BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut
untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk
dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan
adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila
memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran
komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini
berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara
medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan
melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat
membantu pasien dalam proses penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara
individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak
pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti
rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial
mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Keperawatan sangat
berhubungan dengan komunikasi. komunikasi merupakan proses kompleks yang
melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang
lain dan dunia sekitarnya. Maka komunikasi sangat penting bagi perawat
(Mundakir, 2006).
Pelayanan kesehatan merupakan produk yang bersifat
jasa. Saat ini, jasa kesehatan sebagai pelayanan sosial telah berubah menjadi
komoditi jasa yang di perdagangkan . Di kota-kota besar, jasa kesehatan telah
menjadi produk industri yang hampir tidak berbeda dengan produk barang maupun
jasa non kesehatan.
Pada sektor non kesehatan, mekanisme pasar dapat menjadi sempurna karena
kedua belah pihak yang bertransaksi ( produsen dan konsumen ) mempunyai
pengetahuan yang relatif sama terhadap produk dan jasa yang di tawarkan. posisi
konsumen relative kuat ketika membeli jasa non kesehatan karena objek yang di
tawarkan telah di ketahui, baik mutu maupun harganya. Sebagai contoh, bila kita
ingin membeli kemeja dengan tingkat kompetensi yang tinggi di antara produsen,
kita dapat memilih barang dengan merk tertentu dengan tingkat harga yang kita
inginkan. Artinya, konsumen mempunyai pengetahuan yang baik terhadap barang dan
jasa yang akan mereka beli atau butuhkan.Namun, kondisi di atas tidak dapat
pada pasar jasa kesehatan. Kita mengenal yang di sebut market failure. Pasien
berada pada posisi lemah, tidak mempunyai cukup informasi dan pengetahuan
tentang jasa kesehatan itu sendiri (Potter dan Perry, 2005).
Trend praktik keperawatan meliputi
berkembangnya berbagai tempat praktek dimana perawat memiliki kemandirian yang
lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan
sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi
meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikakan
keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan
kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan
seluruh trend dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Akhirnya seluruh hal
yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan
kontemporer (Potter dan
Perry, 2005).
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami manajemen keperawatan
yaitu tentang Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan”.
2. Tujuan
Khusus
a.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
b.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang komunikasi
dalam pelayanan kesehatan.
c.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang pentingnya
komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
d.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang faktor
yang mempengaruhi komunikasi.
e.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang pemahaman kolaborasi.
f.
Mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
C.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai
tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesahatan
harapan ibu jambi mengenai trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk
menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada
masyarakat tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Trend dan Issu Dalam Pelayanan Kesehatan
Trend
adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Muharamiatul,
2012).
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya (Muharamiatul,
2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan
salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Potter dan Perry, 2005).
B.
Komunikasi Dalam
Pelayanan Kesehatan
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian yang dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari
prinsip yang sam yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit
didenifisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari
kegiatan ini.
Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian
pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk
berkolaborasi dengan dokter. Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang
berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan yaitu
profesi kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan,
kemauan dan keterampilan, maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi,
cara kerjasama dengan pasien, maupun dengan mitra kerjanya, sampai pada keterampilan
dalam mengambil keputusan (Mundakir, 2006).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan
kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi
antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti
pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja,
melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi
sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam
proses penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
C. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain
akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya.
Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan
sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi
dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap
manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan
dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun
kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya
hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang
dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan
yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit
diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan
ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi
yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja. Komunikasi di lingkungan rumah
sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua
sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur
adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan,
yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang
ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah
sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu
yang terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir, 2006).
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :
1.
Lemahnya pemahaman mengenai
penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi dengan klien.
2.
Kurangnya kesadaran diri para
perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara terapeutik.
3.
Lemahnya penerapan sistem
evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak terhadap lemahnya
pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal
ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada
komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang
perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan
berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan
tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Menurut Muharamiatul
(2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain :
1.
Situasi atau suasana
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik
atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima
komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin
diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan
penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat
orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik
oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang
disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
2.
Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga
antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang
disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang
dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan
artikulasi dan kalimat yang jelas.
E. Pemahaman Kolaborasi
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar
jika hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi
itu terjadi justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana
masing-masing profesi memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah
pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa
diagnosa pasien ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran
seperti ini sudah terbentuk sejak awal proses pendidikannya. Sudah dijelaskan
secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum
kedokteran terus berkembang. Mereka juga diperkenalkan dengan lingkungan klinis
dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat medis, pemeriksaan fisik serta
hubungan dokter dan pasien. Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat
langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu
seperti gabungan bimbingan-pasien. Selama
periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat, pekerja
sosial atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang mereka berbagi
linkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak di didik untuk
menanggapinya sebagai rekanan atau sejawat atau kolega.
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini? Bagaimana
pasien menanganinya? bantuan apa yang dibutuhkannya? dan apa yang dapat
diberikan kepada pasien Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan
pasien, merencanakan interfensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan
menilai kembali sesuai kebutuhan. Para pendidik menyebutnya sebagai proses
keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar argumentasi bahwa profesi keperawatan
didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu sakit atau sehat dalam
menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien
bisa mandiri.
Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi dengan
pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakit dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar
bekerja di unit perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar
merawat,menjalankan prosedur dan menginternalisasi peran.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sering pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
profesional.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau
perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam
lingkup praktek profesional keperawatan dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
perturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter
merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan
serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,
keluarga dan masyarakat (Muharamiatul, 2012).
F.
Trend dan Issu
Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi
yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif
yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi
keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi
ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya
lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang
dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American
Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif
antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan
pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada
tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap
menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam
aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi
dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat
dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan
cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien
berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara
dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping
itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan
swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat
merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah
Sakit yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan
masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya
pengembangan dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).
G. Anggota Tim Interdisiplin
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian.
Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: pasien,
perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan
sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter
memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada
siuasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagai
membuat refelan pembarian pengobatan.
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia
memeriksa beberapa alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas
penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus
untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari
hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya
bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai
perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi
mencakup kemandirian anggot tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah
efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalammenyelesaikan
permaslahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis
profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien.
Kolegasilitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional
untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari
tanggung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana
dia mengartikan sebagai sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis
antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan
setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi.
Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman,
menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi. Otonom akan ditekan
dan koordinasi tidak kan terjadi.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team:
1.
Memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik professional
2.
Produktifitas maksimal serta
efektifitas dan efesiensi sumber daya
3.
Meningkatnya profesionalisme
dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4.
Meningkatnya kohensifitas antar
professional
5.
Kejelasan peran dalam
berinteraksi antar profesional
6.
Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas,
dan menghargai dan memahami orang lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama
kemitraan dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari
vokasional menjadi professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari
perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung
jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian.
Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada kejelasan dari
pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum dari
perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus
berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal
tersebut perlu ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data
kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi
semua anggota team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan
catatan status kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat
terjadi secara efektif. Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk
meminimalkan kesenjangan professional dengan dokter melalui pendidikan
berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui
pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui
pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan
salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
B.
Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap makalah
ini dapat menjadi referensi tambahan untuk PSIK STIKES HI pada khususnya dan
semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah
mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran umum tentang
trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
diharapkan mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi
dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan
Issu Pelayanan Kesehatan. http://awalia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Rabu, 24 september 2014,
pukul 20.00 WIB
Mundakir.
2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta : Graha Ilmu
Potter
A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC
1 komentar:
Mbk blogny bagus tapi sayang walp. Gak masuk.. G klhtn
Posting Komentar