursalam
(2008) mengatakan bahwa pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara
anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh intraksi banyak faktor.
Menurut
Kemenkes RI (2010), pada umumnya anak mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan noramal yang merupakan hasil interaksi banayak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut anatara lain :
Faktor
dalam (internal)
a.
Genetika
Faktor
genetika akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat
seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang, yaitu :
1)
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2)
Keluarga
3)
Umur
4)
Jenis kelamin
5)
Kelainan kromosom
b.
Pengaruh hormon
Pengaruh
hormon sudah terjadi sejak masa pranatal, yaitu saat janin berumur 4 bulan.
Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang
berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
Faktor dalam (internal)
Selain faktor internal Soetjiningsih (2007) mengatakan
ada pula yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Faktor eksternal adalah
segala sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang
diperoleh dari lingkungan. Faktor eksternal terdiri dari :
1. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yng dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi 3 yaitu pranatal,
kelahiran, dan pasca natal.
a. Faktor
pranatal
1)
Gizi, nutrisi ibu hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir tahun.
2)
Mekanis. Posisi janin yang abnormal
dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot.
3)
Toksin, zat kimia, radiasi.
4)
Kelainan endokrin
5)
Infeksi TORCH atau penyakit menular
seksual.
6)
Kelainan imunologi
7)
Psikologis ibu
b. Faktor
kelahiran
Riwayat
kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala
pada bayi sehingga berisiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
c. Faktor
pascanatal
Seperti
halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
adalah gizi, penyakit kronis/kelainal kongenital, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan
obat-obatan.
2. Faktor Alam atau Geografis
Lingkungan alam atau geografis di mana individu
tinggal akan berpengaruh terhadap terhadap perkembangan dan perilaku individu.
Seseorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan akan memiliki
sifat-sifat dan kecakapan untuk mengatasi tantangan di daerah tersebut. Kondisi
alam daerah pertanian yang relatif sunyi, jauh dari kebisingan akan membentuk
individu-individu memiliki kebiasaan berbicara pelan dan memiliki berbagai
keterampilan yangberkaitan dengan bidang pertanian. Berbeda dengan
individu-individu yang terlahir dan besar di daerah pegunungan, mereka yang
terlahir dan dibesarkan didaerah pantai yang selalu bising dengan suara ombak,
biasanya mereka memiliki kebiasaan bicara keras dan memiliki keterampilan yang
banyak berkaitan dengan bidang kelautan.
3. Faktor Sosial
Sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial
di mana ia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa membutuhkan atau berhubungan
dengan orang lain. Faktor-faktor yang menyangkut hubungan seorang manusia
dengan manusia lainnya inilah yang disebut dengan lingkungan sosial. Hubungan
yang terjadi dapat berbentuk hubungan antara individu dengan individu, hubungan
antara individu dengan kelompok, atau hubungan atntara kelompok dengan
kelompok. Hubungan juga dapat berlangsung dalam berbagai situasi, seperti
situasi kekeluargaan, situasi kedinasan, situasi belajar, dan sebagainya.
Situasi sosial di mana individu berada tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosial yang
diwarnai gotong royong dan kebersamaan akan memiliki karakteristik yang berbeda
dari individu yang tumbuh di lingkungan yang diwarnai dengan kompetisi atau
persaingan.
4. Faktor Budaya
Lingkungan budaya merupakan lingkungan yang berkenaan
dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil kreasi yang konkrit maupun yang
abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan,
lembaga-lembaga, adat kebiasaan, dan lain-lain. Manusia adalah makhluk yang
berbudaya dan membudaya. Mereka bukan saja menerima, turut melestarikan,
menikmati, dan memanfaatkan hasil-hasil kebudayaan, tetapi juga menciptakan
kebudayaan. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu berkembang dan
berperilaku. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia terlahir dengan beberapa
kelebihan di antaranya adalah kemampuan berpikir, berinteraksi, berkreasi, dan
bermoral.
5. Faktor Politik dan keamanan
Lingkungan politik dan keamanan merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan individu. Keduanya mempunyai pengaruh yang tidak
kalah besarnya dibandingkan dengan lingkungan yang lain terhadap perkembangan
individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman, anak-anak dan remaja
serta yang masih dalam kandungan ketika terjadi perang dunia sebagian besar
menderita stress dan kegugupan. Sebagian besar atau mungkin juga seluruh
anak-anak dan pemuda Palestina memiliki rasa benci terhadap Israel.
6. Faktor Agama
Bagi orang-orang yang taat beragama, lingkungan
keagamaan memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan
yang lain. Hal demikian karena kepatuhan terhadap ketentuan agama bukan hanya
dilatarbelakangi oleh kebiasaan, peniruan, penyamaan diri, rasa senang, dan
rasa bangga sebagaimana yang terjadi pada lingkungan sosial maupun budaya,
melainkan karena adanya keharusan dan rasa tanggung jawab terhadap
kewajiban-kewajiban agama.
E.
KEBUTUHAN
DASAR UNTUK TUMBUH KEMBANG
Menurut
Nursalam (2008), Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi
oleh hasil interaksi antara faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi
tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.
Menurut
Soetjiningsih (2007), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu asuh, asih dan asah.
1.
Asuh
( kebutuhan fisik-biomedis)
Yang termasuk kebutuhan
asuh adalah :
a. Nutrisi
yang mencukupi dan seimabang
Pemberian
nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai dalam kandunagan, yaitu
dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai
pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara
eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak
berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk meletih kebiasaan
makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada
masa bayi da prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak (Soetjiningsih 2007).
b.
Perawatan kesehatan dasar
Untuk
mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapa upaya,
misalnya, imunisasi, kontrol ke puskesmas/posyandu secara berkala, diperiksakan
segera bila sakit (Soetjiningsih 2007).
c. Pakaian
Anak
perlu mendapatkan pakaina yang bersih dan nyaman dipakai.
d. Perumahan
Dengan
pemberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut akan membantu anak untuk
bertumbuh kembang secara optimal.
e. Higiene
diri dan lingkungan
Kebersihan
badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi risiko tertularnya
berbagai penyakit infeksi.
f. Kesegaran
jasmani (olahraga dan rekreasi)
Aktivitas
olahraga dan reakreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tubuh dan
membuang sisa metabolisme, selain itu juga membuat meningkatkan motorik anak,
dan aspek perkembangan lainnya (Soetjiningsih 2007).
2.
Asih
(kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Pemenuhan
kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimuali sedini mungkin. Bahkan, sejak
anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak psikologis antara ibu dan
anak, misalnya, dengan mengajak berbicara/mengeluaskan. Setelah lahir, upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mendekap bayi kedada ibu segera setelah lahir.
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu dengan anak sangatlah
penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari,
merangsang perkemabang otak anak, serta
merangsang perhatian anakterhadap dunia luar. Oleh karena itu Soetjiningsih
(2007) mengatakan kebutuhan asih ini meliputi :
a.
Kasih sayang orang tua
Orang
tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti
memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan
hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang
(Soetjiningsih 2007).
b.
Rasa aman
Adanya
intraksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman bagi
anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
c.
Harga diri
Setiap
anak ingin diakui keberadaan dan keinginananya. Apabila anak diacuhkan maka hal
ini dapat menyebabkan frustasi.
d.
Dukungan /dorongan
Dalam
melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungan. Apabila
orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut
dapat menyebabkan anak raggu-ragu dalam
melakukan setiap aktivitas.
e.
Mandiri
Agar
anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk
tidak selalu tergantung pada lingkungannya.
f.
Rasa memiliki
Anak
perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang
dipunyainya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk
memelihara barangnya.
g.
Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan,
dan pengalaman
Anak
perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan
sifat-sifat bawaaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua memaksakan
keinginan untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatiakan kemauan anak
(Soetjiningsih 2007).
3.
Asah (kebutuhan stimulasi)
Stimulasi
adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan
bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang berkurang
mendapatkan stimulasi. Pembahasan mengenai bagaimana cara untuk memberikan
stimulasi dengan bermain.
Pemberian
stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir
dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedinikan mungkin. Asah merupakan
kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan
dengan pendidikan dan pelatihan (Soetjiningsih 2007).
F.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN ANAK MENURUT UMUR
Tahapan
perkembangan anak menurut Kemenkes RI (2010), anata lain :
1.
Umur
0-3 bulan
a.
Mengakat kepala setinggi 450
b.
Menggerakan kepala dari kiri/kanan
ketengah
c.
Melihat dan menatap wajah anda
d.
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan
mengoceh
e.
Suka tertawa keras
f.
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
g.
Membalas tersenyum ketika diajak
berbicara/tersenyum
h.
Mengenal ibu dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, kontak.
(Gambar
2.2)
Tahap Perkembangan Anak Usia 0-3 bulan
2.
Umur
3-6 bulan
a.
Berbalik dari telungkup ketelentang
b.
Mengankat kepala setinggi 900
c.
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak
dan stabil
d.
Menggegam pensilmeraih benda yang ada
dalam jangkauanya
e.
Memegang tangannya sendiri
f.
Berusaha memperluas pandangan
g.
Mengarahkan matanya pada benda-benda
kecil
h.
Mengeluarkan suara gembira bernada
tinggi atau memikik
i.
tersenyum ketika melihat mainan/gambar
yang menarik say bermain sendiri
(Gambar
2.3)
Tahap Perkembangan Anak Usia 3-6 bulan
3.
Umur
6-9 bulan
a.
Duduk ( sikap tripoid-sendiri)
b.
Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga
senagian berat badan
c.
Merangkak meraih mainan atau mendekati
seseorang
d.
Memindahkan benda dari satu tangan
pegang 1 benda pada saat yang bersamaan
e.
Memungut benda sebesar kacang dengan
cara meraup
f.
Bersuara tanpa arti, mamama,bababa,dadada,tatata
g.
Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
h.
Bermainan tepuk tangan/ciluk ba
i.
Bergembira denganmelempar benda
j.
Makan kue sendiri
(Gambar
2.4)
Tahap Perkembangan Anak Usia 6-9 bulan
4.
Umur
9-12 bulan
a.
Mengakat badannya keposisi berdiri
b.
Belajar berdiri selama 30 detik atau
berpegangan dikursi
c.
Dapat berjalan dengan dituntun
d.
Mengulurkan lengan/badan untuk meraih
mainan yang diinginkan
e.
Menggenggam erat pensil
f.
Memasukan benda kemulut
g.
Mengulang menirukan bunyi yang didengar
h.
Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa
arti.
i.
Mengesplorasi sekitar, ingin tahu, ingin
menyentuh apa saja.
j.
Bereaksi terhadap suara yang perlahan
atau bisikan.
k.
Senang diajak bermain”ciluk ba”.
l.
Mengenal anggota keluarga, takut pada
orang yang belum dikenal.
(Gambar
2.5)
Tahap Perkembangan Anak Usia 9-12 bulan
5.
Umur
12-18 Bulan
a.
Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
b.
Membungkuk memungut mainan kemudian
berdiri kembali.
c.
Berjalan mundur lima langkah.
d.
Memanggil ayah dengan kata “papa”
memanggi ibu dengan kata “mama”.
e.
Menumpuk 2 kubus.
f.
Memasukan kubus kekotak.
g.
Menunjuk Apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik
tangan ibu.
h.
Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.
(Gambar
2.6)
Tahap Perkembangan Anak Usia 12-18 bulan
Menurut Nelson
(1999), perkembangan anak pada usia 12-18 bulan atau pada tahun kedua berupa
perkembangan fisik, emosi dan bahasa.
a)
Perkembangan fisik
Tingkat
pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun kedua dan nafsu makan menurun, lemak
bayi dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbal lordisis berlebihan membuatn
perut menonjol. Otak terus tumbuh dengan mielinisasi sepanjang tahun kedua.
Sebagian
besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun. Sebagian lagi
tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan.
Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal, bayi
yang kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki
obyek-obyek secara terperinci berjalan lebih lambat (Nelson, 1999).
b)
Perkembangan kognitif
Penjelajahan
benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan dan pelepasan hampir
sepenuhnya matur dan berjalan bertambah kehal-hal yang menarik. Anak yang baru
belajar berjalan menggambungkan obyek-obyek dengan cara-cara baru untuk
menciptakan hal-hal yang menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakkan
barang kedalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk
digunakan pada maksud-maksud terjual ( sisir untuk rambut, cangkir untuk
minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar
yang penting. Permainan khayalan berpusat pada tubuh anak itu sendiri
(Nelson,1999).
c)
Perkembangan emosi
Bayi-bayi
yang berkembang mendekati kejadian penting dari langkah-langkah pertama mereka
mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati utama
mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang
yang dimamukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan untuk mengatur
jarak antara mereka sendiri dan orang tua mereka. Mereka sering berputar
mengelilingi mstshsri, berpindah-pindah, menoleh kebelakang, bergerak lebih
jauh dan kemudian kembali untuk mendapatkan sentuhan yang menenangkan dari
orang tua mereka (Nelson,1999).
d)
Perkembangan bahasa
Penerimaan
bahasa mendahului perasaan. Ketika mulai bayi mengucapkan kata-kata pertamanya,
kira-kira 12 bulan, mereka mulai menganggap dengan tepat beberapa contoh
pertanyataan sederhana seperti “ tidak”, “selamat tinggal”, “saya Minta”. Pada
15 bulan, rata-rata anak menunjukkan pada bagian-bagian utama pada tubuh dan
mengunakan 4-6 kata-kata sepontan dan benar termasuk kata benda, nama diri.
Anak yang baru belajar berjalan juga menikmati kata-kata dengan suku kata yang
banyak (Nelson,1999).
6.
Umur
18-24 bulan
a.
Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30
detik.
b.
Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c.
Bertepuk tangan,melambai-lambai.
d.
Menumpuk 4 buah kubus.
e.
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan
jari telunjuk.
f.
Mengelindingkan bola kearah sasaran.
g.
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
h.
Membantu/menirukan pekerjaan rumah
tangga.
i.
Memegang cangkir sendiri, belajar makan,
minum sendiri.
(Gambar
2.7)
Tahap Perkembangan Anak Usia 18-24 bulan
7.
Umur
24-36 bulan
a. Jalan
naik tangga sendiri
b. Dapat
bermain dan menendang bola kecil mencoret-coret pensil pada kertas
c. Bicara
dengan baik, menggunakan 2 kata.
d. Dapat
menunjukan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
e. Melihat
gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
f.
Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta.
g. Makan
nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
h. Melepas
pakaiannya sendiri.
(Gambar
2.8)
Tahap Perkembangan Anak Usia 24-36 bulan
8.
Umur
36-48 bulan
a. Berdiri
1 kaki 2 detik
b. Melompat
kedua kaki diangkat
c. Mengayuh
sepeda roda tiga
d. Menggambar
garis lurus
e. Menumpuk
8 buah kubus
f.
Mengenal 2-4 warna
g. Menyebut
nama, umur tempat
h. Mengerti
arti kata diatas, dibawah, didepan
i.
Mendengarkan cerita
j.
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k. Bermain
bersama-sama teman, mengikuti aturan permainan
l.
Mengenakan sepatu sendiri
m. Mengenakan
celana panjang, kemeja, baju
(Gambar
2.9)
Tahap Perkembangan Anak Usia 36-48 bulan
9.
Umur
48-60 bulan
a. Berdiri
satu kaki 6 detik
b. Melompat-lompat
1 kaki
c. Menari
d. Menggambar
tanda silang
e. Menggambar
lingkaran
f.
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. Mengancing
baju atau pakaian boneka
h. Menyebut
nama lengkap tanpa dibantu
i.
Senang menyebut kata-kata baru
j.
Senang bertanya tentang sesuatu
k. Menjawab
pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l.
Bicaranya mudah dimengerti
m. Bisa
membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya
n. Menyebut
angka, menghitung jari
o. Menyebut
nama-nama hari
p. Berpakaian
sendiri tanpa dibantu
q. Menggosok
gigi tanpa dibantu
r.
Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika
ditinggal ibu
(Gambar
2.10) Tahap Perkembangan Anak Usia 48-60 bulan
10. Umur 60-72 bulan
a. Berjalan
lurus
b. Berdiri
dengan satu kaki selama 11 detik
c. Menggambar
dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
d. Menangkap
bola kecil dengan kedua tangan
e. Menggambar
segiempat
f.
Mengerti arti lawan kata
g. Mengerti
pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
h. Menjawabpertanyaan
tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
i.
Mengenal angka, bisa menghitung angka
5-10
j.
Mengenal warna-warni
k. Mengungkapkan
simpati
l.
Mengikuti aturan permainan
m. Berpakaian
sendiri tanpa dibantu.
Tahun-tahun
pra sekolah
Antara usia 2 dan 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan
dari priode sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan yang luasdan dibentuk
kembali oleh tambahan bahasa yang rumit. Sebagai contoh adalah tantangan
penganturan diri sendiri dalam
menghadapi kemungkinan dorongan yang besar. Masalah ini, pada masa
pertumbuhan muncul kembali seperti anak menghadapi tempat bermain yang ramai
atau suatu ruangan kelas pra sekolah. Ketegangan antara pertumbuhan perasaan
otonomi anak dan keterbatasan internal maupun eksternal, menentukan pusat
dinamis usia ini. Ketegangan ini dipengaruhi oleh dan selanjutnya mempengaruhi
perkembangan dibanyak bidang (Nelson,1999).
Nelson (1999)
mengatakan beberapa perkembangan pada usia 2-5 tahun yaitu:
1.
Perkembangan fisik
Pada
akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang
seimbang pada kebutuhan nutrisi dan napsu makan. Antara usia 2 dan 5 tahun,
rata-rata pertambahan berat badan anak bertambah kira-kira 2kg, tinggi badan 7m
setiap tahun. Bagian utama perut anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih
langsing. Pucak energi dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/24jam,
biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada
usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada
usia 3 tahun.
Kemandirian
biasanya dilakukan pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk
mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus
menggambarkan kecendrungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar
(Nelson,1999).
2.
Bahasa, kognisi, dan permainan
a)
Bahasa
Perkembangan
bahsa terjadi paling cepat antar usia 2dan 5 tahun. Perbendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata samapi 2000 lebih. Perbedaan yang penting antara
percakapan, produksi suara yang dapat di mengerti dan bahasa mendasari tindakan
metal. Bahasa mencangkup fungsi pengungkapan maupun penerimaan. Pada umum nya
masalah percakapan lebih dapat dinilai untuk terapi daripada maslah biasa.
Bahasa
adalah barometer yang kritis dari
perkembangan kognitif maupun emosi. Retardasi mental mungkin mula-mula menjadi
jelas pada biara yang tertunda pada kira-kira usia 2tahun. Meskipun tanda-tanda
yang lebih awal telah dilupakan. Anak yang diperlakukan dengan kejam dan
diacuhkan, dikolerasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan untuk
menyampaukan keadaan emosi (Nelson,1999).
b) Kognisi
Periode
prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional piaget ( pralogika),
ditandai oleh pemeriksaan ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh
kesadaran. Pemikiran ajaib keracunan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab
dan akibat, aninisme (menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian)
dan kepercayaan yang tidak realistik mengenai kekuatan hasrat. Anak mungkin
percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahari
turun atau bahwa perasaan marah kepada saudara kandung sesungguhnya dapat
membuat saudaranya sakit (Nelson,1999).
c) Bermain
Selama
priode prasekolah, bermain ditandai dengan penambahn kompleksitas dan khayalan,
dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan
meletakkan bayi di tempat tidur (usia2 atau 3 tahun) keskenario yang lebih luas
mencangkup kejadian tunggal seperti pergi kekebun binatang atau pergi
berwisata.
Bermain
memungkinkan anak mengalami kemenangan dengan menyelesaikan teka-teki, berlatih
berperan orang dewasa, meniru peran menyerang bukannya korban (menampar
boneka), meniru kekuatan super (memaikan dinosaurus dan pahhlawan super), dan
mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam kehidupan nyata (membuat percaya orang
atau binatang kesayangan).
3.
Perkembangan emosi
Tantangan
emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan
sementara mempertahankan rasa pengawasan
diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan seksual, dan interaksi dengan
lingkungan orang dewasa dan teman-teman yang semakin luas. Pada usia 2tahun,
pembatasan timgkah laku teruma eksternal, pada usia 5 tahun,
pengontrolan-pengontrolan ini diperlukan kendali jika anak harus berfungsi
dalam kelas yaang khas. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada
perkembangan emosi sebelumnya, khususnya kemampuan mengunakan bayangan
internalisasi dari orang dewasa yang dipercaya untuk memberikan rasa aman pada saat stres. Anak perlu mempercai diri
sendiri terhadap dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosi
(Nelson,1999).
Tahun-tahun awal sekolah
Pada anak usia
antara 6-12tahun, priode yang kadang-kadang disebut sebagai masa anak-anak
pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk
memikirkan banyak factor secara silmutan takkan memberikan kemampuan pada anak
usia-sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi
teman-temannya. Sebagai akibatnya, menghargaan diri menjadi masalah sentral.
Perkembangan kesehatan membutuhkan peningkatan pemisahan dalam kelompok yang
sepadan serta merundingkan tantangan yang berada didunia luar (Nelson, 1999).
1.
Perkembangan fisik
Pertumbuahan
selam priode tersebut rata-rata 3-3,5 kg (7lb), dan 6cm (2,5 inci). Lingkar
kepala tumbunhnya hanya 2-3 cm selama priode tersebu, menandakan pertumbuhan
otak yang melambat, karena proses mielinisasi sesudah sempurna pada usia 7
tahun (Nelson,1999).
Pertumbuhan
wajah bagian tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua
(bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar 6 tahun
setelah tumbuhnya gigi moral utama. Pengantian dengan gigi dewasa terjadi pada
kecepatan sekitas 4tahun. Jaringan limfoid hipertropi, sering ditimbulkan
tonsil dan adenoid yang menegaskan, yang kadang-kadang membutuhkan penangan
pembedahan.
Kekuatan
otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkatkan terus menerus, seperti hal
nya kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti menari,
melempar bola basket, atau bermain piano. Organ-organ seksual secara fisik
belum matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku
seksual tetap aktif (Nelson,1999).
2.
Perkembangan kognitif dan bahasa
Pemikiran
anak usia sekolah secara kualitas verdeba dari pemikiran anak yang lebih muda
1-2 tahun. Pada tempat kognisi yang berdaya tarik, egosentris, dan terkait
persepsi, anak usia sekolah semakin memperatekkan aturan-aturan yang
berdasarkan padafenomena yang dapat diamati, faktor pada banyak demensi dan
pandangan, serta menginterpretasi persepsinya verdasarkan teori-teori yang
realistik mengenai hukum-hukum nyata (Nelson,1999).
3.
Perkembangan emosi dan sosial
Dalam
teori psikoanalitis, masa laten mengikuti penyelesaian konflik oedipus, karena
energi seksual dipusatkan jauh dari objek larangan aslinya, orangtua, dan
kearah pencapaian penyelesaian yang diterima secara sosial. Sebagai bagian dari
pemecahan masalah, pertimbangan moral orangtua diinternalisasikan sebagai
superego. Pengamatan yang mendukung teori ini meliputi pengurangan labilitas
emosi terhadap orang tua dan peningkatan keterlibatan dalam hubungan diluar
rumah. Perkembangan emosi dan sosial berkelanjutan pada tiga kontenks, yaitu
rumah, sekolah, dan lingkungan (Nelson,1999).
G.
PENILAIAN
TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
Menurut
Hidayat (2008) terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi tumbuh kembang anak, diantaranya dengan pengukuran antropometri,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
1)
Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran
antropometri terdapat 2 cara dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan
usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia (Hidayat, 2008).
Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi
badan berdasarkan usia, dan lain-lain. Pengukuran tidak berdasarkan berdasarkan
usia misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan
atas berdasarkan tinggi badan, dan lain-lain.
a.
Pengukuran Berat Badan
Pengukuran
berat badan digunakan untuk menilai paeningkatan atau penuruan semua jaringan
yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh dan cairan tubuh
sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak (Hidayat,
2008).
Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan presentasi
dari median sebagai berikut: antara 80 – 100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting).
Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan
presentil sebagai berikut: persentil 72-25 dikatakan normal, persentil 10-5
dikatakan malnutrisi sedang, dan
kurang dari persentil 5 dikatakan malnutrisi
berat (Hidayat, 2008).
Tabel 2.1 Ukuran
Berat Badan Berdasarkan Usia Anak
Selain penggunaan
standar baku NCHS juga dapat digunakan Kartu Menuju Sehat(KMS).
(Gambar 2.11) Gambar
Kartu Menuju Sehat
b.
Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk
menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat
mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat,
2008).
Penilaian tinggi badan berdasarkan
usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu menggunakan presentase dari
median sebagai berikut : lebih dari atau sama dengan 90 % dikatakan normal, sedangkan kurang dari 90%
dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).
(Gambar 2.12) Grafik Tinggi Badan Anak
c.
Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala ini
digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian
ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil yang
abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya retardasi mental atau
pertumbuhan otak membesar yang abnormal (volume kepala meningkat) yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Penilaian ini
dapat dilakukan dengan cara menggunakan kurva lingkar (Hidayat,
2008).
(Gambar 2.13) Grafik Lingkar Kepala Pada Anak
Perempuan
(Gambar 2.14) Grafik Lingkar Kepala Pada Anak
Laki-Laki
d.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Penilaian
ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini tidak
banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila di bandingkan dengan
berat badan.
Untuk menilai perkembangan anak, hal
yang dapat dilakukan pertama kali adalah melakukan wawancara tentang factor
kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining
perkembangan anak dengan DDST, tes IQ dan tes psikologi, atau pemeriksaan
lainnya (Hidayat, 2008).
Pada saat ini terdapat beberapa
perkembangan dalam penggunaan tes DDST, misalnya revisi atau perubahan dalam
penggunaan tes yang dikenal dengan nama DDST
II. Pada awalnya tes ini dikenal dengan nama DDST, kemudian terjadi
revisi dengan nama DDST-R dan saat ini menggunakan istilah DDST II yang sudah
mengalami penyempurnaan dalam pengukuran.
Hidayat (2008) mengatakan penilaian
DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 faktor, diantaranya terhadap
personal social, motorik halus, bahsa dan motorik kasar dengan persyaratan tes
sebagai berikut:
1.
Lembar formulir DDST II
2.
Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah;
manic-manik; kubus berwarna merah, kuning, hijau, dan biru; permainan bola
kecil; serta bola tenis kertas dan pensil.
Adapun cara pengukuran DDST
dijabarkan sebagai berikut:
a)
Tentukan usia anak saat pemeriksaan
b)
Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia yang telah
di tentukan
c)
Lakukan pengukuran pada anak tian komponen dengan
batasan garis yang ada mulai motorik kasar, bahsa, motorik halus dan personal
social
d)
Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan atau
abnormal.
(Gambar 2.15) Lembar Formulir DDST II
Dikatakan meragukan apabila terdapat
2 keterlambatan/ lebih pada 2 sektor atau
2 keterlambatan/ lebih pada 1 sektor ditambah 1 keterlambatan pada 1
sektor/ lebih.
Dikatakan meragukan apabila terdapat
2 keterlambatan/lebih pada 1 sektor atau
terdapat 1 keterlambatan pada 1 sektor/lebih.
Dapat juga dengan menentukan ada
tidaknyya keterlambatan pada masing-masing sector bila menilai setiap sector
atau tidak menyimpulkan gangguan perkembangan keseluruhan.
H.
GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
Menurut
Kemenkes RI (2010) gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan antara lain :
1.
Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan
berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan
berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2.
Cerebral palsy
Merupakan
suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif yang disebabkan
oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3.
Sindrom down
Anak
dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenitifnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom
21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa
factor seperti kelainan jantung congenital, hipotenia yang berat, masalah
biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik dan keterampilan untuk mendorong diri sendiri.
4.
Perawakan pendek
Short stature
atau perawakan pendek meruapakan suatu terminology mengenai tinggi Abadan yang
berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal, gangguan gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5.
Gangguan autisme
Merupakan
gangguan pekembangan pervetif pada anak yng sengajanya muncul sebelum anak
berumur 3 tahun. Perventif bearti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga
gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autism mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6.
Retardasi mental
Meruapakan
suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah ( IQ< 70 ) yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7.
Gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang
seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes RI, 2010).
Perkembangan adalah perubahan bentuk yang
di mulai saat konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa kehidupan.
Bentuk ini termasuk perubahan biologis,
kognitif dan sosioemosional yang terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan
bersifat dinamis dan melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh
perkembangan kognitif pada usia lanjut dapat di lihat dari sikap bijaksana
dalam mengambil keputusan karena adanya faktor pengalama, tetapi mereka sulit
bertindak seperti orang muda saat di butuhkan kecepatan dalam proses informasi
(Potter & Perry, 2009).
Menurut Potter & Perry (2009) ciri-ciri
pertumbuhan yaitu :
1. Dalam
pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalani hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar
dada, dan lain- lain.
2. Dalam
pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3. Pada
pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau
hilangnya refleks-refleks tertentu.
4. Dalam
pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Menurut Potter
& Perry (2009) ciri-ciri perkembangan yaitu :
6.
Perkembangan selalu melibatkan proses
pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem
reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
7.
Perkembangan memiliki pola yang konstan
dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju
ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.
8.
Perkembangan memiliki tahapan yang
berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan
melakukan hal yang sempurna.
9.
Perkembangan setiap individu memiliki
kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
10.
Perkembangan dapat menentukan
pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus
melewati tahap demi tahap.
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa anak-anak. Menurut Soetjiningsih (2002), tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Masa
pranatal ( konsep-lahir), terbagi atas :
a. Masa
embrio (mudigah) : masa konsepsi-8 minggu
b. Masa
janin (fetus): 9 minggu-kelahiran
2. Masa
pascanatal, terbagi atas :
a. Masa
neonatal usia 0-28 hari
1) Neonatal
dini ( perinatal ) : 0-7 hari
2) Neonatal
lanjut : 8-28 hari
b. Masa
bayi
1) Masa
bayi dini : 1-12 bulan
2) Masa
bayi akhir : 1-2 tahun
3. Masa
prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagian atas :
a. Prasekolah
awal ( masa balita ) : mulai 2-3 tahun
b. Prasekolah
akhir : mulai 4-6 tahun
4. Masa
sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas:
a. Wanita
: 6-10 tahun
b. Laki-laki
: 8-12 tahun
5. Masa
adolesensi atau masa remaja, terbagi atas :
a. Wanita
: 10-18 tahun
b. Laki-laki
: 12-20 tahun
Menurut Kemenkes RI (2010 banayak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor
tersebut anatara lain :
1. Faktor
Dalam (internal)
a. Genetic
b. Pengaruh
hormon
2. Faktor
Alam atau Geografis
3. Faktor
Social
4. Factor
Budaya
5. Faktor Politik dan keamanan
6. Faktor Agama
Menurut Hidayat (2008) terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak,yaitu :
Pengukuran antropometri, pengukuran Tinggi Badan, pengukuran Lingkar kepala, pengukuran
menggunakan DDST.
B.
Saran
1. Bagi
Mahasiswa
Semoga makalah ini dapat dijadikan tambahan dalam
memahami dan mempelajari materi tentang pertumbuhan dan perkembangan.
2. Bagi
institusi
Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan informasi
dan bahan perpustakan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Harapan Ibu Jambi
(STIKES-HI) mengenai pertumbuhan dan perkembangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar