Selasa, 05 November 2013

Askep Asfiksia


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang sangat penting khususnya bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi yang seperti ini kesehatan seorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan janinnya. Satu hal yang paling sering ditemui di dalam dunia kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu akan mengalami kesulitan dalam bernafas. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran napasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang dangkal, cepat, dan tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur pernapasannya belum berkembang secara sempurna. Pada bayi prematur gangguan pernapasan dapat disebabkan oleh kurang matangnya paru. Disamping faktor organ pernapasan, keadaan pernapasan bayi dan anak juga di pengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh. (Sibuea, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). (Saiffudin.2001).
Di Amerika Serikat pada tahun 1979 sampai 1990 terdapat 155 kematian ibu akibat penyulit pada anestesi atau 3,8% dari 4097 kematian terkait kehamilan (Curningham, 2006).
Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan kritis. Angka kematian ibu karena sectio caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan kejadian asfiksia sedang dan berat pada sectio caesarea sebesar 8,7% dari 1.000 kelahiran hidup sedangkan kematian neonatal dini sebesar 26,8% per 1.000 kelahiran hidup.(Sibuea, 2007).
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334 per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah asfiksia (Mieke, 2006). Angka kematian bayi di Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia mengalami penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 2003). Sedangkan angka kematian ibu mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 1992) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 2003). Kematian pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju. Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia (Dewi dkk, 2005).
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk memacu napas klien untuk kembali normal. Memberikan terapi oksigen yang baik, memberikan semangat kepada keluarga klien untuk berfikir positif dan mengurangi rasa cemas.
Pengawasan ini bertujuan menemukan sedini mungkin adanya kelainan yang dapat mempengaruhi proses persalinan sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan baik. Pemilihan cara persalinan dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan ibu dan bayi, untuk ibu hamil preeklamsia cara persalinan yang sering dilakukan adalah Sectio Caesarea. Sectio Caesarea dilakukan bila terjadi gawat janin atau fetal distress pada kala I, terjadi ketuban pecah dini, kala II yang lama dan ibu yang mengalami kejang (Wiknjosastro, 1999).
Pada sekarang ini, perkembangan ilmu kesehatan terutama dalam pengobatan dan peralatan, sangatlah menunjang dalam pemulihan penyakit. Terutama penyakit yang ada dalam pembahasan makalah ini. Begitu juga dengan petugas kesehatan, baik dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain telah banyak membantu dalam pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal, baik dalam segi perawatan maupun dalam segi pengobatannya. Pada asfiksia neonatorum yang paling baik dan tepat, terutama dalam segi keperawatannya sangatlah membantu dalam penyembuhan klien. (Wiknjosastro, 1999).
Oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan mengenai penyakit asfiksia neonatorum. Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor ibu, faktor placenta, faktor featus dan faktor neonatus, sehingga menyebabkan bayi sulit untuk bernafas secara spontan. Setiap penyakit mempunyai gambaran klinik tersendiri terutama pada tanda dan gejala, pengobatan serta perawatannya.
Dari hasil pemikiran tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih jauh tentang bagaimana seharusnya menangani penderita asfiksia dalam bentuk makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Neonatorum”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah tentang, Bagaimana asuhan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.

C.     Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan klien dengan asfiksia neonatorum.

2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian perawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
b.    Mahasiswa mampu melakukan pengelompokan data pada By. C dengan kasus Asfiksia.
c.    Mahasiswa mampu melakukan Diagnosa keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
d.   Mahasiswa mampu melakukan Perencanaan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
e.    Mahasiswa mampu melakukan Pelaksanaan  tindakan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksa.
f.     Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.

D.     Manfaat Penulisan
1.    Bagi Mahasiswa
a.    Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran secara umum tentang asfiksia.
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui rencana asuhan keperawatan asfiksia.

2.    Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan dengan asfiksia.














BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
1.    Pengertian Respirasi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari tubuh. ( Syaifuddin.2002 ).
Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah serta antara darah dengan sel-sel tubuh (Guyton.1997)
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengatran hormonal tekanan darah.(Syaifudin.2009)
2.  Anatomi Saluran Respirasi
Gambar 1.1 Anatomi saluran pernapasan atas.
Menurut Somantri (2008), Sistem respirasi manusia terbagi menjadi dua, yaitu sistem pernapasan bagian atas dan sistem pernapasan bagian bawah.
1.    Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terbagi atas :
a.       Lubang hidung (cavum nasi)
Hidung terbentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Bagian dalam hidung merupakan lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat. Rongga hidung mengandung rambut yang berfungsi sebagai penyaring kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk kedalam saluran pernapasan.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior.
Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara pernafasan sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana.

b.      Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus berfungsi untuk : membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat tulang tengkorak, mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

c.       Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulan rawan krikoid. Berdasarkan letaknya,faring dibagi menjadi tiga yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo-faring).
d.      Laring
Laring sering disebut dengan ”voice box” dibentuk oleh struktur epiteliumlined yang berhubungna dengan faring dan trakhea. Laring terletak dianterior tulang belakang ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring.
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.Cartilago/tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut: cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun (Adam’s apple) dan sangat jelas terlihat pada pria, cartilago epiglottis 1 buah, cartilago cricoidea 1 buah, cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker.

2.        Saluran Nafas Bagian Bawah
Gambar 1.2 Anatomi saluran pernapasan bawah



a.      Trachea atau Batang tenggorok
Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

b.    Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis, sebelurn dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

c.    Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas kecil gelembung-gelembung (alveoli). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus (lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).

3.  Fisiologi Sistem Pernafasan Respirasi
Menurut Sylvia A (1995), fisiologi sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian ,yaitu respirasi eksternal dimana proses pertukaran O2 dan CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan respirsai internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O2 & CO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses kehidupan. Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :
a.    Ventilasi pulmonal
Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah dan dari sel jaringan. Mekanik pernafasan Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas. Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah difragma turun (posisi diafragma datar), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru.
Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula (melengkung) dan muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru meningkat. (Guyton.1997).
Ventilasi Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh. (Pearce, 2008)
Difusi Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan parsial O2 (PaO+) dalam alveolus lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus. Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg mempengaruhi dari paru ke jaringan , yaitu:
1.        Cardiac out put.
2.        Jumlah eritrosit.
3.        Exercise
4.        Hematokrot darah akan meningkatkan vikositas darah mengurangi    transport O2 menurunkan CO.
(Pearce, 2008)

b.  Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihaemoglobin darah natrium (98,5%) sedangkan dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2 dalam ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit sebagai bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 – 7 %, HbNHCO3 Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 – 20 % , Hb + CO2 HbC0 bikarbonat sebesar 60 – 80%. (Pearce, 2008)
Pengukuran volume paru Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi:
1.         Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
2.         Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal.
3.         Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
4.         Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.
(Guyton, 1997)

B.       Definisi Asfiksia
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah melahirkan. (Rahman.2000)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). (FKUI.2007)


C.      Klasifikasi Asfisia
Menurut M. Rahman (2000), Asfiksia dapat di klasifikasikan berdasarkan skor APGAR, yaitu :
Klinis
0
1
2
Detak jantung
Tidak ada
< 100 x/menit
>100x/menit
Pernafasan
Tidak ada
Tak teratur
Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas dibersihkan
Tidak ada
Menyeringai
Batuk/bersin
Tonus otot
Lunglai
Fleksi ekstrimitas (lemah)
Fleksi kuat gerak aktif
Warna kulit
Biru pucat
Tubuh merah ekstrimitas biru
Merah seluruh tubuh
        
Nilai 0-3   : Asfiksia berat
                     Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
                     Nilai 7-10 : Normal
A=”Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P=”Pulse”(denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.
G=”Grimace”(seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit kaki bayi dengan jari.perhatikan reaksi pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender dari mulut dan tenggorokan di hisap.
A=”Activity”. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau tarik salah satu tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R=”Respiratori”.(Pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.Perhatikan pernapasannya.
Dilakukan pemantauan pada nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasinya di mulai 30 detiksetelah lahir bila bayi tidak menangis.( bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar). ( FKUI, 2007)
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a.    Asfiksia Ringan (Vigorous baby') skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa.
b.    Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
c.    Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1.    Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.
2.    Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

D.      Etiologi Asfiksia
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut M. Rachman (2000), pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1.    Faktor Ibu
a.       Hipoksia ibu. Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b.      Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
c.       Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d.      Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.    Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
3.    Faktor featus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4.    Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

E.       Patofisiologi Asfiksia
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga denyut jantung janin (DJJ) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan dari nervus simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intra uterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (FKUI.2007)
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut jantung akan menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea skunder. (Towwel.2006)

F.       Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah sebagai berikut :
1.         Bayi pucat dan kebiru-biruan
2.         Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3.         Hipoksia
4.         Asidosis metabolik atau respiratori
5.         Perubahan fungsi jantung
6.         Kegagalan sistem multiorgan
7.         Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

G.       Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a.    Edema otak dan perdarahan otak
     Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan pendarahan otak. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
b.    Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir keorgan seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c.    Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d.   Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

H.      Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut dengan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Tindakan Resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC-resusitasi :
a.       Memastikan saluran napas terbuka :
1.      Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2.      Menghisap mulut, hidung, kalu perlu trakea
3.      Bila perlu masukan Et untuk memastikan napas terbuka
b.      Memulai pernapasan :
1.      Lakukan rangsangan taktil
2.      Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3.      Mempertahankann sirkulasi darah
4.      Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
(FKUI.2007)

I.         Pemeriksaan Diagnostik
a.       Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
b.      Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek
c.       Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
d.      Pengkajian spesifik
e.       Elektrolit garam
f.       USG
g.      gula darah.
h.      PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
i.        Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
j.        Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks    antigen-antibodi pada membran sel darah merah.
(Septia Sari,2010)

J.        Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

K.    Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Secara Teoritis
1.      Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a.    Identitas klien/bayi dan keluarga.
b.    Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c.    Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d.   Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e.    Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f.     Riwayat kelahiran klien/bayi.
g.    Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia sedang.
h.    Pengkajian dasar data neonatus:
1.      Sirkulasi
a.    Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b.  Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c.  Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d.  Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2.      Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3.      Makanan/ cairan
a.    Berat badan : 2500-4000 gram
b.    Panjang badan : 44-45 cm
c.     Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4.      Neurosensori
a.    Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b.    Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c.     Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
5.      Pernafasan
a.    Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b.    Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c.     Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6.      Keamanan
a.       Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b.       Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).

2.      Diagnosa Keperawatan
a.     Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b.     Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c.     Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d.    Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
e.     Asietas b/d ancaman kematian

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

NO
DIAGNOSA

PERENCANAAN

PARAF

KPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONALISASI

1.



















2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mukus lendir.














Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b/d  ekspansi yang kurang adekuat
TJ : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar
Kriteria Hasil:
1.     Rata-rata repirasi dalam batas normal (30-40x/menit)
2.     Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
3.     Tidak ada suara nafas tambahan (ronchi/wheezeng)



TJ: pernafasan kembali normal

Kriteria Hasil:
1.    Klien tidak mengalami sesak napas
2.    RR klien normal (30-40x/menit)
3.    Kulit klien tidak pucat

1.        Mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.
2.        Memberitahu keluarga tentang suction
3.        Mengobservasi adanya tanda-tanda distres pernafasan
4.        Memposisikan bayi miring kekanan setelah memberikan makan
Kolaborasi
1.        Melakukan hisap mulut dan nasopharing dengan spuit sesuai kebutuhan





Mandiri
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
2.      Auskultasi bunyi napas
3.      Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi
4.      Berikan rangsang taktil yang segera ( mis, gosokkan punggung bayi ) bila terjadi apnea.
5.      Mengobservasi warna kulit.
Kolaborasi :
6.      Berikan oksigen tambahan


1.      Obstruksi jalan napas dapat dimanefestasikan dengan adanya bunyi napas tambahan seperti krekels, ronki,wheezing.
2.    Sebelum melakukan tindakan berikan penkes kepada keluarga agar tidak terjadi kepanikan/ kesalhpahaman. Dan agar ada kerjasama dari keluarga pasien.
3.    Untuk membersihkan sisa – sisa air ketubn
4.    Untuk mencegah terjadinya aspirasi








1.      Kecepatan napas biasanya meningkat
2.      Bunyi napas menurun atau tidak ada bila jalan napas obstruksi
3.      Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode asfiksia
4.      Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan yang spontan
5.      Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas















NO
DIAGNOSA

PERENCANAAN

PARAF

KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONALISASI

3.















Ansietas b/d ancaman kematian






Tujuan : keluarga tidak cemas
KH :
1.      Keluarga klien tetap tenang
2.      Keluarga mengerti dengan apa yang dianjurkan      
1.  mengevaluasi tingkat pemahaman keluarga klien tentang diagnose.
2.  Memberikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur antara keluarga dan perawat.
3.  Melibatkan orang terdekat dalam perencanaan keperawatan.

4.  Memberikan kenyamanan fisik

1.              Agar keluarga tahu tentang penyebab sesak yang dialami oleh bayinya

2.              Agar dapat mengurangi rasa cemas



3.              Agar keluarga tahu apa yang perawat lakukan



4.              Agar keluarga merasa nyaman


4.

Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi



TJ: pertukaran gas kembali normal

Kriteria Hasil:
5.        Mempertahankan kadar PO2 / PCO2 dalam batas normal ( pO2 : 80-100mmHg, pCO2  : 35-45mmHg)
6.        Klien tidak mengalami sesak napas
7.        Suhu tubuh dalam keadaan normal ( S 36-37ºC

Mandiri
1.    Kaji status pernafasan,perhatikan tanda-tanda distres pernafasan(mis, takipnea, pernafsan cuping hdung, mengorok, retraksi,ronki, atau krekels).
2.    Gunakan pemantauan oksigen transkutan atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap jam. Ubah sisi alat setiap 3-4 jam.
3.      Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati,sesuai kebutuhan.



4.      Pertahankan kenetralan suhu tubuh

Mandiri
1.         Takipnea menandakan distress pernafasan,khususnya bila pernfasan lebih dari 60 x/i setelah 5 jam pertama kehidupan.



2.         Memberikan pemantauan noninvasif konstan terhadap kadar oksigen.



3.         Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya pada bayi yang menerima ventilasi terkontrol.


4.         Stres dingin meningkatkan konsumsi oksigen bayi,dapat meningkatkan asidosis, dan selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.




BAB III
TINJAUAN KASUS
                                                                             
A.      Kasus Pemicu Asfiksia
By C, usia 2 jam, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa melayu, alamat kota baru jambi, masuk RS pada tanggal 03/10/2012. By C merupakan anak pertama dari  Ny.M dan Tn.N. By C masuk RSUD Raden Mattaher Jambi di ruang PRT. Bayi diantar oleh Bidan T dengan alasan setelah di lahirkan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur nilai Apgar score lima menit pertama adalah 5. Bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut bayi. Menurut keterangan dari bidan hal ini terjadi dikarenakan ibu bayi partus selama 12 jam, warna air ketuban hijau kental, usia kehamilan saat melahirkan adalah 42 minggu, selama kelahiran ibu mengalami preeclampsia dengan TD 140/100 mmHg. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan bayi terlihat sianosis, bibir terlihat pucat dan hidung teraba dingin, tonus otot lemah, akral teraba dingin, denyut nadi bayi 90 x/I, RR 15x/i, bayi terpasang O2 2 liter, IVFD Dx 5% 4 tetes/i. Saat ini bayi masih dalam perawatan menurut diagnose dokter bayi mengalami afiksia sedang dan harus di lakukan tindakan resusitasi. Keluarga klien mengatakan bahwa dirinya cemas terhadap anaknya.











B.      Asuhan Keperawatan
Ruang                       : PRT                           Tgl masuk RS              : 3 Oktober 2012
Kelas                         : II                               Tgl Pengkajian            : 3 Oktober 2012

1.    Pengkajian 
  a.   Identitas Klien
            Nama               : By. C                                    
            Jenis Kelamin  : laki-laki                                
            TTL / Usia       : 2  Jam                                   
            Agama             : islam                                     
Alamat                        :Kota Baru Jambi
Anak ke           : 1 (satu)
Suku Bangsa   : Melayu

Nama orang tua
a.       Ibu
Nama                     : Ny. M
Umur                     : 23 Tahun
Suku Bangsa         : Melayu
Pendidikan            : SMA
Pekerjaan               : IRT
Agama                   : Islam
Alamat                  : Kota Bau Jambi
b.      Ayah
Nama                     : Tn. N
Umur                     : 25 Tahun
Suku Bangsa         : Melayu
Pendidikan            : S-1
Pekerjaan               : Wiraswasta
Agama                   : Islam
Alamat                  : Kota Baru Jambi

b.   Data Medik
Diagnosa medik
a)         Saat masuk           : asfiksia
b)        Saat pengkajian    : asfiksia sedang

d.   Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit Raden Mattaher Jambi pada tanggal 03 Agustus 2011 dengan alasan bidan T mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan setelah dilahirkan.

e.       Riwayat Kesehatan Saat Ini
Bidan T mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis setelah dilahirkan dengan usaha bernapas lemah,

f.       Riwayat Kehamilan Ibu
a.       Umur kehamilan                : 42minggu
b.      Periksa ANC                     : pada bidan
c.       Frekuensi ANC                 :  4x selama kehamilan
d.      Penyakit ibu selama hamil: hipertensi

g.      Riwayat Persalinan Ibu
1.      Jenis persalinan
Pervaginam.
2.      partus ditolong oleh bidan.
3.      lama partus selama 12 jam.
4.      Warna air ketuban hijau dan kental
5.      Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dengan TD :140/100 mmHg

h.      Pemeriksaan fisik
1)   Tanda-tanda vital klien/bayi
a)         Denyut Nadi               : 90 x/i
b)         RR                               : 15x/i
c)         Suhu                           :37 C
d)        BB/PB                        : 3000gr/43cm

2)   Head to Toe
·               Kepala               : Bentuk                       : Normal
 ChepalHematom        : Tidak Ada

·               Mata                   : Bentuk              : Simetris
  Sekret                : Tidak ada
 Conjungtiva        : Ananemis
 Sklera                  : Anikterik

·               Mulut                 : Bibir              : Normal
 Gigi                : Belum Tumbuh

·               Hidung               : Simetris, Teraba dingin

·               Telinga               : Bentuk          : Simetris

·               Thorax & Abdomen       : Bentuk                      : Normal
Nafas                         :Megap-megap
  Denyut Jantung         :Bradi Cardia
  Tali Pusat                     :Tidak ada Perdarahan
·               Ekstremitas        : Tonus Otot Lemah
   Teraba dingin

3)         Nilai APGAR skor bayi lima menit pertama adalah 4.
-          Detak jantung = 1
-          RR                   = 1
-          Refleks saat jalan nafas  = 1
-          Tonus otot       = 1
-          Warna kulit     = 0
i.        Terapi
            IVFD dx 5%  4  tts/i menggunakan infus set mikro.
            O2 2 Liter/menit




























2.        Analisa Data

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.














 

2.














 

3.
DS : bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut bayi
DO :
-    Tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah
-    RR: 15x/i
-    N: 90x/i
-    Dalam mulut bayi





DS :
-     Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis
-     Bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur


DO :
-     Bayi tampak sulit bernapas
-     RR : 15x/i
-     N : 90x/i
-     Klien tampak terpasang O2 2 liter.

DS  :
-     Ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya.

DO  :
-     Keluarga klien tampak cemas
-     Keluarga klien tampak gelisah melihat anaknya masih belum menangis.
-     Keluarga klien tampak cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2 liter), dan terpasang infus.


Espansi yang kurang adekuat














Penumpukan cairan ketuban














Ancaman kematian










Gangguan pertukaran gas.














Bersihan jalan nafas tida efektip














Ansietas



















3.    Diagnosa  Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien         :  By. C
Usia                        : 2 Jam
NO
TANGGAL
DITEGAKKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PARAF
1.
03 Agustus 2012
2011
Gangguan pertukaran gas b/d  ekspansi yang kurang adekuat d.d Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur, bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien tampak terpasang O2 2 liter.


2.

05    0Oktober 2011

Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut bayi, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i



3.













03 Oktober 2012











Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, keluarga klien tampak cemas, keluarga klien tampak gelisah melihat anaknya masih belum menangis, keluarga klien tampak cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2 liter), dan terpasang infus.





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Nama               : Bayi C
Umur               : 2 Jam
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b/d  ekspansi yang kurang adekuat d.d Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur, bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien tampak terpasang O2 2 liter,

TJ: pernafasan kembali normal

Kriteria Hasil:
1.      Klien tidak mengalami sesak napas
2.      RR klien normal (30-40x/menit)
3.      Kulit klien tidak pucat

Mandiri
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
2.      Auskultasi bunyi napas



3.      Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi
4.      Berikan rangsang taktil yang segera ( mis, gosokkan punggung bayi ) bila terjadi apnea.


Kolaborasi
5.      Berikan oksigen tambahan

Mandiri
1.      Kecepatan napas biasanya meningkat

2.      Bunyi napas menurun atau tidak ada bila jalan napas obstruksi

3.      Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode asfiksia


4.      Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan yang spontan



5.      Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas







NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
2
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d  bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut bayi, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i

Tujuan
Pola napas kembali efektif

KH :
-        Bayi tidak sesak napas
-        TTV normal ( RR 30-0x/menit N 45x/menit S 36-37ºC)

Mandiri
1.    Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.

2.    Beritahu keluarga tentang suction
3.    Observasi adanya tanda-tanda distres pernafasan

4.    Posisikan bayi miring kekanan setelah memberikan makan

Kolaborasi
5.      Hisap mulut dan nasopharing dengan spuit sesuai kebutuhan

Mandiri
1. Pernapasan ronki dan mengi menunjukkan obstruksi jalan napas.
2.Megurangi rasa kecemasan 
3.distres pernapasan sering terjadi pada bayi
4. agar makanan yang sudah masuk tidak keluar kembali


5.untuk mengeluarkan cairan yng di mulut






NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
3
Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, keluarga klien tampak cemas, keluarga klien tampak gelisah melihat anaknya masih belum menangis, keluarga klien tampak cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2 liter), dan terpasang infus.

Mendemostrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit.
KH:

1.      Menunjukan rentang perawatan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks atau istirahat.
2.      Mengakui dan mendiskusikan takut atau masalah.
1.      Evaluasi tingkat pemahaman keluarga klien tentang diagnose.



2.       Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur antara keluarga dan perawat.

3.      Libatkan orang terdekat dalam perencanaan keperawatan.


4.      Berikan kenyamanan fisik

1.    Orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri. 
2.    membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi terhadap informasi.
3.    dapat membantu dalam memperbaiki beberapa perasaan cemas.

4.    sulit menerima dengan isu emosi bila tidak kenyamanan fisik menetap.



















CATATAN PERKEMBANGAN
Nama  : By. C
Usia     : 2 Jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari    : Pertama

No

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI

EVALUASI
1
4-10-2012
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b/d  ekspansi yang kurang adekuat d.d Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur, bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien tampak terpasang O2 2 liter,

Jam 10.00
1.    Mengkaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas dapat terpantau
2.     Mengauskultasi bunyi napas
3.    Memposisikan bayi pada posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi
4.    Mengobservasi warna kulit.
H : Warna kulit klien pucat

Kolaborasi :
5.     Memberikan terapi oksigen.
H : Klien terpasang O2 2liter
Jam 12.00

S : Klien masih tampak kesulitan bernafas

O :
- Ekstremitas klien masih tampak        sianosis
-   Klien tampak pucat
  RR : 27x/i
-       Napas ronchi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 5 )


















NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
2
4-10-2012
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d Bidan T mengatakan Ny.M partus lama selama 12 jam, bidan T mengatakan warna ketuban hijau dan kental, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I, N: 90x/

Jam 10.00
1.           Mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.
H: Sebelum : Kreckles
Setelah : Vesikuler
2.           Memberitahu keluarga tentang suction
H: supaya keluarga mengetahui bahwa anaknya akan dilakukan suction
3.           Mengobservasi adanya tanda-tanda distres pernafasan
H:  Pernapasan klien dapat terpantau
4.           Memposisikan bayi miring kekanan setelah memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
5.           Melakukan hisap mulut dan nasopharing dengan spuit sesuai kebutuhan
H: Jalan napas kembali normalJam 10.00
6.  Mengkaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas dapat terpantau

Jam 12.00

S : Orangtua klien mengatakan anaknya masih sesak napas

O :  RR 20x/i
N 102x/i

A : Masalah bersihan jalan napas teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan (3, 4, 5 )


















NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
3
4-10-2012
Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, keluarga klien tampak cemas, keluarga klien tampak gelisah melihat anaknya masih belum menangis, keluarga klien tampak cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2 liter), dan terpasang infus.


Jam 11.00wib
3.      mengevaluasi tingkat pemahaman keluarga klien tentang diagnose.
4.      Memberikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur antara keluarga dan perawat.
5.      Melibatkan orang terdekat dalam perencanaan keperawatan.
6.      Memberikan kenyamanan fisik

Jam 12.00 wib

S :
- Keluarga klien mengatakan mengerti dengan apa yang dijelaskan
-   Keluarga klien mengatakan cemas sedikit berkurang
O : Keluarga klien tampak mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan
-          Keluarga klien masih sering bertanya tentang keadaan anaknya
A :  masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan ( 2 )






CATATAN PERKEMBANGAN
Nama              : By. C
Usia                 : 2 jam
Tanggal          : 3 Oktober 2012
Hari                : Kedua
NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
5-10-2012
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b/d  ekspansi yang kurang adekuat d.d Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur, bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien tampak terpasang O2 2 liter,
Jam 14.30
1.     Mengkaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas dapat terpantau
2.     Mengauskultasi bunyi napas
3.    Memposisikan bayi pada posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
4.     Memberikan terapi oksigen.
H : Klien terpasang O2 2liter

Jam 17.00

S : Klien masih tampak kesulitan bernafas

O :
RR : 28x/i
Napas Vesikuler

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan (1, 3, 4 )










NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
2
5-10-2012
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d Bidan T mengatakan Ny.M partus lama selama 12 jam, bidan T mengatakan warna ketuban hijau dan kental, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i

Jam 14.15 wib
1.        Mengobservasi adanya tanda-tanda distres pernafasan
H:  Pernapasan klien dapat terpantau.
2.     Memposisikan bayi miring kekanan setelah memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
3.    Melakukan hisap mulut dan nasopharing dengan spuit sesuai kebutuhan
H: Jalan napas kembali normal
Jam 17.00 wib
S : Klien masih tampak kesulitan bernafas

O :
- Tidak terdapat penumpukan cairan
-          RR : 27x/i

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan (1, 2)




NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
                    EVALUASI
3
5-10-2012
Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, keluarga klien tampak cemas, keluarga klien tampak gelisah melihat anaknya masih belum menangis, keluarga klien tampak cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2 liter), dan terpasang infus.


Jam 14.15wib

1.      Memberikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur antara keluarga dan perawat.

 Jam 17.00

S : keluarga klien mengatakan paham dan menyerahkan sepenuhnya kepada perawat
O : keluarga klien tampak paham dan mengerti
A : masalah teratasi
P :  intervensi dihentikan.







CATATAN PERKEMBANGAN
Nama              : By. C
Usia                 : 2 jam
Tanggal          : 3 Oktober 2012
Hari                : Ketiga
NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
6-10-2012
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b/d  ekspansi yang kurang adekuat d.d Bidan T mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak segera menangis, bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur, bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien tampak terpasang O2 2 liter,
Jam 09.00
1.  Mengkaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas dapat terpantau
2.    Memposisikan bayi pada posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
3.     Memberikan terapi oksigen.
H : Klien terpasang O2 2liter
Jam 12.00

S : Klien tampak bernafas normal

O :
RR : 33x/i
Napas Vesikuler

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan



NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
2
6-10-2012
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d Bidan T mengatakan Ny.M partus lama selama 12 jam, bidan T mengatakan warna ketuban hijau dan kental, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i

Jam 09.00wib
1.      Mengobservasi adanya tanda-tanda distres pernafasan
H:  Pernapasan klien dapat terpantau.
2.      Memposisikan bayi miring kekanan setelah memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan

Jam 12.00

S : Klien tampak bernafas normal

O :
RR : 33x/i
Tidak terdapat distress pernapasan
Tidak terdapat penumpukan sekret

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan oleh keluarga (2)




BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3   : Asfiksia berat Nilai 4-6   : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangakat secara teoritis  adalah :
f.      Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
g.     Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
h.     Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
i.       Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
j.       Asietas b/d ancaman kematian

B.     SARAN
1.      Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asfiksia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
2.      Institusi
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan bahan pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan dengan asfiksia.


Tidak ada komentar: