Rabu, 27 November 2013

demensia


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klienss secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (handayani, 2008).
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik ( Maryam, 2012 ).
Sistem neurobehavior terbentuk dari jaringan saraf, sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Pada sistem saraf pusat otak merupakan organ paling penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan tahap dewasa merupakan tahap tubuh kembang yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara berlahan-lahan itulah yang dikatakan proses penuaan. Berbagai keadaan/penyakit seperti demensia dapat menimbulkan gangguan fungsi otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi (Sudoyo, 2009).
Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku ( Townsend, 2000 ).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99% dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup usia 65-70 tahun dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang dengan umur harapan hidup 70-75 tahun ( Widagdo, 2008 ).
Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh departemen kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas kasus demensia” (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira – kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas 85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah        ( Maryam, 2012 ).
Sedangkan di Jambi jumlah lansia dari umur rata-rata 70-90 tahun sebagian besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan umur 60-90 tahun yang ada di provinsi jambi. Di dapatkan data dari dinas kesehatan provinsi jambi terdapat jumlah lasia di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur sekitar 20 orang pada tahun 2005.
Dampak serangan demensia adalah Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke, faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi, kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta deprivasi tidur, pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik), obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar ( Silvia, 2006 ).

Peran perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing klien, menerima kondisiya, serta persiapan dalam meghadapi ajal. Pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan ( promation ), pencegahan ( prevention ), diagnosa dini dan pengobatan ( early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan serta pemulihan ( Maryam , R. Siti ).
Peran perawat untuk demensia yaitu bina hubungan klien-perawat yang terapeutik/ berkomunikasi verbal dengan menatap wajah klien serta berbicara dengan suara yang rendah, pendek, instruksi sederhana dan berbicara berlahan-lahan dengan klien. Dan membimbing klien untuk mengembangkan lingkungan yang tenang, sehat, serta dibataskan dengan kemampuan klien.
Berdasarkan dari pernyataan yang telah di uraikan di atas penulis tertarik mengangkat asuhan keperawatan pada Tn. B dengan masalah demensia.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana konsep teoritis Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Demensia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur.

C.      Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
b.    Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada penyakit Demensia di panti sosial tresna wredha budi luhur.
c.    Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
d.   Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
e.    Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
f.     Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

D.      Manfaat Penulisan
1.    Manfaat bagi Panti sosial tresna wredha budi luhur
Sebagai masukan rumah sakit dalam peningkatan mutu dan layanan asuhan keperawatan di panti sosial tresna wredha budi luhur.
2.    Manfaat bagi Akademik
Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesahatan harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan demensia.
3.    Manfaat bagi Mahasiswa
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang demensia, sehingga kita semua menyadari akan pentingnya kesehatan.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN
Gambar 2.1 : Anatomi Otak

Sistem persyarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh, pengaturan saraf tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh sehingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sitem inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan gerakan (syaifuddin, 2011).
Sistem persyarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.    Sistem Saraf Pusat (SPP)
a.       Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik, maka kesadaran mungkin akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan yang tidak ireversibel. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensori dan sistem efektor perifer tubuh, di samping berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk. Otak manusia mengandung 98% jaringan saraf tubuh, berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200 cc.

b.      Medula spinalis
Bagian medula spinalis terditi atas  pons dan medula oblongata :     
a)      Pons merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata.
b)      Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah.

2.    Sistem Saraf Tepi (SST)

Gambar 2.2 : sistem saraf simpatis (a),  dan
                    sistem saraf parasimfatis (b)

a.       Saraf otonom
Sistem saraf otonom (SSO) merupakan sistem persyarafan campuran, serabut-serabut eferennya membawa masukan dari organ-organ viseral berkaitan dengan pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, dan pembuangan. Saraf eferen motorik mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral. Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar jaringan dan organ-organ dibawah kontrol otonom yang mencakup kedua sistem ini. Sebagai mediator pada stimulus simpatis adalah norepinefrin dan mediator impuls parasimpatis adalah asetikolin.
a). Fungsi saraf otonom simpatis
fungsi saraf otonom simpatis adalah sistem siap siaga untuk membantu dalam proses kedaduratan. Dibawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabakan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Sebagai akibatnya, bronkiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung  yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung.
b). Fungsi saraf parasimpatis
fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai pengotrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol. Serabut-sarabut sistem parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada segmen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf parasimpatis menghubungkan area kraniosakral, sedangkan saraf simpatis menghubungkan area terakolumbal dari sistem saraf otonom.

B.     DEFINISI

Gambar 2.1 : Penderita penyakit demensia

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).

C.    ETIOLOGI
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo (2009).
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan (Arif muttaqin, 2008).
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia, 2006).

D.    KLASIFIKASI
Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis penyakit sebagai berikut:
1.      Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal ini meliputi hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks demensia AIDS, dan sebagainya.
2.      Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi: Kelompok ini meliputi korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya; penyakit Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan meningeal; dan sejenisnya.
3.      Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda atau tanda yang mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam kategori ini.
4.      Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia yang reversibel dan irreversible.
Menurut : Arif muttaqin (2008),  kerusakan struktur otak demensia dibagi menjadi  2 yaitu :
1.      Tipe Alzheimer
     Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
2.      Demensia vascular
            Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.

E.     PATOFISIOLOGI
Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan orang untuk melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat laun semakin sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)
Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain untuk melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK BAB. Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan marfologis dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).
Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam sistem saraf pusat , protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).




















E.     WOC
Terjadi plek senilis
Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum
Kekusutan neurolibrilar yang difusi
Degenerasi neuron kolinergik
Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior
Perubahan kemampuan merawat diri sendiri
Asetilkolin menurun pada otak
Kelainan neurotransmiter
Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipotelamus dan amigdala
Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah: perubahan mengawasi keadaan yang kompleks dan berpikir abstrak: emosi labil, pelupa, apatis
MK : perubahan proses pikir

Mk : defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, dan higiene)
Tingkah laku aneh, dan Mempunyai dorongan melakukan kekerasan
 MK : resiko cedera
Faktor resiko : yang berpengaruh : adanya keluarga dengan sindrom down, fertilasi yang kurang, dan defisiensi kalsium.
Faktor predisposisi: usia, genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi virus.
Degenerasi progresif korteks serebral
lobus pariental
Penurunan Orientasi spinal
Lobus temporal
Penurunan mengenal  karateristik spesifik dari infut sensori
Lobus frontal
Penurunan kemampuan motorik utama ( korteks premoton/ asosiasi motorik menurun )
 
































( Arif muttaqin, 2008 )
F.     MANIFESTASI KLINIS
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut:
1.    Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2.    Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3.    Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4.    Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5.    Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

F.     PENATALAKSANAAN
Menurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu
1.    Farmakoterapi
a)    Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b)    Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c)    Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d)   Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e)    Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
2.  Dukungan atau Peran Keluarga
a.    Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b.     Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
c.     Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d.    Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan.
e.    Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat membantu.
3.  Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a)         Diet
b)         Latihan fisik yang sesuai
c)          Terapi rekreasional dan aktifitas
d)         Penanganan terhadap masalah-masalah

G.    KOMPLIKASI
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :
1.    Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.
2.    Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
3.    Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta deprivasi tidur.
4.    Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik).
5.    Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.

H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Arif muttaqin, (2008) :
1.      Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat.
2.      Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3.      Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4.      Pemeriksaan cairan otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5.      Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6.      Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a.         Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b.         Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan demensia.
7.      Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)

No
Tes
Nilai

ORIENTASI

1.
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?
5
2.
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar)
5

REGISTRASI

3.
Sebutkan 3 buah nama benda  (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3

ATENSI DAN KAKULASI

4.
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai 
5

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5.
Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas
3

BAHASA

6.
Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)
2
7.
Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
1
8.
Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
3
9.
Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda”
1
10.
Pasien disuruh menulis dengan spontan
1
11.
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
1

TOTAL
30

                        Skor     Nilai   24 – 30  =  Normal
                                    Nilai   17 – 23  =  Sedang
                                    Nilai   0   – 15  =  Berat

I.         EVIDEN BASED
Pada tahun 2008, Yuda Turana, Adre Mayza, dan Jofizal Jannis telah melakukan penelitian tentang demensia, mereka dari Pusat Penelitian Kesehatan Atma Jaya, Tim Pokja P3IK DepKes RI. Demensia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku. Pengobatan yang dianjurkan untuk penderita demensia ini terdiri dari terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Salah satu bentuk terapi non farmakologis yang dianjurkan yaitu latihan kognitif berupa senam otak. Telah dilakukan penelitian tentang "Pengaruh Latihan Kognitif Terhadap Perubahan Skor Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia Ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan kognitif terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut usia yang menderita demensia ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melihat fungsi kognitif sebelum dan sesudah diberi latihan kognitif pada kelompok eksperimen, melihat fungsi kognitif pada kelompok kontrol yang tidak diberi latihan kognitif dan melihat pengaruh latihan kognitif berupa senam otak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan menggunakan penelitian Quasi- eksperimen (pretest-posttest) dengan sampel penelitian sebanyak 12 orang. 6 orang sebagai kelompok eksperimen dan 6 orang sebagai kelompok kontrol. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination). Analisa statistik yang digunakan yaitu Wilcoxon, t-test dan Mann-Whiteney test. Test Wilcoxon untuk melihat apakah latihan kognitif berpengaruh terhadap peningkatan fungsi kognitif pada kelompok eksperimen (pS0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan fungsi kognitif tetapi terjadi penurunan fungsi kognitif secara bermakna (p<0,05). Test Mann Whiteney digunakan untuk melihat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia ringan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan kognitif berupa senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

J.        PENCENGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1.    Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2.     Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.    Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4.     Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobby.
5.    Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
( Silvia, 2006).

K.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Menurut Maryam, (2012):
1.    Pengkajian
a)    Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b)   Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c)    Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
d)   Psikososial
1)   Genogram.
2)   Konsep diri.
a.    Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik penyakit.
b.    Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan  individu.
c.    Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
d.   Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
e.     Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
3).  Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat  maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4). Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. Tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
5).  Status mental
a.    Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b.   Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c.    Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d.   Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e.    Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f.     Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
g.    Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
6).   Proses berpikin
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
7).  Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang
8).  Memori
a.    Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan.
b.   Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c.    Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian yang baru saja terjadi.
9).  Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
10).  Kemampuan penilaian
Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.    
11).  Kebutuhan klien sehari-hari
a.    Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b.    Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c.    Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d.   Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

2. DIANGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Arif Muttaqi, ( 2008 ) :
a.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
b.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
c.    Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
1
Devisit perawatan diri yang berhubungan dengan perubahan proses pikir
Tujuan :
Dalam waktu 3x  24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri
Kriteria hasil:
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu




Mandiri:
1.      Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL.

2.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3.      Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.

4.      Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan di diket klien agar mampu sendiri mengambilnya
5.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan meningkatkan aktifitas
Kalaborasi:
1.      Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
2.      Konsul ke dokter terapi okupas

1.      Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan penemuan kebutuhan individual.
2.      Klien dalam keadaan cemas dan hal ini dilakukan untuk. mencengah frustasi dan harga diri.
3.      Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
4.      Ketidak mampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbukan masalah pengosongan kandung kemih karena masalah neurogenik
5.      Meningkatkan latihan dan menolong mencengah konstipasi.


1.      Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi.
2.      Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
2
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat
Tujuan:
Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil:

Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Mandiri:
1.      Evaluasi kemampuan makan klien.





2.      Observasi/ timbang berat badan jika memungkinkan.



3.      Monitor pemakain alat bantu.





4.      Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, dan muntah
Kolaborasi
1.      Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti: serum, kreatine, glukosa

1.      Klien mengalami kesulitan dalm mempertahankan berat badan mereka, mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
2.      Tanda kehilangan berat badan (7-10 %) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot.
3.      Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang di tetapkan untuk makan, alat-alat khusus yag membantu makan.
4.      Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memsukkan makanan.

Kolaborasi
1.      Memberi informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien
3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat
Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Kolaborasi :
1.      Kaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan makanan.
2.      Usahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
3.      Beri Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.


4.      Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.

5.      Hindari makanan yang terlalu panas.

Kolaborasi :
1.      konsultasikan dengan ahli gizi.


1.      Identifikasi kebutuhan membantu  perencanaan pendidikan.
2.        Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.
3.      Ketidakmampuan menerima dan hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya penyakit.
4.      Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai.
5.      makanan yang panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan.

1.      Meningkatkan status nutrisi

(Arif muttaqin, 2008)







BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS PEMICU DEMENSIA

Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu, keluarga minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-masing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl, leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.








I.          Pengkajian
Nama Panti                      : Wredha budi luhur               
Ruang/ Kamar                  :  Melati
Tanggal Masuk                 : 18 januari 2013
Tanggal Pengkajian          : 19 januari 2013
A.   Identitas Klien
Nama Lansia                         : Tn. B
Umur                                     : 79 tahun
Jenis kelamin             :  Laki- laki                 
Status merital                        : Menikah
Agama                                  : Islam
Suku/Bangsa                         : Melayu
Bahasa yang digunakan        : Daerah
Pendidikan                            : SMA
Pekerjaan                              : Wiraswasta
Alamat asal                           : Thehok Jambi

B.     Alasan masuk PSTW
Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluaga sibuk dengan urusan masing-masing.  
            Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi.

C.    Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat kesehatan saat ini
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi, dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati

2.      Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan, dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.

3.      Riwayat kesehatan keluarga
Susunan anggota keluarga
Genogram : ( 3 generasi)


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
                                                                                                                         : Pasien
                                                : tinggal serumah        
                                                : Laki-laki
                                                :perempuan
                        : meninggal
Keluarga klien mengatakan bahwa anggota keluarga klen tidak pernah menderita penyakit yang  sama separti klien dan juga tidak pernah menderita penyakit penyakit lainnya.

D.    Kebiasaan sehari-hari
1.      Nutrisi cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc / hari dengan air mineral.
2.      Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK  2 x 24 jam, volume urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3.      Aktivitas – latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/ perawat.
4.      Tidur – istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam.

E.     Data psikologi
Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan nilai 11 (berat)  menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.
            Bahas klien kurang jelas  dan bahasa yang digunakan klien kurang dipahami oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek dikernakan klien  Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering lupa  jalan saat perpergian, sulit bandi, berpakaian, dan toileting.

F.     Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.

G.    Data spritual
klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.

H.    Pemeriksaan fisik     
1.      Keadaan sakit
klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang.
2.      Tanda- tanda vital
Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola pernapasan klien tampak teratur.
3.      Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor dan bau.
4.      Mata/ penglihatan
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur apabila tidak menggunakan kacamata.
5.      Hidung/penciuman
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang baik.
6.      Telinga/ pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

7.      Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik, gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8.      Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.
9.      Dada/pernapasan
I  : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan tidak        menggunakan alat bantu pernapasan
P   : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan
P   : perkusi dada resonan
A  : suara napas vesiculer
10.   Kardiovaskuler
I      : bentuk jantung simetris.
P     : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.
P     : Perkusi terdapat bunyi pekak
A    : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1 detik / kurang.
11.  Abdomen
I     : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A   : Bising usus normal ( 10 x /menit )
P    : Tidak teraba masa.
P    : Perkusi terdengar : Tympani
12.  Muskulo skeletal
 Kekuatan otot klien  4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.    
                    4444    4444                                                                                                                    
                                    4444     4444  
  Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
13.  Keadaan neurologi
Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu  N. II  (optikus),  refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII (hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).
14.  Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku klien tampak kotor.
15.  Catatan khusus
Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya perawat.

I.       Informasi penunjang
Nama pasien                : Tn.B
Diagnosa medik          : Demensia
Tgl. Pengkajian           : 20 januari 2013
1.         laboratorium
a)        Hb : 9 gr/ dl  (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)
b)        Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3)
c)        Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3)
2.      Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)
Nomor Identifikasi           :
Nama Responden              :  Tn. B
Pendidikan                        : Wiraswasta
Umur                                 : 79  Tahun
Tanggal                             : 18 januari 2013
No
Tes
Nilai
Normal
Hasil pemeriksaan

ORIENTASI


1.
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?
5
1
2.
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar)
5
1

REGISTRASI


3.
Sebutkan 3 buah nama benda  (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3
1

ATENSI DAN KAKULASI


4.
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai 
5
2

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5.
Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas
3
1

BAHASA


6.
Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)
2
1
7.
Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
1
1
8.
Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
3
1
9.
Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda”
1
1
10.
Pasien disuruh menulis dengan spontan
1
1
11.
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
1
0

TOTAL
30
11
Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

3.    Obat –obatan
a.    Donezepil : 5 mg 3x/hari
b.    Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg
c.    Galantamine : 3x 3-5 mg
d.   Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
4.    Terapi simtomatik
a.    Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir
b.    Terapi rekreasional dan aktifitas

A.    ANALISA DATA
Nama pasien         : Tn. B
Umur                    : 79 tahun

NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
DS:
-        Petugas panti mengatakan klien sering tersinggung dan mudah marah
-        Perawat mengatakan klien sering lupa jalan pulang bila berpergian

DO:
-        Klien tampak mengalami gangguan memori dan orientasi
-        Klien tampak bingung
-        Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)

perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

Perubahan proses pikir

2.
DS:
-        Petugas panti mengatakan klien sulit mandi, berpakaian dan toileting

DO:
-        Kuku klien tampak kotor
-        Badan klien Bau
-        Penampilan kurang menarik
-        Kulit kepala kotor dan bau
-        Mulut klien bau dan Tampak adanya caries

Menurunya kemampuan merawat diri
defisit perawatan diri
3.

DS :
-        Petugas panti mengatakan nafsu makan klien menurun

DO :
-        Gigi klien tidak lengkap
-        Klien tampak hanya menghabiskan setengah porsi makannya
-        Hb : 9 gr/dl


Asupan tidak adekuat
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
 4.
DS :
-        Petugas panti mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat


DO :
-        klien tampak sering mengalami kaku sendi
-        klien tampak menggunkan tongkat
-        klien tampak berjalan dengan hati- hati
-        kekuatan otot klien
4444      4444                                                                                       
               
4444      4444


kesulitan keseimbangan dalam beraktifitas
Risiko cidera


B.  INTERVENSI
Nama pasien    : Tn. B
Umur               : 79 tahun
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) d.d
DS:
-        Perawat mengatakan klien sering lupa jalan pulang bila berpergian
DO:
-        Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
-        Klien tampak bingung

-        Pemeriksaan MMSE: 3 (berat)
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan
KH:
-   Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi &  pikiran tentang dirinya
-   Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative.
Mandiri
1.      Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien-perawat yg terapeutik.
2.      Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
3.      Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.
4.      Panggil klien dengan namanya.


5.      Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
6.      Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).


7.      Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
8.      Evaluasi pola tidur.
           
Kolaborasi
1.      Berikan obat sesuai indikasi


1.      Mengurangi kecemasan dan emosional.


2.      Kebisingan merupakan sensori berlebihan yg meningkatkan gangguan neuron.
3.      Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dg gangguan perceptual.
4.      Nama adalah bentuk identitas diri & menimbulkan pengenalan terhadap realita &  klien.
5.      Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi & keras menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi & respon marah.
6.      Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dlm otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dlm respons penerimaan pesan & percakapan secara keseluruhan.
7.      memotivasi klien dlm cara yang menguatkan kegunaannya & kesenangan diri serta merangsang realita.

8.      Kurang tidur dpt mengganggu proses piker & kemampuan koping klien.
Kolaborasi
1.      Untuk mengurangi rasa defresi pada klien.
2.
Defisit perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat diri d.d
DS:
-        Perawat mengatakan klien sulit mandi, berpakaian dan toileting
DO:
-        Kuku klien tampak kotor
-        Badan klien Bau
-        Penampilan kurang menarik
-        Kulit kepala kotor dan bau
-        Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  3 x 24 jam diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan
 KH :
-         Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg tingkat kemampuan.

Mandiri :
1.    Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi.
2.    Identifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
3.    Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.



4.    Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.

5.    Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.

1.      Memahami penyebab yg mempengaruhi intervensi. Masalah dpt diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.
2.      Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.



3.      Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.
4.      Pekerjaan yg tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik & perubahan kognitif.
5.      Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
3.
















Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan tidak adekuat d.d

DS :
-        Perawat mengatakan nafsu makan klien menurun
DO :
-        Gigi klien tidak lengkap
-        Fungsi mengunyah kurang baik
-        Klien hanya menghabiskan setengah porsi
-        Hb : 9 gr/dl
Tujuan:
Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil:
-     Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Mandiri
1.      Kaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan makanan.
2.      Usahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
3.      Beri Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.

4.      Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.
5.      Hindari makanan yang terlalu panas.
Kolaborasi :
1.      konsultasikan dengan ahli gizi


1.      Identifikasi kebutuhan membantu  perencanaan pendidikan.
2.      Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.
3.      Ketidakmampuan menerima dan hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya penyakit.
4.      Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai.
5.      makanan yang panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan.

1.      Meningkatkan status nutrisi
4.
Resiko cidera b.d kesulitan keseimbangan d.d
Ds :
-     Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lamba.
Do :
-        klien tampak sering mengalami  kaku sendi
-        klien tampak menggunkan tongkat
-         klien tampak berjalan dengan hati- hati
 kekuatan otot klien 3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  3x 24 jam diharapkan Risiko cedera tidak terjadi dengan
KH :
- Meningkatkan tingkat aktivitas.
- Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/ cedera.
Mandiri
1.      Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
2.       Hilangkan sumber bahaya lingkungan.


3.      Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
4.      Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).

1.    Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsi berisiko trauma karena kurang mampu mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh.

2.    Klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar.
3.    Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan  risiko terjadinya trauma.
4.    Klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/ penggantian obat diperlukan untuk mengurangi gangguan.




















C.   IMPLEMENTASI & EVALUASI
Nama pasien         : Tn. B
Umur                    : 79 tahun
Hari 1
Diagnosa Keperawatan
Tanggal/ jam
Catatan Keperawatan
Tanggal/ jam
Perkembangan
(Evaluasi)
Ket
DX I
19 / 01 / 2013
1.       Mengembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
Hasil : klien masih mudah tersinggung
2.      Mempertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
Hasil : klien tampak nyaman
3.      Menatap wajah ketika berbicara dengan klien.
Hasil : klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4.      Memanggil klien dengan namanya.
Hasil : klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5.      Menggunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Hasil : klien tampak mudah dalam berkomunikasi
6.      Menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak mengerti
7.      Menciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau beraktivitas secara sedehana
8.      Mengevaluasi pola tidur.
Hasil : klien tampak tidur dengan baik
9.      Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.

19 / 01 / 2013
S :
-        Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
-        Klien mengatakan memahami pembicaraan  menggunakan kata-kata pendek
O :
-        Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
-        Klien tampak bingung
-        Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)
A  : masalah teratasi sebagian
P  : intervensi 1, 3, 6, 7, 8,  9 dilanjutkan


DX II
19 / 01 / 2013
1.      Mengidentifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
Hasil : klien tidak mampu
           melakukan secara mandiri
2.      Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
Hasil :  klien belum mampu melakukan secara  mandiri
3.      Memperhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan bahasa yang verbal
4.      Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang cukup untuku melakukan tugas
5.      Membantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Hasil : klien tidak mau mengenakan pakaian yang rapi

19 / 01 / 2013
S :  Klien mengatakan tidak mampu malakukan perawatan diri secara mandiri

O :
-        Kuku klien tampak kotor
-        Badan klien Bau
-        Penampilan kurang menarik
-        Kulit kepala kotor dan bau
-        Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
A : masalah  teratasi sebagian
P : intervensi 1, 2 , 4, 5, di lanjutkan






DX III


























DX  IV
19 / 01 / 2013

























19/01/ 2013
1.      Mengkaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan makanan.
Hasil : klien belum mengetahui makanan dapat meningkatkan status nutrisinya
2.      Mengusahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
Hasil : klien belum bisa memilih makanan yang disukai
3.      Memberi Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman

4.      Memberi makanan kecil sesuai kebutuhan.
Hasil : klien tampak belum mau untuk menerima makanan kecil
Kolaborasi :
1.      konsultasikan dengan ahli gizi.
Hasil : pemenuhan nutrisi klien belum maksimal, dengan diet makanan lunak yang rendah kalori serta gizi yang baik

1.      Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
Hasil : klien tampak mengalami          gangguan memori dan orientasi
2.      Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.
Hasil :  klien tampak mengunakan tongkat
3.      Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil : menghindari terjadinya cedera
4.      Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Hasil : untuk tindakan intervensi selanjutnya
19 / 01 / 2013

























19/ 01/ 2013
S :
-          Klien mengatakan belum bisa mamilih makanan yang di sukainya
O :
-          klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi makanan
-          hb : 9 gr/dl
A :  masalah belum teratasi
P :  intervensi 1, 2, 3, 4 ,5, di lanjutkan















S :  klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
O :
-        klien tampak mengalami kaku sendi
-        klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-        klien tampak berjalan dengan hati- hati
-        kekuatan otot klien
4444     4444                                                                                        
                4444      4444 

A : Masalah belum teratasi
P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6 di lanjutkan








Hari ke 2
Diagnosa Keperawatan
Tanggal/ jam
Catatan Keperawatan
Tanggal/ jam
Perkembangan
(Evaluasi)
Ket
DX I
20 / 01 / 2013
1.      Mengembangkan lingkungan yg  mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
     Hasil : klien masih mudah tersinggung
2.  Mempertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
     Hasil : klien tampak nyaman
3.  Menatap wajah ketika berbicara  dengan klien.
     Hasil : klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4.  Memanggil klien dengan namanya.
     Hasil : klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5.  Menggunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
     Hasil : klien tampak mudah dalam berkomuikasi
6. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
     Hasil : klien tampak mengerti
5.      Menciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
6.      Hasil: klien tampak belum mau beraktivitas secara sederhana
7.      Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.

20 / 01 / 2013
S :
-        Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
-        Klien mengatakan mudah memahami pembicaraan dengan kata-kata pendek
O :
-        Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
-        Klien tampak bingung
-        Pemeriksaan MMSE:11 (berat)

A  : masalah teratasi sebagian

P  : intervensi 1, 3, 4, 5, 6, 7, dilanjutkan


DX II
































DX III

20 / 01 / 2013






























20 / 01 / 2013

1. Mengidentifikasi kesulitan dalam  berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
     Hasil : klien tidak mampu
         melakukan secara mandiri
2. Mengidentifikasi kebutuhan   kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
Hasil :  klien belum mampu melakukan secara  mandiri
3. Memperhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan bahasa yang verbal
4. Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang cukup untuku melakukan tugas

5. Membantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Hasil : klien  mau mengenakan pakaian yang rapi


1.  Mengkaji pengetahuan keluarga/   klien mengenai kebutuhan makanan.
Hasil : klien belum mengetahui makanan yang dapat meningkatkan status nutrisinya
2.  Mengusahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
Hasil : klien mulai mau memilih makanan yang disukai
3.  Memberi Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4.  Memberi makanan kecil sesuai kebutuhan.
Hasil : klien sudah mulai  mau untuk menerima makanan kecil
Kolaborasi :
1.   konsultasikan dengan ahli gizi.
Hasil : kebutuhan nutrisi klien mulai terpenuhi dengan diet makanan lunak yang rendah kalori serta gizi  baik

20 / 01 / 2013
S  :   klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
O :
-        Kuku klien tampak bersih
-        Bau badan mulai berkurang
-        Penampilan klien sudah rapi
-        Kulit kepala agak bersih
-        Bau mulut klien mulai berkurang dan Tampak  masih adanya caries
A  : Masalah teratasi sebagian
P  : intervensi 1, 2, 3, 4, 5, di lanjutkan




















S :
-          Klien mengatakan belum bisa memilih makanan yang di sukainya
O :
-          klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi makanan
-          hb : 9 gr/dl
A :  masalah teratasi sebagian
P :  intervensi 1, 2, 3, 4 , dan kolaborasi, di lanjutkan






DX IV
20/ 01 / 2013
1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
     Hasil : klien tampak mengalami          gangguan memori dan orientasi
2.    Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.
Hasil :  klien masih tampak  menggunakan tongkat
3.    Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil : menghindari terjadinya cedera
4.    Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Hasil : untuk tindakan intervensi selanjutnya

20 / 01 / 2013
S :  klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
O :
-        klien tampak mengalami kaku sendi
-        klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-        klien tampak berjalan dengan hati- hati
-        kekuatan otot klien
4444      4444
                                                                                     
                4444      4444
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi 1, 2, 3, 4,  di lanjutkan








Hari ke 3

Diagnosa Keperawatan
Tanggal/ jam
Catatan Keperawatan


Tanggal/ jam
Perkembangan
(Evaluasi)
Ket
DX I
21 / 01/ 2013
1.      Mengembangkan lingkungan yg  mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
Hasil : klien masih mudah tersinggung
2.      Mempertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
Hasil : klien tampak nyaman
3.      Menatap wajah ketika berbicara  dengan klien.
Hasil : klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4.      Memanggil klien dengan namanya.
Hasil : klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5.      Menggunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Hasil : klien tampak mudah dalam berkomuikasi
6.      Menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak mengerti
7.      Menciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau beraktivitas secara sederhana
8.      Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi
Hasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.

21 / 01 / 2013
S :
-        Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
-        Klien mengatakan mudah memahami pembicaraan  menggunakan kata-kata pendek
O :
-        Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
-        Klien tampak bingung
-        Pemeriksaan MMSE:11 (berat)

A  : masalah teratasi sebagian

P  : intervensi 1, 3, 4, 6, 7, 8 dilanjutkan  kakak perawat



DX II
























DX III
21 / 01 / 2013






















21 /01
/ 2013
1.     Mengidentifikasi kesulitan dalam  berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
Hasil : klien tidak mampu
melakukan secara mandiri
2.     Mengidentifikasi kebutuhan   kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
Hasil :  klien belum mampu melakukan secara  mandiri
3.     Memperhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan bahasa yang verbal
4.     Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang cukup untuku melakukan tugas


1.    Mengkaji pengetahuan keluarga/   klien mengenai kebutuhan makanan.
Hasil : klien belum mengetahui makanan yang dapat meningkatkan status nutrisinya
2.  Mengusahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
Hasil : klien mau memilih makanan yang disukai
3.  Memberi Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4.  Memberi makanan kecil sesuai kebutuhan.
Hasil : klien sudah mulai  mau untuk menerima makanan kecil
Kolaborasi :
1.   konsultasikan dengan ahli gizi.
Hasil : kebutuhan nutrisi klien mulai terpenuhi,
21/ 01 / 2013






















21/01 2013





















S  :   klien mengatakan tidak mampu malakukan perawatn diri secara mandiri
O :
-        Kuku klien tidak kotor lagi
-        Bau badan mulai berkurang
-        Penampilan klien sudah rapi
-        Kulit kepala sudah agak bersih
-        Bau mulut klien mulai berkurang dan Tampak  masih adanya caries
A  : Masalah teratasi sebagian
P  : intervensi 1, 2, 4,  di lanjutkan oleh kakak perawat











S :
-          Klien mengatakan belum bisa memilih makanan yang di sukainya
O :
-          klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi makanan
-          hb : 9 gr/dl
A :  masalah teratasi sebagian
P :  intervensi 1,3, 4 ,5, di lanjutkan oleh kakak ruangan



DX IV
21/01/ 2013
1.    Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
Hasil : klien tampak mengalami          gangguan memori dan orientasi
2.    Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.
Hasil :  klien masih tampak menggunakan tongkat
3.    Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil : menghindari terjadinya cedera
4.    Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Hasil : untuk tindakan intervensi selanjutnya


21 / 01 / 2013
S :  klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
O :
-        klien tampak mengalami kaku sendi
-        klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-        klien tampak berjalan dengan hati- hati
-        kekuatan otot klien
4444      4444                                                                                       
           
                 4444       4444

A : Masalah belum teratasi
P : intervensi 1, 2, 3, 4, di lanjutkan oleh kakak perawat




BAB IV
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis. Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi dats dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi askep fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
Saat pengkajian didapatkan bahwa Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku.
            Diagnosa keperawatan secara kasus demensia antara lain :
a.       Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ( degenerasi neuron irevesibel )
b.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
d.      Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

             Intervensi yang dilakukan untuk menjaga kesehatan pasien adalah
a.       Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi dan kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
b.      Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
c.       Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
d.      Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
e.       Tatap wajah ketika berbicara dengan klien dan Panggil klien dengan namanya.
f.       Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
g.      Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana (tahap demi tahap).
h.      Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
i.        Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
j.        Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
k.      Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
l.        Usahakan atau beri bantuan dalam memilih menu
m.    Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.
n.      Hindari makanan yang terlalu pana
Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus, respon klien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Secara cermat lansia mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan dan dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari secara optimal. Perbaiki lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan. Dan bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal yang pernah terjadi.

B.   Saran
1.      Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur
Semoga Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan di percaya oleh masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan.
2.      Institusi
Diharapkan kepada lembaga institusi kesehatan khususnya STIKES Harapan Ibu Jambi dapat memberikan bimbingan secara terus menerus kepada para Mahasiswa yang melakukan penulisan ilmiah/karya tulis mengenai demensia, sehingga para mahasiswa dapat lebih terarah/terfokus dalam mencapai sasaran penulisan yang di inginkan.
3.      Mahasiswa
 Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit demensia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan


























DAFTAR PUSTAKA


Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika
Aru, Sudoyo W.   2009 . Ilmu  Penyakit  Dalam . Jakarta : Internal Publisting
Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep penelitian demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Neurologi. Jakarta : Selemba medika
Mary,  Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta : EGC
Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . E& . Jakarta : EGC
Syaifuddin . 2011 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan . E& . 2 . Jakarta : Salemba Medika
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info Media


Tidak ada komentar: