Selasa, 12 November 2013

luka bakar


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan pembungkus tubuh dan pelindung organ didalamnya.



Gambar.2.1. Anatomi kulit
Menurut Syaifudin tahun 2009, Luas permukaannya pada orang dewasa 1,5-1,75 m². Berat 15% dari total berat badan. Tebal tidak sama, bervariasi antara 5-6mm, pada telapak tangan dan kaki, 0,5mm pada kulit penis. Secara mikroskipik kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1.        Epidermis
      Lapisan epidermis terdiri atas :
a.      Stratum korneum, selnya sudah mati,tidak mempunyai inti sel dan menggandung sel keratin.
b.     Stratum lusidum, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terdapat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat.
c.       Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan  sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karna banyaknya butir-butir stratum granulosum.
d.     Stratum spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosus karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena selselnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut jembatan interseluler.
e.       Stratum basal/germinatikum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum germinatikum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir halus disebut butir melanin warna. Sel-el tersebut disusun seperti pagar di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis.

2.    Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Lapisan dermis terbagi 2, yaitu:
a.   Stratum Papilaris Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b.   Stratum retikularis Yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (metrik) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondoitin sulfal, dibagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisil. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Subkutis
Lapisan Subkutis adalah lanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak kepinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adifosa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung paa lokasinya. Diabdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan ini juga merupakan bantalan.
Faskularisasi dikulit diatur oleh 2 fleksus, yaitu, fleksus yang terletak dibagian atas dermis (fleksus superficial) dan yang terletak disubkutis (fleksus profunda). Fleksus yang didermis bagian atas mengadakan anastomosis dipapil dermis, fleksus yang disubkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jarinan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti terdesak ke pingir, sehinga membentuk seperti cincin.
Menurut price (2006) Kelenjar – Kelenjar pada Kulit terdiri dari:
a.    Kelenjar sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak kedalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus, lentur dan lunak
b.   Kelenjar apokrin
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora dan bermuara pada folikel rambut. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.
c.    Kelenjar ekrin
Kelenjar ini terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi peningkatan suhu lingkunagn dan suhu tubuh. Kecepatan eksresi keringat dikendalikan oleh saraf simpatik.
           Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.
           Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
            Faal kulit, yaitu :
a.    fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkalikuat lainnya;gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun jamur.Hal diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya dilapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit  terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungi kimiawi terhadap infeksi bakteri/ jamur. Proses keratinisasi juga berperan sebagai sawar (barier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
  1. fungsi absorsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap dan mudah di serap, begitupun larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, cO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit di pengaruhi oleh tebal tipisnya kulit hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis pehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara sluran kelenjar ; tetepi lebih banyak yang melaui sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar
  2. fungsi eksresi, kelenjar kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amoniak. Kelenjar emak pada fetus atau pengaruh hormon androgen dari ibunya memperoduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir di jumpai sebagai fernix caseosa. Sebum yang di peroduksi kulit karena lapisan sebum ini selain memiyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.
  3. fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis. Trehadap rangsangan panas diperankan oleh badab-badab rufini di dermis dan subkutis terhadap dingin di perankan oleh badan-badan karuse yang terketak di dermis.badan taktil meyssner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan marcel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan oleh badan paccini di epidermis. Syaraf-syaraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
  4. fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)  pembuluh darah. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus faskular di pengaruhi oleh saraf simpatis (asetil kolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstrapasasi cairan, karna itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
  5. fungsi pembentukan pigmen sel pembentuk pigmen (melatosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi syaraf. Perbandingan jumlah sel basal: 10:1. jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya. Butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, di sebut juga sebagai clear cell. Melsnosom di bentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim terosinase, ion Cu dan O2. pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen di sebar ke dalam epidermis melalui tangan-tangan denrit sedangkan lapisan kulit bawah di bawa oleh sel melanofak (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan keorein.
  6. fungsi keratuinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit di mulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain aka berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosun makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum makin lama inti menghilang dan ceratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus dan sampai sekarang belum sepenuhnya di mengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintisis dan degranasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologi.
  7. fungsi pembentukan Vitamin D, di mungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut sehingga pemberian vitamin D sistemik masih dapat di perlukan.

B.     Luka Bakar
1.      Definisi
Luka  bakar adalah suatu bentuk traumatis dengan luka yang unik dan dapat menimbulkan jaringan mati (eskar) yang menetap pada lokasi dalam jangka waktu lama (hetharia, 2009).   
Luka bakar merupakan kasus trauma yang memerlukan penanganan serius karena permasalahan yang terjadi sangat kompleks seperti : masalah gangguan pernapasan, gangguang sirkulasi, gangguan keseimbangan cairan elektrolit, gangguan metabolism protein, karbohidrat, lemak gangguan keseimbangan asam basa dan gangguan sistem tubuh lainnya (krisanty, 2009).

2.      Etiologi
Menurut Arif Mutaqin tahun 2011, penyebab luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis meliputi :
1.      Panas basah ( luka bakar ) yang disebabkan oleh air panas ( misalnya : teko atau minuman).
2.      Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3.      Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang dan api yang disebabkan oleh merokok ditempat tidur.
4.      Benda panas ( misalnya radiator).
5.      Radiasi (misalnya : terbakar sinar matahari).
6.      Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kuli, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapatkan pemantauan jantung minimal selama 24 jam setelah cedera.
7.      Luka bakar akibat zat kimia disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8.      Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan dan luka bakar pada kepala dan leher atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.

3.      Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia.  Dekstruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab ( burring agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalam lukanya bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamaya kontak dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak dalam 1 detik dengan air panas dari shower dengan suhu 68,9oC dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (fuul-thickness injury). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera fuul-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar, kemudian perawatanya dilakukan melalui tiga fase luka bakar yaitu : fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitas (Smeltzer,2002)



4.      Derajat Luka Bakar
Menurut Hethria tahun 2009, derajat luka bakar terdiri dari 3 derajat :
1.   Derajat I
Mengenai epidermis ( bagian atas dari kiri )
Tanda : hyperemia, rasa nyeri yang hebat.
2.   Derajat II
Luka bakar mengenai koreum
a).  Dangkal, kerusakan jaringan lapisan dermis yang dangkal
      tanda : bulla ( lepuh ) penumpukan cairan intertisial
      penyembuhan : 2 minggu tanpa jaringan parut ( bila tidak infeksi ).
b).  Dalam, kerusakan jaringan lapisan dermis yang dalam
      tanda : lepuh ( bulla )  pucat  dan agak kering
      penyembuhan : penyembuhan agak lama
1)      jaringan granulasi ( skin graft )
2)      jaringan parut
3)      hypertrophic scar
3.      Derajat III subkutis :
Kerusakan mengenai seluruh ketebalan kulit ( subkutis : jaringan sampai dengan otot, pembuluh darah dan syaraf sampai dengan jaringan tulang ).
Tanda-tanda :
1). Terdapat jaringan nekrosis ( jaringan mati )
2). Kulit kering
3). Kehitaman dan hangus
4). Anastesia
5). Tidak ada blester/bulla
6). Sembuh dalam waktu lama




5.      Manifestasi klinis
Menurut  Williams Tahun 2008, Manifestasi klinis yang mungkin muncul dari luka bakar yaitu:
1.   Lepuh
2.   Mulut hangus, bibir terbakar, luka bakar di kepala, leher atau wajah, bunyi menciut, perubahan suara, sulit bernapas dan batuk, bulu hidung atau alis terbakar atau mukus berwarna karbon.
3.   Edema
4.   Nyeri
5.   Kulit terkelupas atau berwarna merah
6.   Tanda syok
7.   Kulit berwarna putih atau hangus.

6.      Efidemiologi
Di Amerika serikat kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih  separuh  dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-udang tentang pengamanan kebakaran (smeltzer,2002)

7.      Penentuan Luas Luka Bakar
Menurut Hetharia tahun 2009, adapun cara penentuan  luas luka bakar :
a.      Untuk menentukan luas luka bakar dapat dipergunakan rumus Sembilan (rule of nine) atau rumus Wallace.
1.   Kepala dan leher                                                        9 %
2.   Lengan dan tangan                                                     18 %
3.   Badan belakang                                                          18 %
4.   Badan depan                                                               18 %
5.   Tungkai ( masing-masing 18% )                                36 %

b.      Untuk luka bakar yang tidak luas dipakai patokan yaitu :
1.   Kepela dan leher                                                           9 %
2.   Lengan kiri                                                                   9 %
3.   Lengan kanan                                                                9 %
4.   Perut bokong dan punggung                                           9 x 2
5.   Badan dan punggung                                                     9 x 2
6.   Tungkai atas kiri                                                           9 %
7.   Tungkai atas kanan                                                       9 %
8.   Tungkai bawah kanan                                                   9 %
9.   Tungkai bawah kiri                                                       9 %
10.  Perineum                                                                     1

8.      Pemeriksaan Penunjang
Menurut Williams tahun 2008, Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada luka bakar itu sendiri adalah:
1.      Urinalisasi bisa memperlihatkan mioglobinuria dan hemoglobinuria.
2.      Kadar gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia.
3.      Bronkoskopi serat-optik bisa memperlihatkan cedera inhalasi.
4.      Karboksinemoglobin meningkat saat terjadi inhalasi asap.
5.      Jumlah darah lengkap menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
6.      Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin bisa naik.

9.      Klasifikasi
Menurut Nugroho tahun 2010 klasifikasi luka bakar ditentukan dengan cara menentukan derajat luka bakar terlebih dahulu seperti :
1.      Luka bakar krisis
Derajat II lebih dari 20 % BSA, Anak
Derajat II lebih dari 25 % BSA, Dewasa
Derajat III lebih dari 10 % BSA
2.      Luka bakar mayor ( sedang/berat )
Derajat II 10-20 % BSA, Anak
Derajat II 15-25 % BSA, Dewasa
Derajat III 2-10 % BSA
Tanda : kulit melepuh, bengkak, terkelupas, sangat kesakitan.
3.      Luka bakar ( ringan )
Derajat II kurang dari 10 % BSA, Anak
Derajat II kurang dari 15 % BSA, Dewasa
Derajat III kurang dari  2% BSA
Tanda : kulit warna putih lilin/hitam dan hangus, tidak terasa sakit.

10.  Penatalaksanaan
Menurut Hetharia tahun 2009, penatalaksanaan luka bakar yaitu :
1.      Tindakan di Tempat Kejadian
a.       Mematikan api bila pakaian ikut terbakar ( korban mengguling tubuh kelantai / drop and roll ) api dipadamkan nyalanya dengan selimut pemadami atau jas.Bila sumber luka bakar akibat arus listrik maka sumber listrik harus dipadamkan.
b.      Mendinginkan luka pada lokasi luka bakar dan baju yang menempel pada lokasi luka bakar dibasahi air yang dingin/sejuk, fungsinya menghambat proses perjalanan luka.
c.       Catatan : lokasi luka bakar tidak boleh dikompres menggunakan air es karena akan memperberat kerusakan jaringan dan menimbulkan hiportermi.
d.      Melepaskan pakaian, perhiasan untuk penilaian dan mencegah kontriksi.
e.       Segera menutup luka bakar dengan kain kasa steril, tujuannya untuk mencegah kontaminasi bakteri dan mencegah rasa nyeri.
f.       Apabila luka bakar diakibatkan oleh bahan kimia lakukan irigasi/ segera dibilas dengan air.
2.      Periode awal pasca luka bakar
Ancaman sistemik merupakan ancaman bagi pasien
a.       Airway ( saluran pernapasan ), berikan posisi agar jalan napas bebas.
b.      Breathing ( pernapasan ), berikan oksigen yang dilembabkan, pemberian dapa dengan cara nasal kanul masker oksigen, bila terjadi edema salur napas dilakukan pemasangan endotrakhea dan berikan ventilasi manual.
c.       Segeralah menilai sirkulasi darah :
1). Denyut nadi, tekanan darah dimonitor
2). Takikardi ( frekuensi jantung cepat ) hipotensi ringan bila pasien tidak ditangani dengan segera dan benar.
d. pencegahan syok
pemberian infuse cairan elektrolit sangat diperlukan untuk pencegahan syok.Posisi pasien hiperekstensikan agar tidak terjadi aspirasi.
3.      Penatalaksanaan medis diruang gawat darurat
a.          Perioritas utama adalah ABC ( airway, breating, cirkulasi ).
b.         Kolabori untuk pemberian cairan dengan kateter infuse berdiameter 16 atau 18 dipasang pada daerah yang tidak terbakar.
c.          Pasangan CPV dan dilakukan observasi.
d.         Pasangan dower chateter  untuk pemantauan haluaran urun dan faal ginjal.
4.      Penatalaksanaan syok
Kebutuhan yang sangat dibutuhkan pasien luka bakar setelah tindakan pada sistem pernapasan adalah pemberian cairan dan elektrolit untuk mengganti cairan yang hilang serta mengatasi syok ireversibel.
Contoh penggantian cairan :
Bila pasien dengan berat badan 60 kg dengan luas luka 40 %.
a.                   Rumus konsensum : 2-4 ml/kg/% luas luka bakar.
b.                  Cara hitung 2x60x40/ % : 4800 ml/ 24 jam.
c.                   Rencana pemberian infuse : 8 jam pertama adalah 2400 ml atau 300 ml/ jam, 16 jam berikut adalah 2400 ml atau 150 ml/ jam.

11.  Komplikasi
Menurut Nugroho tahun 2010 dan Smeltzer tahun 2002, komplikasi yang mungkin muncul pada luka bakar berupa :
1.      Renjanan/ syok ( gagalnya system peredaran darah )
2.      Infeksi bakteri
3.      Gagal napas yang akut, jika pasien memiliki saluran napas yang paten dan respirasi yang spontan akibat cedera inhalasi bisa mengakibatkan edema yang membuat gangguan pada saluran pernapasan.
4.      Syok sirkulasi, kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitas cairan yang tidak adekuat.
5.      Gagal ginjal akut, haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukan resusitas cairan yang tidak adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
6.      Ulkus curling, pasien luka bakar yang berat cenderung untuk mengalami ulkus pada lambung serta duodenum karena hipersekresi asam lambung dan erosi mukosa lambung yang menimbulkan sebagai respons terhadap stress luka bakar.
7.      Ileus paralitik, dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode awal pasca luka bakar.
8.      Sindrom kompartemen, status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka  bakar tersebut melingkar ( sirkumferensial ).

C.       Rencana Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
Pengkajian Menurut Doegoes Tahun 1999 pada luka bakar yaitu :
a.          Aktivitas/Istirahat
Tanda                   : penurunan kekuatan, tahanan.
                             Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit.
                             Gangguan massa otot, perubahan tonus.
b.         Sirkulasi
Tanda                   : Hipotensi (syok)
(dengan cidera     penurunan nadi perifer distal pada eksremitas yang cidera; 
Luka bakar           vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
Lebih dari            dan dingin (syok listrik)
20% APPT):        Distrimia (syok listrik)
                             Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar)

c.          Integritas Ego
Gejala                  : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda                   : Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.         Eliminasi
Tanda                   : Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
                             Kerusakan otot dalam.
                             Dieresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
e.          Makanan/Cairan
Tanda                   : edema jaringan umum.
                             Anoreksia, mual/muntah.
f.          Neurosensori
Gejala                  : area kebas, kesemutan
Tanda                   : perubahan orientasi, afek, perilaku.
                             Penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada cedera eksremitas.
                             Aktivitas kejang (syok listrik)
                             Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf)
g.         Nyeri/Kenyaman
Gejala                  : berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksrem sensitive untuk disentuh ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu;luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat ujung syaraf;luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.         Pernafasan
Gejala                  : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi)
Tanda                   : serak, batuk mngi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral, dan sianosis, indikasi cidera inhalasi.

i.           Keamanan
Tanda                   : kulit: Umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan prosesd thrombus mikrovaskuler pada beberapa luka
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembap, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
j.           Penyuluh/Pembelajaran
Pertimbangan       : memerlukan bantuan untuk pengobatan, perawatan luka/bahan,
Rencangan           aktivitas perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, konsul pemulangan :    kejuruan, perubahan susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal .
              
2.               Menurut Doegoes tahun 1999, diagnosa yang muncul pada luka bakar yaitu :
a.       Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.
b.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan pemasukan kehilangan perdarahan.
c.       Nyeri (akut)  berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan.
d.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit karena dektrusi lapiasan kulit.
e.       Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar seputar eksremitas dengan edema.
f.       Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit karena distruksi lapisan kulit.






3.        Rencana Asuhan keperawatan

No
Diagnosa
Tujuan/kh
Intervensi
Rasional
1
Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan bunyi napas jelas.
Kh :
-menunjukan bunyi napas
-frekuensi pernapasan dalam rentang normal
-bebas dispnea/sianosis.
 1. ambil riwayat cedea. Perhatikan adanya kondisi pernapasan sebelumnya.


  2. Awasi frekuensi, irama, kedalam       pernapasan, perhatikan adanya pucat.

3. Auskultasi paru, penurunan bunyi napas.




4. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal diawah kepala, sesuai indikasi.

Kolaborasi :
5. berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat.


1.      penyebab, lama terpajan, terjadi dalam ruang tertutup atau terbuka mengindikasikan cedera inhalasi.
2.      Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis.

3.      Obstruksi jalan napas/distress pernapasan dapt trjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.

4.      Meninggikan ekspansi paru optimal/fungsi pernapasan bila kepala/leher terbakar, antal dapat menghambat pernapasan.

5.      Oksigen memperbaiki hipoksemia/asidosis.
2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan pemasukan kehilangan perdarahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan keseimbangan cairan.
Kh :
-          Membrane mukosa lembab
-          Tanda vital stabil
-          Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu adekuat.
1.      Awasi tanda vital, cvp. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.

2.      Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tak tampak.



3.      Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tife pemasukan cairan.






4.      Kolaborasi :
Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
1.      Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

2.      Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi.

3.      Penggantian massif/cepat dengan tipe cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan pemberian memerlukan tabulasi ketat untuk mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan.
4.      Resustitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit.
3.
Nyeri (akut)  berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien melaporkan nyeri berkurang.
Kh :
-melaporkan nyeri berkurang
-ekpresi wajah rileks
-Istirahat klien tepat waktu
1.  tinggikan ektremitas luka bakar secara   periodik.

2.   ubah posisi dengan serimg dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi.



3.   kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10)





5.      tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.
6.      Kolaborasi :
Berikan anlgesik ( nakrotik dan non-narkotik ) sesuai indikasi.

1. untuk menurunkan ketidak nyamanan serta resiko kontraktur sendi.

2.  menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan tergatung pada lokasi dan luas cedera.

3.  nyeri hamper selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat selama pergantian balutan.
5.      Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri.
6.      Untuk menghilangkan rasa nyeri.
4.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit karena dektrusi lapiasan kulit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan regenerasi jaringan.
1.      Kaji/ catat, warna, kedalam luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.


2.      Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control infeksi.

3.      Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila indikasi.


4.      Kolaborasi :
Siapkan /bantu prosedur bedah/balutan biologi.
1.      Menberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft.
2.      Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan graf.
3.      Dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.

4.      Graf kulit diambil dari kulit orangitu sendiri digunakan untuk penutupan sementara pada luka bakar luas .

Sumber : Doengoes, 1999.

Tidak ada komentar: