Rabu, 20 November 2013

syndrom cushing


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin
            Kelenjar endokrin merupakan sekumpulan sel epitelia atau sel epiteloid yang mensekresikan substan (bahan) kimia yang spesifik dan mempunyai pengaktifan biologi yang tinggi, disebut hormon (Evelyn C. Pearce, 2008:281).
Gambar 2.1
Susunan letak kelenjar endokrin
(Referensi: Uce.L, 2010)
 
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di jaringan kelenjar. Kata endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”,  zat aktif utama dari sekresi interna dinamakan hormon, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”. Beberapa organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain (Evelyn CP,2008:281).
Kelenjar endokrin mencakup kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pulau-pulau langerhans pancreas, ovarium dan testis.Semua kelenjar ini menyekresikan produknya langsung ke dalam darah, berbeda dengan kelenjar eksokrin, misalnya kelenjar keringat, yang menyekresikan produknya lewat saluran permukaan epithelia.Hipotalamus berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin.Zat-zat kimiayang disekresikan kelenjar endokrin disebut hormon.Hormon membantu mengatur fungsi organ agar bekerja secara terkoordinasi dengan sistem saraf.Sistem regulasi ganda ini, di masa kerja sistem saraf diimbangi oleh kerja hormon yang lebih lambat, memungkinkan pengendalian berbagai fungsi tubuh secara tepat dalam bereaksi terhadap berbagai perubahan di dalam dan luar tubuh(Smelzer, 2001:1289).
1.      Kelenjar Hipofisis
      Hipofisis terletak di baris cranii dalam sella tursica yang terbentuk oleh os sphenoidale. Besarnya kira-kira 10 x 13 x 6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram.bentuk anatomis dari hipofisis sangat kompleks dan agar pengertian tentang susunannya ia harus ditinjau kembali sejak pembentukannya didalam embrio. Klinis kita mengenal hanya 2 bagian dari hipofisis, yakni adenohipofisis (bagian anterior) dan neurohipofisis (bagian posterior). Berat adenohipofisis sekitar 75% dari seluruh hipofisis. Lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dngan hipotalamus melalui tangkai hipofisis, lobus anterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus. Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena memiliki kemampuan dalam mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar hipofisis endokrin lain, maka bagian anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan nama master gland. Lobus posterior kelenjar hipofisis terutama berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan (Evelyn.CP, 2008:282).
2.      Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenalis terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortison), dengan rumus yang mendekati kortison, dan atas bagian medula di sebelah dalam yang menghasilkan adrenalin (epirin) dan noradrenalin (noreefirin). Zat tersebut disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis. Sekresinya betambah dalam keadaan emosi, seperti marah dan takut, serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan (Evelyn. CP, 2008:286).
Gambar 2.2
Anatomi Kelenjar Adrenal

(Referensi: Andy.H, 2010)
 
Untitled-1
Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi.Adrenalin membantu metabolism karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.Semua hormon penting yang disekresikan korteks adrenal bertalian erat dengan metabolism pertumbuhan, fungsi ginjal dan tonus otot.Semua fungsi ini menentukan jalan hidup (Evelyn. CP, 2008:286).
3.      Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus, ini merupakan hubungan yang paling nyata antara sistem saraf pusat dan sistem endokrin.Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui hubungan saraf maupun vaskuler.Sistem ini disebut sebagai sistem portal hipotalamus-hipofisis.Sistem portal merupakan saluran vascular yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis.Rangsangan yang berasal dari otak mengaktifkan neuron dalam nucleus hipotalamus yang menyintesis dan menyekresi protein dengan berat molekul rendah. Neurohormon ini dikenal sebagai hormone  pelepas dan penghambat (Price, 2005:1205).
Pada sistem hipotalamus-hipofisis-adrenal, corticotrophin-releasing hormone (CRH) menyebabkan hipofisis melepaskan ACTH.Kemudian ACTH merangsang korteks adrenal untuk menyekresi kortisol. Selanjutnya kortisol akan kembali memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis dan menghambat CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika sistem terlalu bnyak ACTH, sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan mempengaruhi kembali dan menghambat CRH-ACTH. Sistem ini peka karena produksi kortisol atau pemberian glukokortikoid sintetik lain secara berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis hipotalamus-hipofisis dan menghentikan produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan balik mempunyai implikasi praktis pada pasien-pasien dengan terapi kortikosteroid menahun. Pada pasien-pasien ini,pelepasan ACTH tertekan. Jika steroid dihentikan tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufiensi adrenal (Price, 2005:1205-1208).
Gambar 2.3
Sistem Portal Hipotalamus
(Referensi: Sylvia AP, 2005)
 
Menurut Syaifudin (2000:115) secara umum fungsi kelenjar endokrin adalah sebagai berikut:
a.       Menghasilkan hormon–hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh jaringan–jaringan dalam tubuh tertentu.
b.      Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh 
c.       Merangsang aktifitas kelenjar tubuh 
d.      Merangsang pertumbuhan jaringan
e.       Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbs glukosa pada usus halus.
f.       Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral dan air.



B.     Definisi
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapatterjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid (Price, 2005: 1237-1238).
Gambar 2.4
Tubuh Penderita Sindrom Cushing


 







Sindrom Cushing adalah sindrom yang terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan.Sindrom tersebut dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid atau ACTH yang berlebih atau akibat hyperplasia korteks adrenal Smeltzer (2001: 1327-1328).

C.    Etiologi
Menurut Aru.WS (2006:2001) penyebab sindrom Cushing adalah:
1.      Hyperplasia Adrenal
a.       Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa, disfungsi hipotalamik-hipofisa
b.      Mikro dan makro adenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa
c.       Sekunder terhadap tumor non endokrin yang menghasilkan ACTH atau CRH
2.      Hiperplasia noduler adrenal
3.      Neoplasma adrenal
a.       Adenoma
b.      Karsinoma
4.      Penyebab eksogen, iatrogenic
a.       Penggunaan glukokortikoid jangka lama
b.      Penggunaan ACTH jangka lama
D.    Klasifikasi
Klasifikasi  Menurut Aru.WS (2006:2001) sindrom chusing berdasarkan penyebab antara lain :
1.      Hiperplasia adrenal
Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH  hipofisa, disfungsi hipotalmik-hipofisa, mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa.
2.      Hiperplasia noduler adrenal
Terjadi akibat adanya penggunaan glukokortikoid dan penggunaaan ACTH  dalam jangka lama.

E.     Manifestasi Klinis
Adapun gejala klinis yang terjadi pada klien dengan Sindrom Cushing menurut Price (2005: 1238-1240) adalah sebagai berikut:
1.      Kulit mengalami atrofi
2.      Luka-luka sembuh dengan lambat
3.      Terdapat tanda regang berwarna ungu, atau striae.
4.      Otot mengalami atrofi atau lemah.
5.      Mudah timbul luka memar
6.      Terdapat petekie dan ekimosis yang luas pada lengan atas bila pasien diukur tekanan darahnya.
7.      Wajah cushingoid yang khas dengan muka bulat, dagu berlipat, bibir atas menonjol dan fosa supraklavikularis terisi penuh tanpa lekukan
8.      Adanya jerawat di dada
9.      Edema pretibia
Menurut Aru.WS (2006:2002) Sindrom Cushing ditandai dengan obesitas badan (trunchal obesity), hipertensi, mudah lelah, kelemahan, amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis dan tumor basofilik hipofisis.






Gambar 2.5
Tanda Sindrom Cushing moon-face
(Referensi: Govindan, 2006)
 

F.     Patofisiologi
Hipotalamus menghasilkan CRH (Corticotrophin Releasing Hormone) yang merangsang kelenjar pituitary memproduksi ACTH. ACTH masuk ke dalam darah menuju ke kelenjar adrenal dan menstimuli adrenal menghasilkan kortisol.Kortisol disekresi oleh korteks adrenal dari area yang disebut zona fasciculate. Normalnya kadar kortisol tertentu akan member negative feedback kepada kelenjar pituitary sehingga mengurangi sekresi ACTH. Pada Sindrom Cushing terjadi kegagalan pengaturan kadar kortisol dalam darah karena beberapa sebab. Misalnya Sindrom Cushing yang disebabkan oleh adenoma pada korteks adrenal. Adenoma ini menyebabkan sekresi kortisol menjadi tinggi dan terus-menerus sehingga negative feedback yang diberikan kelenjar pituitary menjadi terlalu banyak sehingga kadar ACTH menjadi sangat rendah (Price, 2005:1240-1241).
Menurut Smeltzer (2001: 1328), Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah adekuat. Hyperplasia primer kelenjar  dalam keadaan tanpa disertai tumor jarang terjadi. Pemberian kortikosteroid dapat pula menimbulkan sindrom Cushing.



G.    WOC
 























Text Box: Mk: 
- Kurang Perawatan Diri

- Resiko Ketidakefek-tipan Program PengobatanSumber: Smeltzer (2001) dan Lynda Juall (2006).

H.    Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto (2012:285,286), kepastian diagnostik dapat ditentukan dengan beberapa pemeriksaan seperti:
1.      Pemeriksaan plasma darah untuk pemeriksaan kortisol terjadi peningkatan, plasma ACTH bervariasi tergantung dari penyebabnya, meningkat atau normal atau menurun. Pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui leukositosis, limfopenia, eosinopenia dan hiperglikemia serta menurunnya postassium yang merupakan indikasi dari hiperkortisol.
2.      Pmeriksaan urin 24 jam menunjukan adanya peningkatan kortisol bebas atau 17-hidroksikortikosteroid di urin, glikosuria, hiperkalseuria.
3.      Pemeriksaan saliva, untuk menilai adanya peningkatan kortisol (N: kurang dari 2.0 ng/mL),
4.      Pemeriksaan dexamethasone suppression test : pemberian dexamethasone untuk menekan produksi hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) axsis. Pada keadaan normal ACTH dan kortisol menurun.Pada chusing sindrom tidak ada perubahan ACTH dan kortisol.
5.      Pemeriksaan penunjang seperti X-ray, CT Scan, MRI, untuk mengetahui adanya tumor, kelainan pada kelenjar adrenal, pituitari, paru-paru, saluran pencernaan atau pankreas.
Sedangkan menurut Smeltzer (2001:1329), indikator Sindrom Cushing adalah peningkatan kadar glukosa darah, penurunan kadar kalium serum, penurunan jumlah sel-sel eosinofil dan menghilangnya jaringan limfoid. Pemeriksaan diagnostik lainnya mencakup pengukuran kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam dan pengumpulan urin 2 jam untuk memeriksa kadar 17-hidroksikortokosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol dan androgen dalam urin dan untuk menegakkan diagnosis penyebab dapat dilakukan tes supresi deksametason.





I.       Penatalaksanaan Medis
Menurut Price (2005:1242) Pengobatan Sindrom Cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung pada apakah sumber ACTH adalah hipofisis atau ektopik. Beberapa pendekatan terapi digunakan pada kasus dengan hipersekresi ACTH hipofisis.Jika dijumpai tumor hipofisis sebaiknya diusahakan reseksi tumor transfenoidal.
Klien juga dapat diberikan obat penghambat kortisol seperti metirapon, Aminoglutetimid dan Azatioprin (Halim Mubin, 2008:472).Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati penyakit yang ada dibaliknya (Smeltzer& Bare, 2001:1329).

J.      ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1.      Pengkajian
a.       Identitas data (nama, umur, jenis kelamin, status marital, agama, suku bangsa, alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir)
b.      Riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga (kaji riwayat penyakit arthritis reumatoid, riwayat asma, dan gangguan kulit umum yanga menerima glukokortikoid sebagai agen anti inflamasi, riwayat keganasan kelenjar adrenal)
c.       Pemeriksaan fisik, Inspeksi: moon face, buffalo hump, Tanda – tanda vital stabil hingga tidak stabil, disertai peningkatan frekuensi pernapasan dan tekanan darah
d.      Data Dasar Pengkajian
Menurut Smeltzer & Bare (2001,1328-1331) :
1)      Aktivitas/istirahat
Gejala:   Keletihan, kelelahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak, toleransi terhadap latihan rendah
Tanda:   Takikardia,/ takipnea, dipsnea pada bekerja dan istirahat, kelemahan otot dan penurunan kekuatan otot, otot-otot atropi dan sangat lemah


2)      Sirkulasi
Gejala:   Riwayat sakit kepala,
Tanda: TD meningkat, peningkatan sistolik, diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, edema pretibia
3)      Integritas Ego
Gejala  :     Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis.perasaan tak berdaya
Tanda  :     Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4)      Eliminasi
Gejala:      Peningkatan haluaran urine, poliuria.
Tanda        : Glukosuria
5)      Makanan/Cairan
Gejala:  Penurunan masukan Diet, intoleransi glukosa
Tanda:  Obesitas sentral, membran mukosa tampak mengering, turgor kulit memburuk, abdomen membengkak.
6)      Higiene
Tanda:  Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri
7)      Integument
Gejala: terdapat jerawat di dada, petekie dan ekimosis saat diukur TD
Tanda: kulit tipis, terdapat striae keunguan, terutama pada paha bagian atas, luka-luka sembuh dengan lambat, moonface.
8)      Neurosensori
Gejala: Ketidakmampuan berkonsentrsi, kelemahan sakit kepala berdenyut, pikiran kosong, sulit tidur, mudah lelah
Tanda: ketegangan otot, gelisah, peka rangsang.
9)      Pernapasan
Gejala: Nafas pendek pada aktivitas dan istirahat.
Tanda: Takipnea, ortopnea dan dipsnea.
10)  Interaksi Sosial
Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi   
11)  Reproduksi
Gejala : hirsutisme, oligo/amenore, haid tidak teratur     



12)  Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit arthritis reumatoid, penyakit kronis dan keganasan serta riwayat penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama.

2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Smeltzer dan Bare (2001:1330) diagnosa keperawatan utama Sindrom Cushing adalah sebagai berikut:
a.       Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein serta respon inflamasi
b.      Kurang perawatan diri: kelemahan, perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur
c.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapuh
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas
e.       Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.

Tidak ada komentar: