Kamis, 14 November 2013

basalioma


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat. Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit , penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan serta pemeliharaan kesehatan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sebagai setiap orang agar terwujud derajat yang optimal bagi masyarakat di selenggarakan upaya kesehatan mencegah penyakit (preventif) penyembuhan (kuratif), dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bersinambungan. penyelenggaraan upaya kesehatan upaya kesehatan yang yang dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit tidak menular sebagian (Potter & Perry, 2005).
Kanker kulit merupakan bentuk penyakit kanker yang paling sering ditemukan di Amerika serikat. Jika angka insidensinya tetap berlanjut seperti sekarang, di perkirakan seperdelapan penduduk amerika yang berkulit cerah akan menderita kanker kulit, khususnya karsinoma sel basal. Karena kulit mudah diinspeksi, kanker kulit akan tampak serta terdeteksi dengan mudah dan merupakan tipe kanker yang pengobatanya paling berhasil. WHO memperkirakan sebanyak 60.000 orang di dunia setiap tahunnya meninggal akibat keganasan kulit, sebanyak 48.000 akibat melanoma, dan 12.000 orang lainya akibat kanker kulit lainyas (Smeltzer dan Bare, 2002).
Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling sering ditemui. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal. Penyebab pasti dari basalioma belum diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah presileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher (Price & Wilson, 2006).
Pertama sekali yang melaporkan Karsinoma Sel Basal ini adalah Jacob pada tahun 1827 yang merupakan suatu sel invasi dan metastase yang lambat serta jarang menimbulkan kematian. Karsinoma sel basal ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit putih dari pada orang yang kulit berwarna hitam da``n pengaruh sinar matahari sangat berperan dalam perkembangan karsinoma sel basal. Pria lebih banyak dari pada wanita dan umumnya di atas 40 tahun. Lebih dari 80% berlokasi di kepala dan leher, 30% di hidung. Menurut penelitian yang telah dilakukan peringkat kanker kulit diindonesia adalah karsinoma sel basal 36,67 %, Karsinoma Sel Skuamosa 11,4 %, Melanoma Maligna 0,59 %, tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kuli lainya 8,5 % (Donna Partogi, 2008).
Karsinoma sel basal apabila tidak ditangani dengan segera maka akan mengakibatkan beberapa komplikasi seperti Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh, kehilangan fungsi pada ekstremitas, perlukaan dan perubahan warna kulit, proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian terakhir.
Peran perawat pada kasus ini adalah mengkaji kesehatan pasien / keluarganya dan menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan, Mengidentifikasi tindakan keperawatan  yang mungkin dilakukan untuk memelihara atau memperbaiki kesehatan klien, Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari, Mendorong untuk berperilaku secara wajar dan perawat mampu membantu proses kesembuhan diri pasien, memberikan motivasi dan menjaga pasien. Selain itu, karena banyak kanker kulit yang diangkat dengan tindakan eksisi. Biasanya pasien dirawat di unit bedah rawat jalan. Peranan perawat adalah mengajarkan aktivitas perawatan mandiri pasca bedah kepada pasien.
Dari pembahasan diatas maka kelompok tertarik untuk membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Tn. U dengan Basalioma di Ruang Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.






  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah tentang Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. U dengan Basalioma.

  1. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Secara umum makalah ini memiliki tujuan jangka panjang yang ditujukan kepada mahasiswa dan akademik agar lebih mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada Tn.U dengan Basalioma.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis asuhan keperawatan mengenai Basalioma.
b.      Mahasiswa mampu memahami pengkajian pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
c.       Mahasiswa mampu memahami analisa data pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
d.      Mahasiswa mampu memahami intervensi pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
e.       Mahasiswa mampu memahami implementasi pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
f.       Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang konsep dan asuhan keperawatan Penyakit Basalioma
2.      Bagi Akademik
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan Basalioma.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
1.    Anatomi Sistem Integumen
Menurut Price dan Wilson (2006), kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ dalam tubuh.
Gambar.2.1. Anatomi kulit

Menurut (Syaifuddin,2006), secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Berikut akan di uraikan mengenai masing-masing lapisan :
a.    Lapisan epidermis
Bagian ini merupakan lapisan yang terluar dari kulit dan terdiri dari lima lapisan (lima stratum) yaitu : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
1)        Stratum korneum (lapisan tanduk), terletak paling luar dan terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2)        Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan korneum, selnya pipih, sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
3)        Stratum granulosum (lapisan keratohidin), merupakan dua atau lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kakr dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir ini terdiri atas keratohialin dimana sel mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
4)        Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga pickle cell layel. Merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm dan terdiri dari s-8 lapisan. Jika dilihat di bawah mikroskop sel-selnya berbentuk polygonal / banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina).
5)        Stratum basale, terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnas) yang tersusun vertical pada perbatasan derma epidermal, berbaris seperti pagar. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah.
b.    Lapisan dermis
Merupakan lapisan di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Di dalam dermis terdapat ujung akhir saraf sensoris dan kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit dengan jumlah banyak.
Dermis terdiri dari dua lapisan bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batasan antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris serabut-serabut: serabut kolagen, serabut elastis, dan selabut retikulus.
c.    Lapisan subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidaksama (berlainan).

2.    Fisiologi Sistem Integumen
Menurut Syaifudin (2006), Kulit sebagai organ paling luar dari tubuh manusia selain mempunyai fungsi utama untuk menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara satu dengan yang lain.
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
a.         Fungsi proteksi
Dalam fungsi ini kulit melindungi tubuh dari gangguan luar baik berupa fisik maupun mekanik seperti gesekan, tarikan dan tekanan. Proteksi Terhadap gangguan kimia seperti zat-zat kimia iritan : asam/asa kuat, lisol, karbol, dan gangguan dari panas seperti radiasi dan sinar ultraviolet. Selain itu juga proteksi terhadap gangguan dari mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, dan virus.
b.        Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, laruran dan benda padat, tetapi larutan yang mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap lebih cepat diserap begitu juga zat yang larut di dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap CO2, O2 dan H2O
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya dipengaruhi tebal tipisnya kulit, jenis hidrasi dan kelelmbaban.
c.         Fungsi pengatur suhu (termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah dikulit.
d.        Fungsi eksresi
Kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna seperti Nacl, Ured, Asam urat, dan amonid. Sebum yang diproduksi meminyaki kulit dan menahan evaporasi (penguapan air), sehingga kulit tidak menjadi kering. Dengan diproduksinya lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada pH kulit 5 – 6,8.
e.         Fungsi persepsi
Adapun ujung-ujung saraf pada dermis dan subkutis memungkinkan kulit menjadi indera persepsi panas, dingin, rabaan, dan tekanan.
f.         Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen disebut melanosit yang terdapat distratum basale. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosom) menentukan warna kulit ras dan individu.
g.        Fungsi keratinisasi
Keratiniasi merupakan perubahan keratonis menjadi sel tanduk. Proses kreatinisasi ini berlangsung terus menrus sepanjang kehidupan. Lamanya proses ini berlangsung 14 – 21 hari yang memberikan perlindungan terhadap infeksi secara mekanik fisiologis.
h.        Fungsi pengubahan pro vitamin D
Dengan bantuan sinar matahari (ultra violet) kulit dapat mengubah dan dihidruksi kolesterol (pro vitamin D) menjadi vitamin D.

B.            BASALIOMA
1.        DEFENISI BASALIOMA
Kanker sel basal tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau folikel rambut. Penyakit kanker ini merupakan tipe kanker kulit yang paling sering ditemui. Umumnya basalioma timbul didaerah tubuh yang terpajan sinar matahari dan lebih prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk yang mengalami pajanan sinar matahari yang berlebihan. (Smeltzer. 2002)
Menurut Handayani yang dikutip dalam Donna (2009), Karsinoma Sel Basal adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih mirip sel germinatif folikel rambut dibandingkan dengan lapisan sel basal epidermis. KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri atas komponen stroma interdependen (jaringan fibrosa) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari primordial pluropotensial dilapisan sel basal, dan dapat juga dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar sebasea atau adneksa kulit lain.
Description: 013-tumorganas-sebelum.jpg
Gambar 2.2 karsinoma Sel Basal

Description: index.jpg
Gambar 2.3 Lesi Pada Basalioma


2.        EPIDEMIOLOGI
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Sekkitar 500.000 kasus baru terdiagnosis di Amerika Serikat setiap tahunnya. Insiden basalioma berbanding lurus dengan usia pasien dan berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Ada juga korelasi langsung antara keadaan ini dengan lama total pajanan terhadap sinar matahari seumur hidup pasien. Sekitar 80% dari kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka, yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. (Price & Willson.2006)
Karsinoma Sel Basal ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang yang kulit berwarna, dan pengaruh sinar matahari sangat berperan dalam perkembangan Karsinoma Sel Basal. Pria lebih banyak daripada wanita dan umumnya di atas 40 tahun. Karsinoma sel basal dapat juga dijumpai pada anak-anak dan remaja walaupun jarang (Donna.2009)

3.        ETIOLOGI
Penyebab pasti dari basalioma belum diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Paling sering muncul pada usia rata-rata 60 tahun. (Smeltzer.2002)
Menurut Muttaqin (2012) faktor resiko terjadinya basalioma adalah:
a.    Sinar matahari (280-320nm) masih merupakan faktor yang paling menonjol sebagai penyebab karsinoma sel basal. Sprektum ini terutama bertanggung jawab dalam membakar dan membuat kulit menjadi cokelat. Pada daerah-daerah terpapar lebih banyak ditemukan kasus keganansan ini.
b.   Ras/herediter. Pada kulit berwarna ditemukan lebih banyak pada daerah tertutup daripada terbuka. Orang kulit putih lebih banyak daripada orang kulit berwarna.
c.    Arsen inorganik yang terdapat dalam alam (air sumur), maupun yang dipakai sebagai obat. Keganasan umumnya timbul di bagian badan.
d.   Radiasi (sinar-X atau gamma)
e.    Faktorhidrokarbon (tar, minyak mineral,parafin likuidum dll)
f.    Sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula (osteomielitis).

4.    PATOFISIOLOGI
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Karsinoma sel basal dari epidermis dan adneksa struktur (folikel rambut, kelenjar ekstrin). Terjadinya didahului dengan regenerasi dari kolagen yang sering dijumpai pada orang yang sedikit pigmentnya dan sering mendapat paparan sinar matahari, sehingga nutrisi pada epidermis terganggu dan merupakan prediksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi sebagai energi yang dapat menyerap energi yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam bentuk panas. Jika energi masih terlalu besar dapat merusak sel dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker. (Putra.2008)
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari. (Price & Willson. 2006)
Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini terdiri dari sel tumor epithelial berasal dari sel primitive selubung akar rambut sementara komponen stroma menyerupai lapisan papilaris dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast dan subtansia dasar yang sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans (GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak bisa berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan ini sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa basalioma sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini dikarenakan bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan stroma didalamnya  memasuki system limfatik ataupun system vascular (Manuaba, 2010 ).

5.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala.
Menurut Donna (2009), gambaran klinik basalioma berdasarkan histopatologi terbagi menjadi beberapa bentuk :
1.    Nodulo eritematosa,
Merupakan jenis yang paling sering di jumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, berdiameter ± 2cm, transparan, halus dan seperti mutiara. Tepi tumor seringkali meninggi dan memiliki pembukuh telangiektatik pada permukaannya. Sering terdapat pada bagian tengah yang mengalami ulserasi dan perdarahan. Tumor ini seringkali berdarah menginvasi dermis, dan merusak jaringan normal.
2.    Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo –ulseratif. Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik bintik atau homogen yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
3.    Tipe morphea-like atau fibrosing
Merupakan jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya berbentuk plakat yang berwarna kekuningan dengan tepi yang tidak jelas, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada permukaannya tampak beberapa folikel rambut yang mencekung sehingga memberikan gambaran seperti sikatriks. Kadang-kadang tertutup krusta yang melekat erat. Jarang mangalami ulserasi. Tepi ini cenderung invasif kearah dalam.Tepi ini menyerupai penyakit morphea atau skleroderma
4.    Superficial
Lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang kawat.
5.    Fibroepitelioma
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan warna yang bervariasi.
Disamping itu, menurut Manuaba (2010) terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan penting, yaitu :
1.    Sindroma epitelioma sel basal nevoid
Dikenal pula sebagai sindrom Gorlin Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu:
a.    Basalioma multiple yang terjadi pada usia muda.
b.    Cekungan-cekungan pada telapak kaki.
c.    Kelainan pada tulang, terutama pada tulang rusuk.
d.   Kista pada tulang rahang.
e.    Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.



2.    Nevus sel basal unilateral linier
Merupakan jenis yang sangat jarang di jumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasanya di jumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.
3.      Sindroma bazex
Sindrom ini pertama kali digambarkan oleh Bazex, diturunkan secara dominan dengan ciri khas sebagai berikut:
a.         Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas
b.        Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat remaja atau dewasa awal.

6.    STADIUM KLINIS
Menurut Putra (2008), Stadium Clarke I-V, kriteria berdasarkan ketebalan tumor :
Stadium Clarke
Ketahanan 5 Tahun (%)
Ketebalan Tumor (mm)
I (Epidermis)
100
0,76
II (Dermis Papiler)
90-100
0,76 – 1,49
III (Dermis Papiler/Retikuler)
80-90
1,50 – 2,49
IV (Dermis Retikuler)
60-70
2,50 – 3,99
V (Lemak Subkutan)
15-30
4,00 – 7,99 > 8,00











7.    Web Of Caution (WOC)

































8.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Putra (2008), pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita basalioma adalah :
1.    Anamnesis, keluhan utama adalah adanya benjolan atau borok di kulit terutama di daerah terbuka seperti muka, lengan, dan kaki.
2.    Pemeriksaan fisik, lesi terbanyak di daerah muka, tungkai, lengan, berupa nodul atau ulkus iduratif, pinggir dan dasar ulkus teratur dan kotor.
3.    Evaluasi histologis,
4.    Biopsi, sebelum dilakukan terapi selalu dilakukan biopsi untuk konfirmasi histopatologi sebelum terapi. Tumor yang berukuran kecil dapat dilakukan biopsi eksisi, sedang ukuran besar biasanya biopsi insisi.

9.    KOMPLIKASI
Menurut Donna (2009) komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu:
1.    Akibat pembedahan dan terapi radiasi:
a.    Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
b.    Perubahan warna kulit.
c.    Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.
d.   Luka kulit yang kronis.
e.    Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2.    Umum:
b.    Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh.
c.     Kehilangan fungsi pada ekstremitas.
d.    Perlukaan dan perubahan warna kulit.
e.     Proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian terakhir.







10.    PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan atau menghancurkan secara total semua jaringan tumor. Metode terapinya bergantung pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi dan kedalaman), keinginan kosmetika pasien, riwayat terapi sebelumnya, apakah tumor tersebut bersifat invasif ataukah tidak, dan ada tidaknya kelenjar limfe yang mengalami metastase (nodus metastatik). (Smeltzer.2002),
Menurut Smeltzer (2002), berbagai jenis penatalaksanaan untuk karsinoma sel basal itu antara lain :
1.         Eksisi bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengangkat keseluruhan tumor. Cara yang terbaik untuk mempertahankan penampilan kosmetika adalah dengan menempatkan garis insisi di sepanjang garis tegangan kulit yang normal dan garis anatomis tubuh yang alami. Dengan cara ini, jaringan parut yang terbentuk tidak akan mudah terlihat. Ukuran insisi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor, kendati biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar 3:1.
Memadainya eksisi dengan pembedahan dipastikan melalui evaluasi mikroskopik terhadap potongan-potongan spesimen. Kalau tumornya berukuran besar, pembedahan rekonstruksi dengan menggunakan skin flap atau graft kulit mungkin diperlukan. Luka insisi ditutup lapis demi lapis untuk memperbesar efek kosmetika. Verban tekan dipasang pada luka untuk menyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah tindakan eksisi yang sederhana jika tindakan aseptik bedah yang benar tetap dipertahankan selama dan sesudah operasi.
2.         Pembedahan Mikrografik Moh
Pembedahan mikrografik merupakan metode pembedahan untuk mengangkat lesi kulit yang malignan, metode ini paling akurat dan paling menyelamatkan jaringan normal. Ketika teknik bedah ini dikenalkan untuk pertama kalinya, tindakan eksisi dilakukan sesudah jaringan tumbor diolesi dengan pasta seng klorida (bedah kimia atau chemosurgery). Sekarang ini, pembedahan mikrografik dilaksanakan bedah kimia. Prosedur pembedahan tersebut mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi lapis. Lapisan pertama yang dieksisi mencakup semua jaringan tumor yang terlihat jelas dan sedikit bagian tepi jaringan yang tampak normal. Spesimen ini kemudian dibekudinginkan dan dianalisis dengan sayatan untuk menentukan apakah semua jaringan tumor sudah diangkat. Jika belum, lapisan jaringan berikutnya diangkat dan diperiksa sampai semua bagian tepi kulit yang normal tidak mengandung tumor.
Dengan cara ini, hanya tumor dan bagian tepi jaringan normal yang diangkat, dengan demikian, pembedahan mikrografik Moh merupakan prosedur yang direkomendasikan untuk menyelamatkan jaringan normal. Angka kesembuhan bagi karsinoma sel basal maupun sel skuamosa dengan pembedahan Moh mendekati 99%, karena itu, metode ini merupakan terapi yang terpilih. Teknik pembedahan ini juga paling efektif untuk tumor yang terjadi disekitar mata, hidung, bibir bagian bawah dan daerah aurikuler serta periaurikuler.
3.     Bedah elektro
Bedah elektro merupakan teknik penghancuran atau penghilangan jaringan dengan menggunakan energi listrik. Arus listrik dikonversikan meenjadi panas yang kemudian dihantarkan ke jaringan dari elekroda dingin. Bedah elektro dapat didahului oleh kuretase yang dilaksanakan lewat eksisi tumor dengan mengerok permukaannya memakai alat kuret. Kemudian dilakukan elektrodesikasi untuk mencapai hemostasis dan mengancuurkan setiap sel malignan yang viabel pada dasar luka atau di sepanjang bagian tepinya. Eletrodesikasi sangat berguna untuk lesi yang kecil (lebarnya kurang 1-2 cm [0,4-0,8 inci]).
Metode ini memanfaatkan keuntungan bahwa tumor yang kecil lebih lunak dibandingkan jaringan kulit di sekitarnya dengan demikian luasnya dapat ditentukan secara garis besar dengan alat kuret yang dapat ”merasakan” luas jaringan tumor. Tumor diangkat dan bagian dasarnya dikauter. Proses ini diulang sampai tiga kali. Biasanya kesembuhan terjadi dalam waktu satu bulan.
4.    Bedah beku
Bedah beku menghancurkan tumor dengan cara deep freezing. Alat jarum termokopel ditusukkan ke dalam kulit, dan kemudian nitrogen cair diarahkan ke pusat tumor sampai suhu -400 C hingga -600 C pada dasar tumor. Notrogen cair memiliki keuntungan yaitu titik didihnya paling rendah dari semua kriogen yang dicoba, harganya tidak mahal dan juga harganya mudah diperoleh.
Jaringan tumor dibekudinginkan, dibiarkan melunak dan kemudian dibekudinginkan kembali. Lokasi yang menjalani bedah beku ini akan melunak secara alami serta kemudian mengalami gelatinisasi dan sembuh spontan. Pembengkakan dan edema terjadi setelah pembekuan. Penampakan lesi bervariasi. Kesembuhan normal yang dapat memakan waktu 4 hingga 6 minggu terjadi lebih cepat di daerah-daerah dengan suplai darah yang baik.
5.    Terapi radiasi
Terapi radiasi sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung dan daerah pada atau di dekat struktur yang vital (misalnya, nervus fasialis). Terapi ini hanya dikerjakan pada pasien yang berusia lanjut karena perubahan akibat sinar-x dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian dan perunahan malignan pada sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar-x setelah 15 hingga 30 tahun kemudian.
Kepada pasien harus diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi merah dan melepuh. Salep kulit yang netral (yang diresepkan oleh dokter) dapat dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa nyaman. Kepada pasien juga harus diingatkan agar kulitnya tidak terkena sinar matahari.

11.    PENCEGAHAN
Menurut Smeltzer (2002), untuk mencegah kekambuhan, hindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit basalioma, antara lain :
1.         Jangan mencoba berjemur untuk membuat kulit menjadi cokelat kekuningan.
2.         Hindari pajanan sinar matahari dengan menggunakan topi, kemeja lengan   panjang, celana panjang atau rok panjang.
3.         Gunakan tabir surya berkualitas tinggi, minimal dengan SPF ( Solar Protection Factor)15, yang menghambat sinar UV( Ultra Violet) A dan UV ( Ultra Violet) B.
4.         Oleskan tabir surya minimal setengah jam sebelum bepergian dan oleskan sesering mungkin.
5.         Periksalah kulit secara teratur untuk mengetahui adanya berbagai perubahan yang mengarah kepada keganasan (pertumbuhan baru di kulit yang membentuk tukak, mudah berdarah, sukar sembuh, berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri, meradang atau gatal).

12.  EVIDENCE BASED
Pengobatan Kanker Kulit dengan Sarang Semut

Description: sarang_kumpulan.jpg
Gambar 2.4 sarang semut
Tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan. Tanaman epifit yang banyak tumbuh di Papua diyakini mampu mengobati berbagai penyakit berat, seperti kanker, hipertensi, diabetes, liver, asam urat, dan penyakit jantung. Kenyataan tersebut menjelaskan secara empiris bahwa telah banyak penyakit yang dapat disembuhkan denganobat herbal sarang semut. Apalagi setelah berbagai penelitian ilmiah yang mampu membuktikan khasiat tanaman sarang semut. (Harun)
Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat sarang semut untuk pengobatan kanker, hal ini terungkap setelah diteliti obat herbal sarang semut dapat digunakan sebagai obat alternatif kemoterapi kanker payudara dengan efek samping yang minimal. Ide penelitian dilakukan berawal dari melihat pengobatan kanker dengan cara kemoterapi yang membuat banyak penderita penyakit kanker menghentikan terapi, karena mengalami beberapa efek samping. Harapannya dengan menggunakan obat herbal sarang semut, hasilnya dapat mengurangi efek samping penderita kanker. (Harun)
Selain senyawa aktif di atas, di dalam Sarang Semut juga ditemukan kandungan bermanfaat lainnya, seperti tokoferol, magnesium, kalsium, besi, fosfor, natrium, dan seng. Namun, memang harus diakui bahwa tidak semua mekanisme kerja kandungan senyawa aktif Sarang Semut dalam mengobati berbagai penyakit dapat diketahui dengan pasti, karena untuk itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan berkesinambungan secara ilmiah (Ahkam Subroto, 2009)
Tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang masih akan ditemukannya senyawa-senyawa aktif lainnya dari Sarang Semut yang belum terungkap sampai sekarang, dan dapat lebih menjelaskan ada apa di balik semua khasiat luar biasa tersebut, yang telah membantu kesembuhan begitu banyak orang dari berbagai penyakit biasa dan berat, yang kadang sulit atau tidak dapat disembuhkan secara medis.

13.    ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1.         PENGKAJIAN
1)   Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan yang terpapar sinar matahari misalnya petani, buruh bangunan dan lain-lain dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan klien.
2)   Riwayat penyakit dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.
3)   Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
4)   Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau kanker.
5)   Riwayat pemakaian obat-obatan dan kosmetik
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan pemakaian kosmetik yang salah.
6)   Data biologis
a.    Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan.
b.    Pola minum : Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam.
c.    Pola eliminasi : Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan.
d.   Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi.
e.    Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi.
7)   Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari.
8)   Data Psikologi
a)    Status emosi
b)   Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang dialaminya atau tidak.
c)    Gaya komunikasi : kesulitan berbicara dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus.
d)   Pola interaksi : tidak ada sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang lain, keluarga atau tidak.
e)    Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau menyangkal.
9)   Data sosial
a)    Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang operasi minim.
b)   Hubungan social : kurang harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur.
c)    Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol, sering bergadang.
10)    Data spiritual
Keterbatasan melakukan kegiatan spiritual.
(Doengoes.2000)
2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pre-operatif menurut Wilkinson (2002) adalah :
1)   Nyeri berhubungan dengan lesi pada sel basal.
2)   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kanker sel basal.
3)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya inflamasi.
4)   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ulkus pada daerah tubuh.
5)   Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri.
6)   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.












3.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

NO
DIAGNOS
KEPERAWATAN
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri berhubungan dengan lesi pada sel basal.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan rasa nyeri klien berkurang atau hilang
KH :
1.      Skala nyeri 0
2.      Pasien tampak rileks
3.      Klien tidak mengeluh nyeri
1.     Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas.


2.      Berikan posisi yang nyaman pada pasien
3.      Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
4.      Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti nafas dalam
5.      Kolaborasi pemberian obat (analgesik) sesuai indikasi
1.      Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi
2.      Untuk meneingkatkan relaksasi
3.      Dapat mengurangi rasa nyeri pasien
4.      Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
5.      Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan relaksasi mental dan fisik.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kanker sel basal.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit pada klien
KH :
1.      Luka klien bersih.
2.      Integritas kulit klien kembali normal
1. Observasi luka, catat karakteristik luka







2. Ganti balutan sesuai kebutuhan,   gunakan tehnik steril.



3.      Bersihkan luka sesuai indikasi, gunakan cairan isotonic Normal Saline 0,9 % atau
larutan antibiotik.
4.      Lakukan perawatan luka

5.      Evaluasi kerusakan jaringan

6.      Kolaborasi pemberian salep
1. Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe penutupan luka (misal penyembuhan pertama atau kedua), penyembuhan sempurna
2. Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut pergantian dengan sering menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
3. Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post operasi atau kontaminasi interpersonal
4. Mempercepat  proses penyembuhan
5. Untuk mengetahui perkembangan selanjutnya
6. Untuk mempercepat penyembuhan
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya inflamasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda – tanda infeksi
KH :
7.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kalor, dubor, tumor, dolor dan fungsiniolasia
8.      TTV dalam batas normal
1.      Kaji tanda – tanda infeksi

2.      Pantau TTV terutama suhu tubuh




3.      Ajarkan teknik aseptik pada pasien

4.      Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien

5.      Kolaborasi pemberian antibiotik
1.      Untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi
2.      TTV merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien, perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu proses infeksi.
3.      Meminimalisasi terjadinya infeksi.
4.      Mencegah terjadinya infeksi nasokomial.
5.      Untuk mengurangi infeksi
4.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ulkus pada daerah tubuh.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan citra tubuh pada diri klien
KH :
1.      Klien tidak mengeluh malu pada kondisinya
2.      Klien tidak minder
3.      Klien tampak percaya diri

1.kaji perubahan/kehilangan pada pasien.


2. Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat kesehatan
3. bersikap positif selama pengobatan.


4. Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
1. Episode traumatik membuat perasaan kehilangan aktual yang dirasakan
2. Menentukan bantuan individual dan menyusun intervensi
3. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara pasien dengan perawat.
4. meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien
5.
Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi ansietas pada diri klien
KH :
1.      Klien tidak mengeluh cemas
2.      Klien tidak takut

1. Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.


2. Jelaskan informasi tentang prosedur perawatan.

3.          Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut 

4.         pertahankan kontak sering dengan pasien

5.    Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
1.    pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.
2.    Agar klien dapat memahami tentang kondisi penyakitnya

3.    keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau merasa bersalah

4.    Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri

5.    Memudahkan istirahat dan menghemat energi
6.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mengetahui informasi dan paham dengan penyakitnya
KH :
1.      Klien menunjukan paham
2.      Klien tidak terlalu banyak bertanya-tanya

1. Kaji kemampuan klien untuk belajar.



2. Diskusikan harapan klien untuk sembuh

3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Basalioma.


4. Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang penyakitnya

5. Tinjau ulang aturan pengobatan khusus
1. belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
2. klien seringkali mengalami kesulitan dan memutuskan unuk pulang.
3. untuk mendeteksi syarat indikatif kepatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
4. membantu klien dalam memahami penyakitnya

5. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur peralatan diri dan menghindari reaksi/ intraksi obat






BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. U, usia 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa Jawa, pendidikan SD, pekerjaan swasta sebagai nelayan, alamat Jln. Pangeran silalahi No. 33 telanai pura jambi, klien masuk RSUD RM Jambi diantar oleh anakanya dengan keluhan adanya lesi kulit pada daerah pipi sebelah kanan seperti ‘’tahi lalat’’ yang berubah warnanya menjadi kemerahan, gatal, sejak 2 tahun yang lalu atau saat klien berumur 48 tahun, klien menganggap itu hanya gatal biasa saja, namun gejala bertambah parah di sertai nyeri, berdarah, membesar atau timbul “tukak” atau ulkus pada pipi kanan klien pada 2 minggu belakangan ini. Klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu. Klien juga mengatakan adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan klien juga mengatakan takut dengan kondisi penyakitnya saat ini. 
Klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak bisa di sembuhkan, klien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan karena klien belum pernah di operasi. Klien mengatakan sejak umur 35 tahun sudah menjadi seorang nelayan dan jarang menggunakan pelindung wajah saat mencari ikan di tenggah laut. Klien mengatakan nyeri pada bagian pipinya, klien mengatakan nyerinya seperti berdenyut-denyut dengan  durasi ± 3 menit.
Dari hasil pengkajian di dapatkan data tidak ada penurunan BB yang berarti, nafsu makan klien cukup baik, tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan, daerah luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan bening, luka kira-kira berdiameter 5 cm dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler), jadi basalioma klien ini masuk ke dalam klasifikasi nodulo-ulseratif, klien tampak bertanya tanya tentang kondisinya, dari keterangan keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang di alami oleh klien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 180/90 mmHg, HR 98x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,80C, skala nyeri 6, klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak memegangi area yang nyeri, konjungtiva anemis, akral teraba hangat, ascites (-). Terapi saat ini yang didapatkan adalah analgesic  dan antibiotik. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap : Hb 12 gr%, leukosit 10.100 mm3 , trombosit 170.000 mm3 . Pemeriksaan biopsi di temukan adanya zat karsinogenik (+ sel kanker).

A.    Asuhan Keperawatan Klien Berdasarkan Kasus
Bangsal/ruangan : Bedah                       Tanggal Masuk         : 12-09-2013
Nomor kamar      : III B                          Tanggal Pengkajian   : 12-09-2013

1.         Pengkajian
a.        Identitas klien
1)   Klien
Nama Klien                           : Tn. U
Umur                                     : 50 Tahun
Jenis Kelamin                        : Laki-laki
Agama                                   : Islam
Suku/bangsa                          : Jawa
Bahasa yang digunakan        : Indonesia
Pendidikan                            : SD
Pekerjaan                               : Nelayan
Alamat rumah                       : Jln. Pangeran silalahi No. 33 telanai                                                    pura jambi
2)   Penanggung Jawab
Nama                                     : Tn. S
Alamat rumah                       : Jln. Pangeran silalahi No. 33 telanai pura jambi
Hubungan dengan klien        : Anak

b.      Data Medik
DiagnosaMedis
1.      Saat masuk                        : Basalioma
2.      Saat Pengkajian                 : Basalioma

c.       Alasan Masuk Rumah Sakit
klien masuk RSUD RM Jambi diantar oleh anakanya dengan keluhan adanya lesi kulit pada daerah pipi sebelah kanan seperti ‘’tahi lalat’’ yang berubah warnanya, gatal, sejak 2 tahun yang lalu atau saat klien berumur 48 tahun, klien menganggap itu hanya gatal biasa saja, namun gejala bertambah parah di sertai nyeri, berdarah, membesar atau timbul “tukak” atau ulkus pada pipi kanan klien pada 2 minggu belakangan ini. Klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu. Klien juga mengatakan adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan klien juga mengatakan takut dengan kondisi penyakitnya saat ini.  Klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak bisa di sembuhkan.

d.      Riwayat Kesehatan Sekarang
klien mengatakan luka terasa nyeri, nyeri seperti berdenyut-denyut dengan  durasi ± 3 menit. Dari hasil pengkajian di dapatkan data  tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan,daerah luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan bening, luka kira-kira berdiameter 5 cm, jadi basalioma klien ini masuk ke dalam klasifikasi nodulo-ulseratif. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 180/90 mmHg, HR 98x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,80C, skala nyeri 6, klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak memegangi area yang nyeri, konjungtiva anemis, akral teraba hangat. Pemeriksaan biopsi di temukan adanya zat karsinogenik (+ sel kanker).

e.       Riwayat Kesehatan Masa Lalu
            Klien mengatakan sejak umur 35 tahun sudah menjadi seorang nelayan dan jarang menggunakan pelindung wajah saat mencari ikan di tenggah laut walaupun cuaca sangat panas. Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.










f.       Riwayat kesehatan keluarga
            Berdasarkan keterangan klien,tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Genogram ( 3 Generasi )
           





































 

           













 








= laki-laki

= perempuan

= klien

= tinggal serumah


 

= meninggal

g.      Kebiasaan Sehari-hari.
1.      Nutrisi – cairan
a.      Keadaan sebelum sakit
            Klien mengatakan nafsu makan baik, mual dan muntah tidak ada, makan 3 x sehari dengan porsi penuh, klien mengatakan tidak ada pantangan, jenis makanan segar, tidak ada menjalani diet tertentu, berat badan klien sebelum sakit 55Kg dengan jumlah minum 1500cc/24jam, jenis minuman air mineral, keluhan makan dan minum tidak ada.
b.      Keadaan Sejak Sakit
            Klien mengatakan nafsu makan baik, mual dan muntah tidak ada, makan 3 x sehari dengan porsi penuh, klien mengatakan tidak ada pantangan, jenis makanan segar, tidak ada menjalani diet tertentu, berat badan klien sebelum sakit 55Kg dengan jumlah minum 1500cc/24jam, jenis minuman air mineral, keluhan makan dan minum tidak ada.

2.      Eliminasi
a.      Keadaan sebelum sakit
            Frekuensi BAB 1x sehari dengan warna feses kuning,bau khas dan konsistensi lunak dengan bentuk normal, keluhan BAB tidak ada, frekuensi BAK 5-6x/hari dan warna urine kuning, volume urine 1200cc/24 jam.
b.      Keadaan sejak sakit
            Frekuensi BAB 1x dalam 2 hari,waktu BAB pagidengan warna kuning dan bau khas, konsistensi lunak, keluhan BAB tidak ada, frekuensi BAK 4x kali/hari dengan warna kuning, volume urine 800cc/24 jam dan bau urine khas.

3.      Aktivitas–latihan
a.      Keadaan sebelum sakit
            Mandi, berpakaian, kerapian, makan, buang air besar, buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur, ambulasi di lakukan dengan mandiri.
Kesimpulan: bahwa sebagian besar aktivitas klien di lakukan dengan mandiri.
b.      Keadaan sejak sakit :
            Mandi, berpakaian, makan, buang air besar, buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur dan ambulasi sebagian masih dapat di lakukan sendiri oleh klien.
Kesimpulan: sebagian besar aktivitas klien dapat di lakukan dengan mandiri.

4.      Tidur- istirahat
a.      Keadaan sebelum sakit
            Tidur siang klien 2 jam, tidur malamnya 7 jam, kebiasaan sebelum tidur tidak ada, keluhan tidur tidak ada, Ekpresi wajah klien tidak mengantuk.Klien jarang menguapdan Palpebra klien sesuai warna kulit.
b.      Keadaan sejak sakit
            klien tidur siang sekitar 1 jam.Klien tidur malam sekitar 5jam/hari.Klien tidak mempunyaai kebiasaan sebelum tidur.Ekpresi wajah klien tidak mengantuk.Klien jarang menguap dan Palpebra klien berwarna kecoklatan/sesuai warna kulit.

h.      Data Psikologis
            Persepsi tentang penyakitnya klien menganggap penyakitnya sebagai sebuah cobaan dan ikhlas menerimanya, wajah  klien tampak sedih, daya konsentrasi klien menurun, Klien tampak takut dengan penyakit yang dideritanya.

i.        Data Sosial
        Tempat tinggal klien SulanjanaJambi, Hubungan dengan keluarga/kerabat baik, Hubungan dengan klien baik, Hubungan dengan perawat baikadat istiadat yang di anutJawa.

j.        Data spiritual.
            Agama yang dianut klien islam, klien menganggap agama sangat penting baginya menurutya agama merupakan pedoman untuk hidup, klien juga tampak sering berdoa untuk kesembuhanya.

k.      Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan sakit
      Klien tampak sakit sedang karena nyeri yang dirasakan klien hanya beberapa saat saja dengan skala nyeri 6. Klien masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri.

2.      Tanda –tanda vital
Kesadaran klien Kualitatif : Composmentis, Kuantitatif: Respon motorik 6 Respon bicara 5 Respon membuka mata 4. TD : 180/90mmHg, RR: 20x/menit, S: 37,8ºC, N: 98x/menit.

3.      Antropometri
TB : 165 cm, BB: 50 kg, IMT : 18,5 kg/m2.

4.      Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, rambut tumbuh subur,kulit kepala bersih dan tidak ada lesi atau benjolan. Klien tidak mengeluh pusing.

5.      Mata / penglihatan
Ketajaman penglihatan normal, alis tipis, warna bulu mata hitam kondisi/distribusi merata, posisi normal, bentuk mata simetris, pupil bentuk bulat, kesamaan ukuran Isokor, warna hitam, reflek terhadap cahaya miosis, reflek pupil sama basar,  fisura palpera tampak melebar, konjungtiva anemis, bola mata simetris, kornea dan iris tidak ada abrasi, kejernihan jernih, reflex kornea normal, peradangan tidak ada, TIO (tekanan intra okuler)17mmHg (normal,15-20mHg), keluhan penglihatan ada, alat bantu penglihatan tidak ada.

6.      Hidung / penciuman
Bentuk hidung normal dan simetris, tidak ada lesi dan pendarahan. Tidak ada gangguan penciuman.

7.      Telinga / pendengaran
Warna telinga sesuai dengan warna kulit, tidak ada lesi, ada serumen. Fungsi pendengaran baik dan tidak mengguanakan alat bantu pendengaran.




8.      Mulut/pengecapan
Mukosa bibir tampak kering dan pucat, gigi klien lengkap,Tidak ada penggunaan gigi palsu, bau mulut khas,fungsi mengecap mengunyah dan menelan baik.
9.      Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidakadanya peningkatan tekanan Vena Jugularis.

10.  Dada/Thorax
I : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas
P :Taktil fremitus sama besar kiri dan kanan, tidak ada benjolan
P : Suara napas sonor
A:Kualitas napas vesikular dalam frekuensi 22x/menit, whezzing (-), ronchi (-)

11.  Kardiovaskuler
I : Tidak terlihat iktus cordis
P : Tidak ada lesi/benjolan
P :Redup
A : S1 lup, S2 dup, dan tidak ada bunyi tambahan, tidak ada gallop dan mur-mur

12.  Abdomen/pencernaan
I : Bentuk simetris dan tidak ada lesi/benjolan
A : bising usus 8x/I ( normal 6-12 x/I )
P : ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
P : Tidak ada keluhan nyeri tekan, ascites (-)

13.  Sistem Muskuloskeletal
       5555   5555
       5555   5555
1.      Kekuatan otot ekstermitas atas                         : 5 (baik)
2.      Kekuatan otot ekstermitas bawah                    : 5 (baik)
3.      Tonus otot                                                         : 5 (baik)
4.      Kaku sendi                                                        : tidak ada
5.      Atropi                                                               : tidak ada
6.      ROM                                                                 : baik
7.      Trauma/lesi                                                       : tidak ada
8.      Nyeri                                                                 :tidak ada
9.      Refleks                                                              : normal
10.  Kecacatan/deformitas               : tidak ada
11.  Fungsi nervus I s/d XII :
Nervus 1 (olfaktorius), Klien dapat membau makanan,dapat membedakan aroma dan bau. Nervus 2 (optikus) Klien dapat menggerakkan bola mata,otot mata normal,penglihatan kiri dan kanan normal, jauh jarak pandang normal. Nervus 3 (occulomotorius) Klien dapat menggerakan bola mata secara bersamaan seperti mengedip,menutup,membuka secara bersamaan. Nervus 4 (troclearis) Klien dapat menggerakkan bola mata untuk melirik bawah dan samping. Nervus 5 (trigeminus) Untuk seluruh otot wajah tidak mengalami kekakuan,  Nervus 6 (obdusens) Mata kiri/kanan mampu menggerakkan bola mata ke arah tengah dan menjauhkan sumbu tubuh,  Nervus 7 (facialis) Wajah klien simetris dan ketajaman pengecapan baik. Nervus 8 (vestibular) Dapat menerima rangsangan suara dan kepala mampu berorientasi, Nervus 9 (glosso fharingeus) Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan. Nervus 10 (vagus) Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan, Nervus 11 (assesorius) Kemampuan mobilitas leher klien baik dan mampu mengangakat bahu, Nervus 12 (hipoglasus) Lidah klien simetris dan indra pngecapan tidak mengalami gangguan atau dapat mengecap dengan baik.

14.  Sensasi terhadap rangsangan
      Rasa nyeri dapat merasakan cubitan, rasa suhu dapat merasakan suhu panas dan dingin, rasa raba dapat merasakan sentuhan.


15.  Integument/kulit
      Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kelembaban  lembab (kering), suhu kulit 37,80C, sianosis tidak ada, pucat tidak ada, keadaan kuku pendek, kebersihan kuku bersih. Tampak pada kulit wajah klien ada benjolan, benjolam sudah memecah dan adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan, daerah luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan bening, luka kira-kira berdiameter 5 cm dengan ketebalan luka 2,30 mm dan masuk ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler).  jadi basalioma klien ini masuk ke dalam klasifikasi nodulo-ulseratif.
16.  Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan biopsy ditemukan adanya zat karsinogenik 
b.      Pemeriksaan darah lengkap
1)      Hb                        : 12 gr% (14-16 gr/dl)
2)      Leukosit               : 10.100 mm3(5000-10.000 mm3)
3)      Trombosit            :170.000mm3(150.000-450.000mm3)
4)      Limfosit   :           1000 ml3
17.  Terapi
-          IVFD RL 20 tetes/menit
-          Ketorolak 3x1
-          Ceftriaxone 1x2 gr
18.  Dan lain-lain
Rencana pembedahan, setelah pembedahan akan diberikan terapi, seperti kemoterapi


Tanda Tangan Mahasiswa yang Mengkaji

Jambi, Juli 2013


                                                                                                ( kelompok II)
ANALISA DATA
Nama Pasien                :Tn. U
Umur                            : 50Tahun
NO.
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1

















2.
















3.











4.


DS :
-          klien mengatakan adanya luka pada pipi sebelah kanan
-          klien mengatakan lukanya di serati rasa gatal.

DO:
-          tampak adanya luka pada pipi sebelah klien
-          luas luka ±5 cm dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler).
-          luka tampak mengeluarkan darah dan cairan bening
-          pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik (+ sel kanker)

DS :
-          klien mengatakan luka pada pipinya sulit untuk sembuh
-          klien mengatakan luka pada pipinya mengeluarkan cairan bening, kadang-kadang berdarah
-          klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu demam
DO :
-          suhu: 37,80c
-          leukosit:15.000 mm3
-          luka klien tampak kemerahan
-          luka tampak mengeluarkan cairan bening
-          pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik


DS :
-          klien mengatakan luka nya terasa nyeri
-          klien mengatakan nyeri terasa berdenyut
-          klien mengatakan durasi nyeri ±3 menit,
DO :
-          klien tampak meringis
-          klien tampak melindungi dan memegangi area nyeri
-          skala nyeri 6

DS:
-          klien mengatakan cemas akan kondisinya
-          klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak dapat di sembuhkan
-          klien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan karena klien belum pernah di operasi

DO:
-          klien tampak gelisah
-          klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya
-          klien tampak cemas
Inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat kanker pada kulit.










Proses inflamasi




   






Cidera jaringan








Pre.operasi dan prognosis penyakit


Kerusakan integritas kulit














Resiko tinggi infeksi











 Nyeri








Ansietas











DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien  :Tn. U
Umur              : 50Tahun
NO.
Tgl Di Tegakan
Tgl Teratasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PARAF
1
12-09-2013












Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat kanker pada kulit ditandai dengan klien mengatakan adanya luka pada pipi sebelah kanan klien mengatakan luka pada pipinya sulit untuk sembuh, tampak adanya luka pada pipi sebelah kanan klien, luas luka ±5 cm dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler). luka tampak mengeluarkan darah dan cairan bening.

2
12-09-2013

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan klien mengatakan luka pada pipinya sulit untuk sembuh, klien mengatakanluka pada pipinya mengeluarkan cairan bening, kadang-kadang berdarah, klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu demam, suhu: 37,80c, leukosit:10.100 mm3, luka klien tampak kemerahan, luka tampak mengeluarkan cairan bening, pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik

3







4.
12-09-2013







12-09-2013

Nyeri berhubungan dengan cidera jaringan di tandai dengan klien mengatakan luka nya terasa nyeri, klien mengatakan nyeri terasa berdenyut, klien mengatakan durasi nyeri ±3 menit, klien tampak meringis, klien tampak melindungi dan memegangi area nyeri, skala nyeri 6
Ansietas berhubungan dengan Pre.operasi nan prognosis penyakit di tandai dengan klien mengatakan cemas akan kondisinya, klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak dapat di sembuhkan, klien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan karena klien belum pernah di operasi, klien tampak gelisah, klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya, klien tampak cemas


Tidak ada komentar: