MAKALAH
PLENO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN B
ATEROSKLEROSIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
SEMESTER II A
KOORDINATOR
BLOK:
Ns. M.AFDHOLSYAH,
S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
2012
ANGGOTA KELOMPOK II SEMESTER II A
PLENO ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ATEROSKLEROSIS
1. ADI IRAWAN
2. AHMADTARMIZI
3. BAMBANGSETIAWAN
4. BAYU KURNIAWAN
5. CICI LESTARI
6. DESI WARIH DAMERIA
7. EFRIYANI
8. FITRI WULANDARI
9. ISTI QOMARIAH
10. KMS RAHMAD RENO
11. NADIA ULFA
12. RIKA PURNAMASARI
|
11 10 096
130 1056
11 10 096
130 1057
11 10 096
130 1068
11 10 096
130 1069
11 10 096
130 1073
11 10 096
130 1075
11 10 096
130 1083
11 10 096
130 1083
11 10 096
130 1099
11 10 096
130 1100
11 10 096
130 1114
11 10 096
130 1117
|
PEMBIMBING KONSUL:
NS. SISKA WIDYASTUTI, S.Kep
KOORDINATOR BLOK:
KARDIOVASKULER
Ns. M.AFDHOLSYAH, S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
—-an kemungkinan da
A.
Latar Belakang
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri
dari jaringan fibrosa, otot jantung dan jantung konduksi listrik. Jantung
mempunyai fungsi utama untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan dengan
baik bila kemampuan otot jantung untuk memompakan cukup baik, serta irama pemompaan yang baik. Bila
ditemukan kenormalan pada salah satu diatas makan akan mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompakan.
Aterosklerosis masih merupakan penyakit yang
banyak mendapat perhatian. Sekitar 39% kematian penduduk di UK dan 12 juta di
US disebabkan oleh penyakit-penyakit yang ada hubunganya dengan aterosklerosis.
Berdasarkan penelitian WHO diperoleh data bahwa 20% kasus kematian di seluruh
dunia diakibatkan oleh penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti
stroke, micord infark. Dilaporkan bahwa lebih dari separo kematian setiap tahun
di amerika disebabkan oleh aterosklerosis, dan lebih dari 500.000 orang
meninggal setiap tahun karena infark miokardial. Di Indonesia dilaporkan angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit kardiovaskular semakin
meningkatsetiap tahunya.
Aterosklerosis merupakan penyakit karena membesar
atau menebalnya muskuler arteri, dan karakteristik adanya disfungsi endotel,
inflamasi vaskuler, akumulasi lipid, kolesterol, kalsium, debris seluler dalam
intima dinding pembuluh darah. Akumulasi tersebut menyebabkan terbentuknya
plak, remodelling vaskuler, obstruksi luminal bakut atau kronik, abnormalitas
aliran darah, dan menurunya suplai oksigen pada organ target.
Aterosklerosis masih merupakan penyakit yang
banyak mendapat perhatian akan tetapi prevalensi aterosklerosis sulit
ditentukan, dikarenakan sebgaian besar bersifat asimptomatis. Proses
aterosklerosis dimulai sejak anak-anak, dan sejak itu perkembangan garis lemak
tetap berlangsung. Pernah ditemukan lesi aterosklerosis di aorta bayi, dan
dikatakan lesi berkembang setelah umur 8-18 tahun, menjadi lesi bentuk lanjut
pada umur 25 tahun, dan biasanya manifestasi klinik penyakit akan muncul pada
umur 50-60 tahun, yang disebabkan karena terjadinya disrupsi plak. Disrupsi plak
aterosklerotik dalam arteri koronaria, baik yang disebabkan oleh erosi atau
ruptur plak memegang peran dalam perkembangan “sindroma arteri koronari”.
Sindroma arteri koronari secara klinis tidak terdeteksi, sampai timbulnya
stenosis (sumbatan) atau thrombosis, yang melanjut terjadinya gangguan aliran
darah dan iskemia miokardial. Secara klinis nampak sebagai “pektoris angina,
infark miokardial akut dan kematian mendadak karena penyakit kardiak”.
Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang dapat
dimulai pada masa kanak-kanak. Aterosklerosis dapat mempengaruhi arteri di
otak, hati, ginjal, lengan dan kaki. Karena terjadi pembentukan plak, hal ini
dapat menyebabkan penyakit yang serius dan komplikasi seperti penyakit arteri
coronaria ( angina, serangan jantung dan mati mendadak), penyakit cerebro
vaskuler (vaskuler, stroke dan mini stroke), dan penyakit perifer.
Infark miokardial (IM) diartikan sebagai matinya
atau nekrosis sel-sel miokardial, dapat terjadi pada semua umur, tetapi angka
kejadian meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Kejadian IM tergantung pada
faktor-faktor predisposisi aterosklerosis . Akhir-akhir ini banyak diteliti
hubungan infark miokardial dengan infeksi mikroorganisme. Agen-agen infeksius
yang banyak di teliti dan terbukti dapat menyebabkan aterosklerosis adalah chlamydia
pneumoniae, herpes simplex virus, Helicobacter pylori, cytomegalovirus dan
bakteri periodontitis. Sebagian besar IM merupakan hasil rupturnya plak
aterosklerotik, dan jarang terjadi disebabkan adanya thrombus superficial
karena rusaknya endotelium vaskuler. Thrombus intrakoronari menyebabkan
penyumbatan atau menyempitnya lumen pembuluh darah.
Dari penjelasan di atas memberikan gambaran bagi
kita semua bahwa penyakit-penyakit kardiovaskuler tidak hanya disebabkan oleh
hiperlipidemi, hipertensi, merokok, diabetes melkitus, genetik, tetapi juga
disebabkan karena penyakit infeksi. Penyakit-penyakit yang didasari oleh bakteri-bakteri
periodontal (penyebab terbentuknya karang gigi), penyakit saluran pernapasan
kronik juga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler.
Dari fenomena di atas kelompok tertarik untuk membahas mengenai
asuhan keperawatan pada TN B dengan aterosklerosis.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
b. Memenuhi tugas kelompok Blok Kardiovaskuler semeater II A psik.
c. Sebagai wawasan pengetahuan tentang Kardiovaskuler.
- Tujuan khusus
a.
Pembaca dapat mengetahui
tentang konsep aterosklerosis
b.
Mahasiswa mampu melakukan
pengkajian dengan masalah aterosklerosis
c.
Mahasiswa mampu membuat analisa
data dengan masalah aterosklerosis
d.
Mahasiswa mampu membuat rencana
keperawatan dengan masalah aterosklerosis
e.
Mahasiswa mampu melakukan
implementasi masalah aterosklerosis
f.
Mahasiswa mampu melakukan
evaluasi masalah aterosklerosis
g.
Mahasiswa mampu melakukan
pendokumentasian masalah aterosklerosis
C. Manfaat Penulisan
1.
Institusi Pendidikan
Menambah referensi sebagai bahan pengetahuan tambahan untuk semua mahasiswa
STIKES HI khususnya program studi ilmu keperawatan.
2.
Mahasiswa
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang konsep
asuhan keperawatan pada penyakit aterosklerosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
- ANATOMI JANTUNG
1.
Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki
empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga
toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung
dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya (Ethel, 2003: 228).
2. Pelapis
Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam. Rongga
perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal (Ethel,
2003: 228-229).
3. Dinding Jantung
Terdiri dari
tiga lapisan
a. Epikardium luar tersusun
dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri
dari jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi
miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam
tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah yang memasuki
dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
4.
Tanda – tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara
atrium dan ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan ventrikel
kanan dan ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230).
5.
Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum
interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar
trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
A.
Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh
septum intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima
darah dari vena yang membawa darah kembali ke jantung.
1.
Atrium kanan terletak dalam
bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali
paru-paru.
a) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
b) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu
sendiri.
2.
Atrium kiri di di bagian
superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi
dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
3.
Ventrikel berdinding tebal.
Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri yang membawa darah
meninggalkan jantung.
a) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan
mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
b) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung.
Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali
paru-paru.
c) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur
yang menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler
(Ethel, 2003: 229).
B.
Katup Jantung
1.
Katup Trikuspid yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2.
Katup Bikuspid yang terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
3.
Katup Semilunar aorta dan
pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung sampai ke aorta ke
trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230).
C. Aliran Darah ke Jantung
1.
Sirkuit pulmonar adalah jalur
untuk menuju dan meninggalkan paru-paru. Sisi kanan jantung
menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke paru-paru untuk
dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
2.
Sirkuit sistemik adalah jalur
menuju dan meninggalkan bagian tubuh. Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi
dari paru-paru dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Atrium kiri katup
bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar trunkus aorta regia dan organ tubuh
(otot, ginjal, otak) (Ethel, 2003: 230-231).
D. Sirkulasi Koroner
1.
Arteri koroner kanan dan kiri
merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta
a.
cabang utama dari arteri
koroner kiri ;
1) Arteri interventrikular anterior (desenden), yang mensuplai darah ke
bagian anterior ventrikel kanan dan kiri serta membentuk satu cabang, arteri
marginalis kiri yang mensuplai darah ke ventrikel kiri.
2) Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel
kiri.
b.
cabang utama dari arteri
koroner kanan ;
1) Arteri interventrikular posterior (desenden), yang mensuplai darah
untuk kedua dinding ventrikel.
2) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan
ventrikel kanan.
2.
Vena jantung mengalirkan darah
dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di atrium kanan.
3.
Darah mengalir melalui arteri
koroner terutama saat otot-otot jantung berelaksasi karena arteri koroner juga
tertekan pada saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003: 231).
A.
FISIOLOGI JANTUNG
- Sistem pengaturan jantung
a.
Serabut purkinje adalah serabut
otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali
lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
b.
Nodus sinoatrial (nodus S-A)
adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak di dinding
posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A
mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c.
Nodus atrioventrikular (nodus
A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah
atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
d.
Berkas A-V berfungsi membawa
impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003:
231-232).
- Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan
relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya.
Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam
jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung
serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa
mekanik dalam siklus jantung ;
a.
Selama masa diastole
(relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi
tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
1)
atrium secara pasif terus –
menerus menerima darah dari vena (vena cava superior dan inferior, vena
pulmonar).
2)
darah mengalir dari atrium
menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
3)
Tekanan ventrikular mulai
meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk.
4)
Katup semilunar aorta dan
pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada
tekanan dalam ventrikel.
5)
Sekitar 70% pengisian ventrikular
berlangsung sebelum sistole atrial.
b.
Akhir diastole ventrikular,
nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam
atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
c.
Sistole ventrikular. Aktivitas
listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
d.
Ejeksi darah ventrikular ke
dalam arteri.
1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume
sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml.
2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml)
dan volume sistole akhir (50 ml).
e.
Diastole ventricular
1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga
katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup
semilunar aorta.
3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi
isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam
ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah
tekanan atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003:
234-235).
- Bunyi jantung
a.
Bunyi jantung secara
tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui stetoskop.
“Lup” mengacu pada saat katup A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup
semilunar menutup.
b.
Bunyi ketiga atau keempat
disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan
cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung diperkuat
melalui mikrofon.
c.
Murmur adalah kelainan bunyi
jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran
darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis)
yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang
memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
- Frekuensi jantung
a.
Frekuensi jantung normal
berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75
kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama
0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
b.
Takikardia adalah peningkatan
frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit.
c.
Bradikardia ditujukan untuk
frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit (Ethel, 2003: 235).
- Pengaturan frekuensi jantung
a.
Impuls eferen menjalar ke
jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom.
1) Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam
medulla oblongata. Efek
impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini
menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung. Ujung serabut saraf mensekresi neropineprin,
yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu
hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas
keseluruhan jantung.
2) Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata. Efek impuls dari neuron ini adalah untuk
mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut parasimpatis
dalam saraf vagus. Ujung serabut
saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari
nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.
3) Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui
keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan
parasimpatis.
b.
Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat
kendali jantung berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam
sistem kardiovaskular.
1.
Presoreseptor dalam arteri
karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan
darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi jantung. Penurunan tekanan darah akan mengakibatkan
suatu refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat
medular.
2.
Proreseptor dalam vena cava
sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan
terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan
tekanan darah.
c.
Pengaruh lain pada frekuensi
jantung
1.
Frekuensi jantung dipengaruhi
oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri,
panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
2.
Fungsi jantung normal
bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium
yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang
(Ethel, 2003: 235-236).
- Curah Jantung
a.
Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit.
Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan
kurang 20 % pada perempuan.
b. Perhitungan curah jantung
Curah jantung =
frekuensi jantung x isi sekuncup
c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung
1) aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit,
pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung
adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output
dengan input-nya berdasarkan alasan berikut:
a) Peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic.
b) peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut
miokardial ventrikel.
c) Semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada permulaan
konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga
daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang
jantung.
3)
Faktor yang mendukung aliran
balik vena dan memperbesar curah jantung.
a)
pompa otot rangka. Vena
muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan darah hanya mengalir menuju
jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai membantu
mendorong darah kea rah jantung melawan gaya gravitasi.
b)
Pernapasan. Selama inspirasi,
peningkatan tekanan negative dalam rongga toraks menghisap udara ke dalam
paru-paru dan darah vena ke atrium.
c)
Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf
simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali
ke jantung saat curah jantung turun.
d)
Gaya gravitasi di area atas
jantung membantu aliran balik vena.
4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi
curah jantung.
a)
perubahan posisi tubuh dari
posisi telentang menjadi tegak, memindahkan darah dari sirkulasi pulmonary ke
vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan tekanan darah
dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena.
b)
Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya,
akibat hemoragi dan volume darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik
vena dan curah jantung.
c)
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel bekerja lebih
keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan yang
harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.
5) Pengaruh tambahan pada curah jantung
a)
Hormone medular adrenal.
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi
jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
b)
Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan
interstisial mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.
c)
Usia dan ukuran tubuh seseorang
dapat mempengaruhi curah jantungnya.
d)
Penyakit kardiovaskular.
Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung
kurang efektif dan curah jantung berkurang, meliputi:
1.
Aterosklerosis, penumpukan
plak-plak dalam dinding pembuluh darah koroner, pada akhirnya akan
mengakibatkan sumbatan aliran darah.
2.
Penyakit
jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak mencukupi, biasanya terjadi
akibat aterosklerosis pada arteri koroner dan dapat menyebabkan gagal jantung.
3.
Infark miokardial (serangan
jantung), biasanya terjadi akibat suatu penurunan tiba-tiba pada suplai darah
ke miokardium.
4.
Penyakit katup jantung akan
mengurangi curah darah jantung terutama saat melakukan aktivitas (Ethel, 2003:
236-237).
7.
Denyut nadi (Denyut arteri)
Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 samapai 9 m
per detik, sekitar 15 kali lebih cepat dari darah.
Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak
dekat permukaan kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang
biasa teraba adalah arteri radial pada pergelangan tangan.
Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut arteri. Frekuensi
denyut memberikan informasi mengenai kerja pembuluh darah, dan sirkulasi
(Ethel, 2003: 240).
- Denyut atrium
Darah yang terdorong ke aorta selama sistolik tidak saja mendorong
darah di dalam pembuluh ke depan tetapi juga menimbulkan gelombang tekanan yang
menjalar di sepanjang arteri. Gelombang tekanan mengembangkan dinding arteri
sewaktu gelombang tersebut menjalar, dan pengembangan ini teraba sebagai
denyut. Kecepatan gelombang nejalar, yang independen dari dan jauh lebih besar
daripada kecepatan aliran darah, adalah sekitar 4m/dtk di aorta, 8m/dtk di
arteri besar, dan 16m/dtk di arteri kecil pada dewasa muda. Oleh karena itu,
denyut teraba di arteri radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1 detik
setelah puncak ejeksi sistolik ke dalam aorta. Seiring dengan pertambahan usia,
arteri menjadi kaku, dan gelombang denyut bergerak lebih cepat.
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit
hubungannya dengan tekanan rata-rata. Pada syok, denyut melemah (“thready”).
Denyut kuat apabila isi sekuncup besar, misalnya selama kerja fisik atau
setelah pemberian histamin. Apabila tekanan denyut tinggi, gelombang denyut
mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan didengar oleh individu yang
bersangkutan (palpasi, “deg-degan”). Apabila katup aorta inkompeten
(insufisiensi aorta), denyut sangat kuat, dan gaya ejeksi sistolik mungkin
cukup untuk menyebabkan kepala mengangguk setiap kali jantung berdenyut.
Denyut pada insfusiensi aorta disebut denyut collapsing, Corrigan,
atau palu-air (water-kammer). Palu-air adalah sebuah tabung kaca yang terisi
air separuh dan merupakan mainan popular pada abad ke-19. Apabila mainan
tersebut dipegang dan kemudian dibalik, akan terdengar suara ketukan yang
singkat dan keras.
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang
denyut yang disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak apabila
gelombang gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan tangan.
Juga terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri pulmonalis yang
ditimbulkan oleh penutupan katup pulmonaris (Ganong, 2002:542-545).
B.
PENGERTIAN
ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis (Atherosclerosis)
merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi
lebih tebal dan kurang lentur.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Aterosklerosis bisa
terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan
lengansertatungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke
otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di
dalam arteri yang menuju ke jantung (arterikoroner), bisa terjadi serangan jantung.
Penyakit
arteri koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak
(ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari
kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah
bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut aterosklerosis. Ateroma bisa
menonjol kedalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika
ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam
aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di dalam permukaan ateroma
tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa darah secara normal, otot jantung
(miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri
koroner. Jika penyumbatan arteri semakin memburuk, bisa terjadi iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan
jantung (infark miokardial).
C.
ETIOLOGI
Aterosklerosis
bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah
ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak.Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah
penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan
bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena
aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh,
maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium,
sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang
pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah
juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah
(trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri,
atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan
sumbatan di tempat lain (emboli). Resiko terjadinya aterosklerosis meningkat pada:
1. Tekanan darah tinggi
2. Kadar kolesterol tinggi
3. Merokok
4. Diabetes (kencing manis)
5. Kegemukan (obesitas)
6. Malas berolah raga
7. Usia lanjut
Pria
memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita. Penderita penyakit keturunan
homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit
ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri
yang menuju ke jantung).
Sebaliknya,
pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang
sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam
arteri koroner dibandingkan arteri lainya.
D.
PATOFISIOLOGI
Sistem kardiovaskuler
bekerja secara terus menerus dan pada kebanyakan kasus, secara efisien. Tapi
masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila
pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapat oksigen
secara cukup dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat
fatal, dan pada kenyataanya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun,
membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika
Serikat. Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh terbatas,
tidak hanya dapat merusak jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih keras untuk
memompa darah melalui sistem sirkulasi. Lagi pula, kerusakan jantung menjadikan
jantung kurang efisien dan harus bekerja walaupun dengan keras untuk tetap
melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu, penyakit
jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-paru, ginjal, dan
segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh mempercayakan
kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan yang
menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal
sebagai plak aterosklerotik.
Aterosklerosis merupakan
suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana aterosklerosis dimulai atau
apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori telah dikemukakan.
Kebanyakan peneliti
berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan pasling dalam arteri,
endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak kolesterol, fibrin, platelet,
dampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri. Timbul berbagai
pendapat yang saling berlwanan sehubungan dengan aterosklerosis pembuluh
koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami
kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:
1.
Dalam tunika intima timbul endappan lemak dalam jumlah kecil uang tampak
bagaikan garis lemak.
2.
Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
3.
Lesi yng diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
4.
Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang teridiri dari
lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
5.
Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan
lumen berlangsung progresif dan kemampuan vaskular untuk memberikan respon juga
berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak sampa proses aterogenik
sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-40
tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemia dan
disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah.
Banyak penelitian yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukan bahwa kerusakan
radikal bebas terhadap dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang
mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan
kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endhotelial derived
relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan
endhotelial derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi
pembuluh darah. Pada keadaan normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh
asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di
sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP),
adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga mampu merangsang
pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah. Pada
keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis, maka serotonin, ADP dan
asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik
pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis
menimbulkan gangguan klinis dapat teradi dengan cara berikut:
1.
Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque.
2.
Perdarahan pada plak ateroma.
3.
Pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit.
4.
Embolisasi trhombus atau fragmen plak.
5.
Spasme arteria koronaria.
Aterosklerosis dimulai
dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara lain:
1.
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
2.
Tekanan darah yang tinggi.
3.
Tembakau
4.
Diabetes
Dikarenakan kerusakan
pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk selular, kalsium
dan berbagai substansi lainya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu
dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainya yang
menghasilkan pembentukanya dari sel.
E.
TANDA DAN GEJALA
Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,
aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya,
sehinggabisaberupagejalajantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang
sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah
dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa
nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi
kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama berolah raga, seseorang dapat
merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke jantung
berkurang; atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya (klaudikasio
interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. Yang khas adalah bahwa
gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri),maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
F.
DIAGNOSA
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan
terdiagnosis. Sebelum terjadinha komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup)
pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
ABI
(ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki
dan tangan.
2.
Pemeriksaan
doppler di daerah yang terkena
3.
Sekening
ultrasonik duplex
4.
CT scan di
daerah yang terkena
5.
Arteriografi
resonansi magnetik
6.
Arteriografi
didareah yang terkena
7.
IVUS (Intravascular
Ultrasound)
H.
PENGOBATAN
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar
lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya kolestiramin, kolestipol, asam
nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah. Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat
jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
I. PENCEGAHAN
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah
faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang
hendaknya:
1.
Menurunkan kadar kolesterol
darah.
2.
Menurunkan tekanan darah
3.
Berhenti merokok
4.
Menurunkan berat badan
5.
Berolah raga secara teratur.
Pada orang-orang yang sebelumnya
telah memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung, merokok
sangatlah berbahaya karena:
1. Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan
meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL)
2. Merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam
darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding
arteri
3. Merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit
karena aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan
4. Merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk
membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri
perifer, penyakit arteri koroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan
setelah pembedahan.
Resiko
seorang perokok untuk menderita penyakit arteri koroner secara langsung
berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Orang yang
berhenti merokok hanya memiliki resiko separuh dari orang yang terus merokok,
tanpa menghiraukan berapa lama mereka sudah merokok sebelumnya.
Berhenti
merokok juga mengurangi resiko kematian setelah pembedahan bypass arteri
koroner atau setelah serangan jantung. Selain itu, berhenti merokok juga
mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang yang memiliki
aterosklerosis pada arteri selain arteri yang menuju ke jantung dan otak.
J.
KOMPLIKASI
1.
Tromboemboli
2.
Angina pectoris
3.
Gagal jantung kongestif
4.
Infark miokardium
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
EKG
Pemeriksaan aktifitas
listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan
penunjang untuk member petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini, kita dapat
mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung
terdahulu, peneympitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang
masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2.
Foto rontgen dada
Dari foto rotgen dapat
menilai ukuran jantung, ada tidaknya pembesaran. Disamping itu dapat juga
dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat
dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK
lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Biasanya gambar jantung terlihat
membesar.
3.
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk
mengetahui kadar trigliserida sebgai bourgeosis resiko. Dari pemeriksaan darah
juga diketahui ada tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim
jantung.
4.
Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memasukan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang
ini dimasukan langsung ke pembulh nadi (arteri).
L. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN ATEROSKLEROSIS
1.
Pengkajian Secara
Teoritis
a.
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan melakukan aktivitas yang diharapkan
Tanda : Perubahan TD,
ketidaknyamanan kerja, kecepatan jantung abnormal, perubahan EKG
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat IM akut, penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung,
hipertensi
Tanda : Variasi TD, disritmia, pucat/kulit sianosis, bunyi jantung abnormal,
kulit dingin, edema, penurunan nadi perifer.
c.
Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, distres,perubahan kecepatan jantung.
Tanda : Menangis, wajah tegang, insomnia, menolak kontak mata
d.
Makanan/cairan
Gejala : Perubahan berat badan, kehilangan nafsu makan, perubahan frekuensi
urine, nyeri abdomen
Tanda : Kulit kering, edema, hipotensi postural
e.
Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing/pening,
berdenyut, sakit kepal suboksipital.
Tanda : Gelisah, respon emosi meningkat, perubahan orientasi.
f.
Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
g.
Pernafasan
Gejala : Napas pendek, ketidakmampuan bernafas dalam.
Tanda: Penurunan ekspansi dada, dispnea
h.
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
i.
Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga :
Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit
serebravaskuler/ginjal, faktor faktor etnik, seperti orang afrika, asia
tenggara. Pengguanaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat atau alkohol.
2. Diagnosa
Keperawatan Secara Teoritis
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas dan perubhan inofatik.
b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan
dengan penguapan cairan tubuh meningkat.
c. Nyeri berhubungan
dengan perubahan kenyamanan
d. Nutrisi (perubahan lebih dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kelebihan metabolik.
e. Koping, individual, infektig berhubungan dengan
krisis situasional atau maturasional.
f. Kurang pengetahuan (kurang belajar), mengenai
kondisi, rencana pengobatan, berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya
ingat.
g. Intoleran aktivitas , berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard atau kebutuhan.
h. Ansietas atau ketakutan, berhubungan dengan
ancaman atau perubahan kesehatan dan status sosial ekonomi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
1.
|
Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas dan
perubahan inofatik
|
Pasien
dapat menunjukan perbaikan curah jantung.
KH:
Meningkatkan
curah jantung adekuat.
|
1. Auskultasi
nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung.
2. Catat
tanda vital dan kaji keadekuatan bunyi jantung adalah perkusi jaringan.
3. Bantu
melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam / perlahan, perilaku
disteraksi, visualisasi, bimbingan imajenasi.
4. Auskultasi
bunyi napas untuk adanya krekels.
5. Catat
bunyi jantung.
Kolaborasi:
1. Berikan
oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
2. Berikan
obat sesuai indikasi.
3. Diskusikan
tujuan dan siapkan untuk menekankan tes dan kateterasi jantung bila
diindikasikan.
|
1. Biasanya
terjadi takikardia (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikuler.
2. Gangguan
curah jantung dapat terdeteksi.
3. Membantu
dalam persepsi memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.
4. Dapat
mengindikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
5. S1
& S2 mungkin lemah karena menurunya kerja pompa. Irama gallops umum (S3
&S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi. Mur
mur dapat menunjukan inkompetensi .
|
2.
|
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan penguapan cairan tubuh meningkat.
|
Klien dapat
mencapai suhu tubuh normal.
KH:
Suhu tubuh
normal (36-37 ͦ)
|
1.
Periksa tanda vital
sebelum dan segera stelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasodilator, diuretik.
2.
Berikan kompres
hangat atau kompres dingin sesuai dengan persetujuan klien.
3.
Anjurkan klien untuk
menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
4.
Ganti pakaian atau
alat tenun yang lembab atau basah karena keringat yang banyak.
5.
Berikan selimut yang
tipis.
Kolaborasi:
1. Berikan
antidiueretik
|
1. Hipertensi
ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.
2. Kompres
hangat membantu melebarkan pori-pori permukaan kulit sehingga mempercepat
pengeluaran panas.
3. Pakaian
yang tipis tidak menghambat pengeluaran panas tubuh.
4. Pakaian/alat
tenun yang lembab/basah akan menimbulkan ketidaknyamanan pada klien.
5. Selimut
yang tebal akan menghambat pengeluaran panas tubuh.
|
3.
|
Nyeri
berhubungan dengan penguapan cairan tubuh meningkat
|
Nyeri
berkurang atau hilang.
KH:
Keluhan
nyeri tidak ada.
|
1. Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal,
petunjuk nonverbal, dan respons hemodinamik.
2. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien
termasuk lokasi; intensitas (0-10); lamanya; kualitas.
3. Kaji ulang riwayat PJK sebelumnya. Diskusikan riwayat
keluarga.
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
5. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman (contoh: sprei yang kering/tak terlipat, gosokan punggung).
Kolaborasi:
1.
Berikan obat sesuai indikasi, Seperti : Analgesik, contoh morfin, meferidin
(demerol)
|
1. Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
2. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harusdigambarkan
oleh pasien.
3. Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola
sebelumnya, sesuai dengan identifikasi kompikasi seperti meluasnya infark,
emboli paru atau perikarditis.
4. Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan
nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat.
5. Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan
regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap
situasi seperti ini.
6. Meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik
lain dapat dipakai pada fase akut/ nyeri dada berulang yang tak hilang dengan
nitrogliserin untuk menurunkan nyeri
hebat.
|
Sumber : Doenges, E.
Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus Pemicu
Ateroskerosis
Tn
B usia 45 tahun, agama islam, suku bangsa batak, pekerjaan pegawai swasta
disalah satu perusahan terkenal, alamat Jln. Kemerdekaan No.45 Jambi, masuk
rumah sakit via poli jantung tanggal 16 maret 2011 dengan keluhan kadang-kadang
mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, klien juga mengatakan dada kirinya seperti
tertusuk-tusuk, nyeri bertambah jika klien beraktivitas.
Skala nyeri 6, nyeri
dirasakan klien sekitar 3 menit. mual (+), sesak (+),
batuk (+), klien mengatakan kepanasan dan berkeringat banyak, dari hasil
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 18 maret 2011 didapat klien mengeluh
nyeri dada, TD;150/100 mmHg, N: 85X/menit, RR: 26x/menit, S: 39c.
klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak sesak nafas, kedalaman nafas
klien pendek, irama dan pola nafas tidak teratur.
Mukosa bibir tampak kering dan pucat. Kafilateral 4 detik,
ekstremitas bawah, klien teraba dingin dan klien tampak banyak keringat. Klien
merokok 1 bungkus/hari (kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu). Klien
mengatakan jarang berolahraga, dan tidak mempuyai
riwayat kencing manis dalam keluarga. Klien juga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, atau penyakit kronis lannya. Dari
hasil pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dokter mengatakan pembuluh darah
klien sudah mengalami penebalan akibat timbunan lemak. Dari hasil pemeriksaan
labor didapat Hb: 12 gr %, leukosit: 15.000 ml3.
.
B. Asuhan Keperawatan
Klien Berdasarkan Kasus
1.
Pengkajian
a.
Identitas
1) Klien
Nama Klien :
Tn. B
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Batak
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat
rumah : Jln Kemerdekaan No. 45 Jambi
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny A
Umur : 40 Tahun
Jernis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Batak
Bahasa yang
digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat rumah : Jln. Kemerdekaan No. 45
Jambi
Hubungan dengan
klien : Istri
b. Tanggal Masuk Rumah
Sakit
Tanggal Masuk : 16 Maret
2011
Tanggal Keluar : 18 Maret 2011
c. Data Medik
Diagnosa Medik
1.
Saat masuk :
Aterosklerosis
2.
Saat Pengkajian : Aterosklerosis
d. Alasan Masuk Rumah
Sakit
Klien masuk rumah sakit dengan alasan kadang-kadang
mengeluh nyeri dada, sesak, batuk. Klien juga tampak meringis dan gelisah.
Mukosa bibir tampak kering dan pucat, ekstremitas bawah klien teraba dingin dan
klien tampak berkeringat.
e. Riwayat Kesehatan
Sekarang
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 16 Maret 2011. Dengan keluhan nyeri
pada dada sebelah kiri, klien mengatakan dada kirinya seperti ditusuk-tusuk.
Klien juga mengatakan nyeri bertambah jika beraktivitas. Klien merasakan nyeri
dengan durasi sekitar 3 menit. Skala nyeri 6, TD: 150/100 mmHg, N: 85X/menit,
RR: 26X/menit.
f.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Klien merokok satu bungkus perhari
(kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu),
klien mengatakan jarang berolah raga dan tidak memiliki penyakit kencing manis
dalam keluarga.
g. Riwayat Kesehatan
Keluarga.
Berdasarkan keterangan klien, tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi,DM atau penyakit kronis lannya.
GENOGRAM 3
GENERASI
h. Kebiasaan Sehari-hari.
1.
Nutrisi – cairan
a.
Keadaan sebelum sakit
1)
Nafsu makan : Baik
2)
Mual :
Tidak ada
3)
Muntah : Tidak
ada
4)
Frekuensi makan : 3 x sehari
5)
Jumlah makan yang masuk : 1 porsi penuh
6)
Makanan pantang : Tidak ada
7)
Jenis makn yg biasa dikonsumsi : Makanan segar
8)
Ketaatan terhadap diet
tertentu : Tidak ada
9)
Fluktuasi BB 6 bulan
terakhir : 78 Kg
10)
Jumlah minum/24 jam : 1500cc/24jam
11)
Jenis minuman : Air mineral
12)
Sumber air minum : Air sumur
13)
Keluhan makan dan minum
: Tidak ada
b.
Keadaan Sejak Sakit
1)
Nafsu makan : Menurun
2)
Frekuensi makan : 1 x/hari
3)
Jumlah makan yang masuk : Kurang 1 porsi
4)
Ketaatan terhadap diet
tertentu : Tidak ada
5)
Mual/enek : Ada (+)
6)
Muntah : Tidak
ada
7)
Nyeri ulu hati : Tidak ada
8)
Jumlah Minum/24 jam : 1200cc/24jam
9)
Jenis minum : Air mineral
10)
Keluhan makan dan minum : Klien mengatakan nafsu makan menurun
2.
Eliminasi
a.
Keadaan sebelum sakit
1)
Frekuensi BAB/24 jam : 2 x/hari
2)
Warna :
Kuning kecoklatan
3)
Bau :
Khas
4)
Konsistensi : Lembek
5)
Keluhan BAB : Tidak ada
6)
Frekuensi BAK/24 jam : 4-5x/hari
7)
Warna urine : Kuning Keruh
8)
Bau urine : Tidak
ada
b.
Keadaan sejak sakit
1)
Frekuensi BAB/24 jam : 1x/hari
2)
Waktu BAB : Pagi hari
3)
Warna : Coklat kekuning
4)
Bau : Khas
5)
Konsistensi : Padat
6)
Bentuk Feces : Padat
7)
Keluhan BAB : Tidak ada
8)
Frekuensi BAK/24 jam : 3x/hari
9)
Warna urine : Kuning
10)
Volume Urine : 1000cc/24 jam
11)
Bau Urine :
Khas
i.
Data
Psikologis
a)
Daya Konsentrasi : Menurun
b)
Koping : Baik
c)
Stresor :
Negatif
j.
Data
Sosial
a)
Tempat Tinggal :
Jln. Kemerdekaan
No 45 Jambi
b)
Hubungan dengan
keluarga/kerabat : Suami
c)
Hubungan dengan klien : Baik
d)
Hubungan dengan perawat
: Baik
e)
Adat istiadat uyang di
anut : Batak
k. Data spiritual.
a)
Agama yang dianut : Islam
b)
Apakah agama sangat
pentingbagi anda : Ya
c)
Apakah selalu berdoa
untuk kesembuhan : Ya
l.
Pemeriksaan
fisik
a)
Keadaan sakit : Klien tampak sakit sedang.
b)
Tanda –tanda vital
·
Kesadaran
1.
Kualitatif : Komposmentis
2.
Kuantitatif : Respon motorik : 6
: Respon bicara : 5 : Respon membuka mata: 4
c)
Tekanan darah:150/100 mmHg
d)
MAP :125mmHg
e)
nadi :85x/menit
m. Antropometri.
a) lingkaran
tangan atas : 27 cm
b) lipat
kulit triceps : 23,5cm
c) TB : 160cm
d) BB : 78kg
e) IMT :
30,46 kg/m2
f) IMT
Berat
|
IMT (kg/cm/100)2
|
Resiko penyakit
|
Underweight
|
<18,5
|
Redah
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
Rata – rata
|
Overwight
|
25,0 – 29,0
|
Meningkat
|
Obese I
|
30 – 34,9
|
Tinggi
|
Obese II
|
35 <
|
Sangat
tinggi
|
n.
Kepala
1. Bentuk
kepala : Simetris
2. Warna
rambut : Hitam
3. Keadaan
rambut : Tumbuh subur
4. Kulit
kepala : Bersih
o.
Mata
/ penglihatan
a) Ketajaman
penglihatan : Normal
b) Alis
: Tipis
c) Bulu
mata
1. warna : Hitam
2. kondis/distribusi : Merata
3. posisi : Normal
d) Bentuk mata : Simetris
e)
Sclera : Alba
f)
Pupil
1. Bentuk
: Bulat
2. Kesamaan
ukuran : Isokor
3. Warna : Gelap
4. Reflek
terhadap cahaya : Miosis
5. Reflek
pupil : Sama basar, bulat, dan,
bereaksi terhadap cahaya
g) Palpera : Baik/
normal
h) Konjungtiva : Ananemis
i)
Bola mata : Simetris
j)
Gerakan bola mata : Normal
k) Kornea
dan iris
1.
Abrasi : Tidak ada
2.
Kejernihan : Jernih
3.
Reflex kornea : Normal
l)
Peradangan : Tidak ada
m) TIO(tekanan
indra okuler) :17mmHg(normal,15-20mHg)
n) Keluhan
penglihatan : Tidak ada
o) Alat
bantu penglihatan : Tidak ada
p.
Hidung
/ penciuman
1. Struktur
luar
a) Bentuk
: Normal
b) Kesimetrisan : Simetris
2. Struktur
dalam.
warna : Merah muda
3. Fungsi
penciuman : Normal
4. Perdarahan : Tidak ada
q.
Telinga
/ pendengaran
1.
Struktur luar
a) Warna : Coklat
b) Lesi :
Tidak ada
c) Cerumen : Ada
d) Membran
Timfani : Normal
2.
Fungsi Pendengaran : Normal
3.
Nyeri :
Tidak ada
4.
Alat Bantu : Tidak
ada
5.
Keseimbangan : Normal
r.
Mulut/pengecapan
1.
Bibir
a)
Warna :
Pucat
b)
Kesemetrisan :
Simetris
c)
Kelembaban :
Kering
2.
Mukosa Mulut :
Kering
3.
Gigi
a) Kebersihan :
Kotor
b) Kelengkapan :
Lengkap
4. Gigi
Palsu :
Tidak ada
5. Keadaan
Gusi :
Baik
6. Keadaan
lidah :
Baik
7. Peradangan :
Tidak ada
8. Fungsi
Mengunyah :
Baik
9. Fungsi
Menguncap :
Baik
10. Fungsi
Bicara :
Baik
11. Bau
Mulut :
Khas
s.
Leher
·
Kaku Kuduk :
Tidak ada
t.
Dada/Thorax
1) Pulmonal
a.
Inpeksi : Bentuk simetris..
b.
Palpasi : Tidak ada
benjolan, pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama
c.
Perkusi : Sonor
d.
Auskultrasi : Vesikuler
(+), Wheezing (-), Ronchi (-)s
2) Kardiovaskuler
a. Inpeksi
:
Bentuk simetris, ictus kordis tidak tampak, skala nyeri 6
b. Palpasi
: Tidak ada benjolan, nyeri dada (+)
c. Perkusi
:
Redup
d. Auskultrasi
:
S1: Lup S2: Dup dan tidak terjadi bunyi tambahans
u.
Abdomen
1. Inpeksi
: Simetris, Lesi (-)
2. Palpasi
: Nyeri tekan (-), Tidak teraba Benjolon/massa
3. Perkusi
: Tymphani
4. Auskultrasi
: Bising usus 8 x/menit (normal 6-12 x/menit)
v.
Sistem integumen
1.
Warna :
Pallor ( Pucat )
2.
Testur :
Fleksibel
3.
Turgor :
Baik
4.
Kelembaban :
Lembab
5.
Suhu Kulit :
Dingin/Akral teraba dingin
6.
Lesi :
Tidak ada
7.
Kelainan :
Tidak ada
8.
Pucat :
Pada mukosa bibir
9.
Edema :
Tidak ada
10.
Keadaan Kuku :
Pendek
11.
Kebersihan Kuku :
Bersih
w.
Sistem Muskuloskeletal
1.
Kekuatan otot :
5 ( baik )
2.
Tonus otot :
5 ( baik )
3.
Kaku Sendi :
Tidak ada
4.
Trauma/lesi :
Tidak ada
5.
Nyeri :
Tidak ada
6.
Ekstremitas atas :
Baik
7.
Ekstremitas bawah :
Dingin
x.
Pemeriksaan Diagnostik
·
Laboratorium
a)
Leukosit : 15.500 ml3 (normal :
5.000 –10.000 ml3)
b)
Hemoglobin : 12,0 gr% (normal 10-13 gr % / 7-14
gr % )
y.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Dari hasil pemeriksaan
diagnostic ditemukan pembuluh darah klien sudah megalami penebalan akibat
timbunan lemak.
2.
Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapat Hb: 12 gr%, leukosit 15.000 ml3.
C. Analisa Data
Nama
Pasien : Tn. B
Umur
:
45 Tahun
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
Data Subjektif ( DS ) :
-
Klien mengatakan
nafasnya sesak.
Data Objektif ( DO ) :
-
Ekstremitas bawah
klien teraba dingin.
-
CRT 4 detik
-
RR: 26
x/menit
-
TD: 150/100
mmHg
|
Perubahan kontraktilitas miokardial.
|
Penurunan curah jantung
|
2
|
Data Subjektif (DS) :
-
Klien Mengeluh nyeri dada.
-
Klien
mengatakan dadanya seperti tertusuk-tusuk.
-
Klien
mengatakan nyeri bertambah jika beraktivitas.
Data Objektif (DO) :
-
Klien tampak meringis
-
Klien tampak gelisah
-
TD 150/100 mmHg
-
N : 85x/menit
-
Skala nyeri 6
|
Iskemia miokard terhadap ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
miokard
|
Nyeri
|
3
|
Data Subjektif ( DS ) :
-
Klien mengatakan
kepanasan dan banyak berkeringat.
Data Objektif ( DO ) :
-
Klien tampak banyak
berkeringat.
-
S : 39 c
-
Leukosit 15.000 ml3
|
Peningkatan setpoint hipotalamus.
|
Peningkatan suhu tubuh.
|
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
Pasien : Tn. B
Umur : 45 Tahun
NO.
|
Tgl Di Tegakan
|
Tgl Teratasi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
PARAF
|
1
|
18 maret 2011
|
20 maret 2011
|
Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial
d/d klien mengatakan nafasnya sesak, ekstremitas bawah teraba dingin, CRT 4
detik, RR : 26 x/menit, TD : 150/100 mmHg.
|
|
2
|
18 maret 2011
|
20 maret 2011
|
Nyeri b/d iskemia miokard terhadap ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard, d/d klien mengeluh nyeri dada, klien mengatakan dadanya seperti
tertusuk-tusuk, Klien mengatakan nyeri bertambah jika beraktivitas. TD 150/100 mmHg, klien tampak mringis dan gelisah, N : 85x/menit,
RR :26 x/menit, dan skala nyeri 6
|
|
3
|
18 maret 2011
|
20 maret 2011
|
Peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan setpoint hipotalamus d/d
klien mengatakan kepanasan dan banyak berkeringat, klien tampak berkeringat,
S : 39 c, Leukosit 15.000 ml3
|
|
E.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NCP)
NO.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
1.
|
Penurunan
curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial.
Data
Subjektif ( DS ) :
-
Klien mengatakan
nafasnya sesak.
Data Objektif ( DO ) :
-
Ekstremitas bawah
klien teraba dingin.
-
CRT 4 detik
-
RR: 26
x/menit
TD: 150/100 mmHg
|
Pasien
dapat menunjukan perbaikan curah jantung.
KH:
Meningkatkan
curah jantung adekuat.
|
1.
Auskultasi nadi
apikal, kaji frekuensi, irama jantung.
2. Catat
tanda vital dan kaji keadekuatan bunyi jantung adalah perkusi jaringan.
3. Bantu
melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam / perlahan, perilaku
disteraksi, visualisasi, bimbingan imajenasi.
4. Auskultasi
bunyi napas untuk adanya krekels.
5. Catat
bunyi jantung.
Kolaborasi:
1. Berikan
oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
2. Berikan
obat sesuai indikasi.
3. Diskusikan
tujuan dan siapkan untuk menekankan tes dan kateterasi jantung bila
diindikasikan.
|
1. Biasanya
terjadi takikardia (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas miokardial.
2. Gangguan
curah jantung dapat terdeteksi.
3. Membantu
dalam persepsi memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.
4. Dapat
mengindikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
5. S1
& S2 mungkin lemah karena menurunya kerja pompa. Irama gallops umum (S3
&S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi. Mur
mur dapat menunjukan inkompetensi .
|
2.
|
Nyeri b/d iskemia miokard terhadap ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard.
Data Subjektif (DS) :
-
Klien Mengeluh nyeri dada.
-
Klien
mengatakan dadanya seperti tertusuk-tusuk.
-
Klien
mengatakan nyeri bertambah jika beraktivitas.
Data Objektif (DO) :
-
Klien tampak meringis
-
Klien tampak gelisah
-
TD:150/100mmHg
-
N : 85x/menit
-
Skala nyeri 6
|
Nyeri berkurang atau hilang.
KH:
Keluhan
nyeri tidak ada.
|
1. Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal,
petunjuk nonverbal, dan respons hemodinamik.
2. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien
termasuk lokasi; intensitas (0-10); lamanya; kualitas.
3. Kaji ulang riwayat PJK sebelumnya. Diskusikan riwayat
keluarga.
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
5. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman (contoh: sprei yang kering/tak terlipat, gosokan punggung).
Kolaborasi:
2.
Berikan obat sesuai indikasi, Seperti : Analgesik, contoh morfin, meferidin
(demerol)
|
1. Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
2. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harusdigambarkan
oleh pasien.
3. Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola
sebelumnya, sesuai dengan identifikasi kompikasi seperti meluasnya infark,
emboli paru atau perikarditis.
4. Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan
nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat.
5. Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan
regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap
situasi seperti ini.
6. Meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik
lain dapat dipakai pada fase akut/ nyeri dada berulang yang tak hilang dengan
nitrogliserin untuk menurunkan nyeri
hebat.
|
3.
|
Peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan setpoint hipotalamus .
Data Subjektif ( DS ) :
-
Klien mengatakan
kepanasan dan banyak berkeringat.
Data Objektif ( DO ) :
-
Klien tampak banyak
berkeringat.
-
S : 39 c
-
Leukosit 15.000 ml3
|
Klien dapat mencapai suhu tubuh normal.
KH:
Suhu tubuh
normal (36-37 ͦ)
|
1. Periksa
tanda vital sebelum dan segera stelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasodilator, diuretik.
2.
Berikan kompres
hangat atau kompres dingin sesuai dengan persetujuan klien.
3.
Anjurkan klien untuk
menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
4.
Ganti pakaian atau
alat tenun yang lembab atau basah karena keringat yang banyak.
5.
Berikan selimut yang
tipis.
Kolaborasi:
6. Berikan
antidiueretik
|
1. Hipertensi
ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.
2. Kompres
hangat membantu melebarkan pori-pori permukaan kulit sehingga mempercepat
pengeluaran panas.
3. Pakaian
yang tipis tidak menghambat pengeluaran panas tubuh.
4. Pakaian/alat
tenun yang lembab/basah akan menimbulkan ketidaknyamanan pada klien.
5. Selimut
yang tebal akan menghambat pengeluaran panas tubuh.
|
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
pasien : Tuan B
Umur : 45 Tahun
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TGL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Diagnosa I
|
18 Maret 2011
|
Jam 10.00
1.
mengauskultasi
nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung.
H: Nadi apikal
dan irama jantung dapat diketahui
2.
mencatat
tanda vital dan kaji keadekuatan bunyi jantung adalah perkusi jaringan.
H: TTV dapat
diketahui
3.
membantu
melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam / perlahan, perilaku
disteraksi, visualisasi, bimbingan imajenasi.
H: Klien mau
melakukan tekhnik relaksasi
4.
mengauskultasi
bunyi napas untuk adanya krekels.
H: Tidak
adanya krekels
5.
mencatat
bunyi jantung.
H: Dapat
mengetahui bunyi jantung
6.
Berikan obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat
|
Jam 12.00
S: klien
mengatakan
masih sesak
nafas.
O:
-
ekstermitas masih teraba
dingin CRT 4 detik.
-
RR: 25x / menit.
-
TD:140/100 mmHg
A: masalah
keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi.
P:
lanjutkan
intervensi 1, 3, 4, 5, dan 6
|
|
19 Maret 2011
|
Jam 10.00
1.
mengauskultasi
nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung.
H: Nadi apikal
dan irama jantung dapat diketahui.
2. membantu melakukan teknik
relaksasi, misalnya napas dalam / perlahan, perilaku disteraksi, visualisasi,
bimbingan imajenasi.
H: Klien mau
melakukan tekhnik relaksasi
3.
mengauskultasi
bunyi napas untuk adanya krekels.
H: Tidak
adanya krekels
4.
mencatat
bunyi jantung.
H: Dapat
mengetahui bunyi jantung
5. Berikan
obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat
|
13.00
S: klien
mengatakan sesak nafasnya berkurang.
O:
-
ekstermitas masi teraba
dingin CRT 4 detik.
-
RR: 24 x/ menit.
-
TD: 130/100 mmHg
A: Masalah keperawatan penurunan curah
jantung teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi 2,5.
|
|
20 Maret 2011
|
Jam 10.00
1. membantu melakukan teknik
relaksasi, misalnya napas dalam / perlahan, perilaku disteraksi, visualisasi,
bimbingan imajenasi.
H: Klien mau
melakukan tekhnik relaksasi
2. Berikan
obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat
|
Jam 15.00
S: Klien mengatakan sudah tidak sesak napas.
O:
-
Ekstrenitas
Baik
-
CRT 3 detik
-
RR: 20
x/menit
-
TD: 120/80
A: Masalah keperawatan curah jantung teratasi
P: Intervensi dihentikan
|
Diagnosa II
|
18 maret 2011
|
Jam 10.00
1.
Memantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal,
petunjuk nonverbal, dan respons hemodinamik.
H:
Karakteristik nyeri dapat diketahui
2.
Mengambil gambaran lengkap terhadap nyeri.
H: Mendapat
gambaran nyeri klien.
3.
Mengkaji ulang riwayat PJK sebelumnya. Diskusikan riwayat
keluarga.
H: Mendapatkan
riwayat klien sebelumnya.
4.
Menganjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
H: Klien mau
melaporkan bila terdapat nyeri.
5.
memberikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman.
H: Klien
mendapatkan ketenangan dan kenyamanan.
6.
Memberikan obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat.
|
Jam 12.00
S : klien mengatakan masih
merasakan nyeri di dadanya.
O:
-
Klien sudah
tidak tampak meringis tapi masih tampak sedikit gelisah.
-
TD 140/100 mmHg
-
N: 85 x/menit
-
RR:26 x/menit
-
Skala nyeri 5
A:
Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian.
P: Intervensi 1, 2, 3, 4,
dan 6 di lanjutkan
|
|
19 maret 2011
|
Jam 10.00
1.
Memantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal,
petunjuk nonverbal, dan respons hemodinamik.
H:
Karakteristik nyeri dapat diketahui
2.
Mengambil gambaran lengkap terhadap nyeri.
H: Mendapat
gambaran nyeri klien.
3.
Mengkaji ulang riwayat PJK sebelumnya. Diskusikan riwayat
keluarga.
H: Mendapatkan
riwayat klien sebelumnya.
4.
Menganjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
H: Klien mau
melaporkan bila terdapat nyeri.
5. Memberikan obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat.
|
Jam 13.00
S:.klien mengatakan nyerinya berkurang.
O: klien sudah tidak tampak
meringis dan gelisah.
-
TD 130/80 mmHg
-
N: 80 x/menit
-
RR:24 x/menit
-
Skala nyeri 3
A: Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian.
P:Intervensi 2, 4, dan 5 di lanjutkan
|
|
20 maret 2011
|
Jam 10.00
1.
Mengambil gambaran lengkap terhadap nyeri.
H: Mendapat
gambaran nyeri klien.
2.
Menganjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
H: Klien mau
melaporkan bila terdapat nyeri.
3. Memberikan obat sesuai indikasi.
H: Klien mau
minum obat.
|
Jam 14.00
S: klien mengatakan nyerinya sudah
tidak ada/hilang.
O: klien tidak tampak meringis dan gelisah.
-
TD:
120/80 mmHg
-
N:
85x/menit
-
RR:
20X/menit
-
Skala nyeri 0
A: Masalah keperawatan nyeri teratasi.
P: intervensi dihentikan.
|
Diagnosa III
|
18 Maret 2011
|
Jam 10.00
1. Memberikan kompres hangat.
H: Klien mau
dikompres.
2. Menganjurkan
klien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
H: Klien mau
memakai pakaian yang tipis.
3. Mengganti
pakaian atau alat tenun yang lembab.
4. Memberikan
selimut yang tipis.
5. Memberikan
minum yang banyak.
6. Memberikan
antipiterik paracetamol.
H: Klien mau
minun obat.
|
Jam 12.00
S: Klien
mengatakan
masih sedikit merasa kepanasan dan berkeringat.
O: Klien
masih tampak berkeringat.
-
S: 38 derajat celcius
-
Leukosit 12.000 ml
A: masalah
keperawatan peningkatan suhu teratasi sebagian.
P: Lanjutkan
intervensi 1, 2, 5, 6,
|
|
19 Maret 2011
|
Jam 10.00
1. Memberikan
kompres hangat.
H: Lkien mau
dikompres.
2. Mengajurkan
klien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
H: Klien mau
memakai pakaian yang tipis.
3. Memberikan
minum yang banyak.
H: Klien mau
minum.
4. Memberikan
antipitirik paracetamol.
H: Klien mau minum obat.
|
Jam 13.00
S: Klien mengatakan sudah tidak merasa
kepanasan dan berkeringat lagi.
O: Klien
tidak tampak berkeringat.
-
S: 37 derajat celcius
-
Leukosit 9.000ml
A: Masalah
keperawatan peningkatan suhu teratasi.
P: Intervensi
dihentikan, klien boleh pulang
|
FORMAT KONSUL MAKALAH PLENO
KELOMPOK : II
SEMESTER : II A
PEMBIMBING : Ns. Siska Widyastuti, S.Kep
NO.
|
HARI/TGL
|
PARAF
|
KETERANGAN
|
|
|
|
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Aterosklerosis (Atherosclerosis)
merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi
lebih tebal dan kurang lentur.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Berdasarkan teoritis,
diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu:
- Nutrisi (perubahan lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kelebihan metabolik.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokard terhadap ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
miokard.
3. Peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan setpoint hipotalamus.
4. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial dan
perubahan inofatrik.
Klien masuk
rumah sakit dengan alasan kadang-kadang mengeluh nyeri dada, sesak, batuk. Klien
juga tampak meringis dan gelisah. Mukosa bibir tampak kering dan pucat,
ekstremitas bawah klien teraba dingin dan klien tampak berkeringat.
Dari hasil pengkajian, dapat diangkat
beberapa diagnosa yaitu:
1.
Penurunan curah jantung b/d
perubahan kontraktilitas miokardial dan perubahan inofatrik.
2.
Nyeri berhubungan dengan iskemia
miokard terhadap ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
3.
Peningkatan suhu tubuh b/d
peningkatan setpoint hipotalamus.
Semua intervensi pada teoritis ditampilkan pada perencanaan kasus. Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi klien tiap hari
sesuai dengan permasalahan yang dianggap
B.
Saran
1.
Institusi
Penulis berharap makalah ini dapat
menjadi referensi tambahan untuk PSIK STIKES HI pada khususnya dan semua
pembaca pada umumnya.
2. Mahasiswa
Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan mahasiswa tentang kelainan pada sistem kardiovaskuler
yaitu Aterosklerosis.
DAFTAR PUSTAKA
Aru
W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Edisi
5. Jakarta: EGC
Doenges,
E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta: EGC
Elizabeth,
J. Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Arif
Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.
Jakarta: EGC
Setiawan,
Santoso. 2005. Penyakit Jantung Koroner. Available in : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/147_05PenyakitJantungKoroner.pdf/14
7_05PenyakitJantungKoroner.html (diakses tanggal 19 Februari 2012).
Medicastore.
2009. Aterosklerosis. Available in: http://medicastore.com/penyakit/137/Aterosklerosis_Atherosclerosis.html
(diakses Tanggal 19 Februari 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar