BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan
bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caring menyangkut upaya
memperlakukan klienss secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda
dari manusia lainnya dan kita ketahui
manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem
tersebut adalah sistem neurobehavior (handayani, 2008).
Keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan
menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan
spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik
yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi
kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia
menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan
gerontik ( Maryam, 2012 ).
Sistem neurobehavior terbentuk
dari jaringan saraf, sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Pada sistem
saraf pusat otak merupakan
organ paling penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas
tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan tahap dewasa merupakan tahap tubuh
kembang yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh
juga akan mengalami penurunan fungsi secara berlahan-lahan itulah yang
dikatakan proses penuaan. Berbagai keadaan/penyakit seperti demensia dapat
menimbulkan gangguan fungsi otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan
orientasi (Sudoyo, 2009).
Salah
satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan
tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin
memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan
intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal
lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku (
Townsend, 2000 ).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Lanjut usia
(lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965).
Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta
dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia
sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99% dari seluruh
penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup usia 65-70 tahun
dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang dengan umur
harapan hidup 70-75 tahun ( Widagdo, 2008 ).
Di Indonesia
sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh departemen
kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas kasus
demensia” (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka
kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup
suatu populasi. Kira – kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia dan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas
85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan
intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu
masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah ( Maryam, 2012 ).
Sedangkan di Jambi jumlah lansia dari umur rata-rata
70-90 tahun sebagian besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan
umur 60-90 tahun yang ada di provinsi jambi. Di dapatkan data dari dinas
kesehatan provinsi jambi terdapat jumlah lasia di panti sosial Tresna Werdha
Budi Luhur sekitar 20 orang pada tahun 2005.
Dampak serangan demensia adalah Penyakit akut atau
kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan
hati,kanker dan stroke, faktor hormonal dan nutrisi, diabetes,
ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi dan dehidrasi, kerusakan
sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta
deprivasi tidur, pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama
kombinasi obat yang bersifat antikolinergik), obat-obat yang mengganggu sistem
kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan
belajar ( Silvia, 2006 ).
Peran perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk
membantu klien dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing
klien, menerima kondisiya, serta persiapan dalam meghadapi ajal. Pelayanan
kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan
( promation ), pencegahan ( prevention ), diagnosa dini dan
pengobatan ( early diagnosis and prompt
treatment), pembatasan kecacatan serta pemulihan ( Maryam , R. Siti ).
Peran perawat untuk demensia yaitu bina hubungan
klien-perawat yang terapeutik/ berkomunikasi verbal dengan menatap wajah klien
serta berbicara dengan suara yang rendah, pendek, instruksi sederhana dan
berbicara berlahan-lahan dengan klien. Dan membimbing klien untuk mengembangkan
lingkungan yang tenang, sehat, serta dibataskan dengan kemampuan klien.
Berdasarkan dari pernyataan yang telah di uraikan di
atas penulis tertarik mengangkat asuhan keperawatan pada Tn. B dengan masalah
demensia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini
adalah bagaimana konsep teoritis Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Demensia di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Luhur.
C.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep
teoritis dan asuhan keperawatan pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
b. Mahasiswa
mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada penyakit Demensia di panti sosial tresna wredha budi luhur.
c. Mahasiswa
mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn.
B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
d. Mahasiswa
mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn.
B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
e. Mahasiswa
mampu melaksanakan implementasi pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
f. Mahasiswa
mampu malakukan evaluasi pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Manfaat
bagi Panti sosial tresna wredha
budi luhur
Sebagai masukan rumah
sakit dalam peningkatan mutu dan layanan asuhan keperawatan di panti sosial tresna wredha budi luhur.
2. Manfaat
bagi Akademik
Sebagai
tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesahatan
harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan demensia.
3. Manfaat
bagi Mahasiswa
Untuk memberikan
informasi kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang demensia,
sehingga kita semua menyadari akan pentingnya kesehatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
ANATOMI
DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN
Gambar
2.1 : Anatomi Otak
Sistem
persyarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh, pengaturan saraf
tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh
sehingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sitem
inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi,
dan gerakan (syaifuddin, 2011).
Sistem
persyarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sistem
Saraf Pusat (SPP)
a. Otak
Otak
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan
otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah.
Bila aliran darah berhenti selama 10 detik, maka kesadaran mungkin akan hilang,
dan penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan yang tidak
ireversibel. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti berkaitan dengan
fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ
sensori dan sistem efektor perifer tubuh, di samping berfungsi sebagai pengatur
informasi yang masuk. Otak manusia mengandung 98% jaringan saraf tubuh, berat
otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200 cc.
b. Medula
spinalis
Bagian medula
spinalis terditi atas pons dan medula
oblongata :
a) Pons
merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta
menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata.
b) Medula
oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah.
2. Sistem
Saraf Tepi (SST)
Gambar 2.2 :
sistem saraf simpatis (a), dan
sistem saraf parasimfatis
(b)
a. Saraf
otonom
Sistem saraf otonom (SSO) merupakan
sistem persyarafan campuran, serabut-serabut eferennya membawa masukan dari
organ-organ viseral berkaitan dengan pengaturan denyut jantung, diameter
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, dan pembuangan.
Saraf eferen motorik mempersarafi otot polos, otot jantung, dan
kelenjar-kelenjar viseral. Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian yaitu
sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar jaringan dan organ-organ
dibawah kontrol otonom yang mencakup kedua sistem ini. Sebagai mediator pada
stimulus simpatis adalah norepinefrin dan mediator impuls parasimpatis adalah
asetikolin.
a). Fungsi saraf otonom simpatis
fungsi saraf otonom simpatis adalah
sistem siap siaga untuk membantu dalam proses kedaduratan. Dibawah keadaan
stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabakan
peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Sebagai akibatnya, bronkiolus
berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju
jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung.
b).
Fungsi saraf parasimpatis
fungsi saraf parasimpatis adalah
sebagai pengotrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama.
Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut
parasimpatis (kolenergik) menonjol. Serabut-sarabut sistem parasimpatis
terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada segmen
spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf
parasimpatis menghubungkan area kraniosakral, sedangkan saraf simpatis
menghubungkan area terakolumbal dari sistem saraf otonom.
B.
DEFINISI
Gambar 2.1 : Penderita penyakit demensia
Demensia adalah sindroma
klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian
berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif muttaqin,
2008).
Demensia merupakan sindroma
yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum,
belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo,
2009).
C.
ETIOLOGI
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah
penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan
faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga
dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada
penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi
kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo (2009).
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut
plak senilis dan serabut saraf yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke. Stroke tunggal
ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang
timbul secara perlahan (Arif muttaqin, 2008).
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan
jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran
darah disebut infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut
demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah
tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah
di otak ( Silvia, 2006).
D. KLASIFIKASI
Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis
penyakit sebagai berikut:
1. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal
ini meliputi hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks
demensia AIDS, dan sebagainya.
2. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi:
Kelompok ini meliputi korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses
demielinasi lainnya; penyakit Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak;
infeksi otak dan meningeal; dan sejenisnya.
3. Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda
atau tanda yang mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk
dalam kategori ini.
4. Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia
kortikal dan demensia subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit
dibedakan antara demensia yang reversibel dan irreversible.
Menurut : Arif muttaqin
(2008), kerusakan struktur otak demensia
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tipe Alzheimer
Lima puluh
sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer
adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari
otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer
mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan
proses berpikir.
2. Demensia vascular
Demensia
tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.
E. PATOFISIOLOGI
Pada
awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur
memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya.
Saat sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi
kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan
orang untuk melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga
mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap
bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan kemampuan
seseorang untuk membuat keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi yang
meledak-ledak dan gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi
mulai timbul, dan lambat laun semakin sering seiring jalannya penyakit (
Sylvia, 2005)
Akhirnya
banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain
untuk melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK
BAB. Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid dalam pembuluh darah
intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan marfologis dan biokimia
pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua ciri khas lesi yang
pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit neuron (
Wiwik, 2005).
Satu
tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang
berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam
sistem saraf pusat , protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai
penghambat pembentuk struktural yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).
E. WOC
Terjadi plek
senilis
|
Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum
|
Kekusutan
neurolibrilar yang difusi
|
Degenerasi neuron
kolinergik
|
Penurunan
metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior
|
Perubahan kemampuan merawat diri
sendiri
|
Asetilkolin menurun
pada otak
|
Kelainan
neurotransmiter
|
Penurunan sel
neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipotelamus dan amigdala
|
Kehilangan kemampuan menyelesaikan
masalah: perubahan mengawasi keadaan yang kompleks dan berpikir abstrak:
emosi labil, pelupa, apatis
|
MK : perubahan
proses pikir
|
Mk : defisit
perawatan diri (makan, minum, berpakaian, dan higiene)
|
Tingkah laku aneh, dan Mempunyai
dorongan melakukan kekerasan
|
MK : resiko cedera
|
Faktor resiko : yang berpengaruh :
adanya keluarga dengan sindrom down, fertilasi yang kurang, dan defisiensi
kalsium.
|
Faktor predisposisi: usia, genetik,
radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi
virus.
|
Degenerasi
progresif korteks serebral
|
lobus pariental
|
Penurunan Orientasi spinal
|
Lobus temporal
|
Penurunan mengenal karateristik spesifik dari infut sensori
|
Lobus frontal
|
Penurunan kemampuan motorik utama (
korteks premoton/ asosiasi motorik menurun )
|
( Arif muttaqin, 2008 )
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala
demensia adalah sebagai berikut:
1.
Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada
penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2.
Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa
hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3.
Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi
kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4.
Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan
saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita
demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5.
Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh,
menarik diri dan gelisah.
F.
PENATALAKSANAAN
Menurut : (
Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu
1.
Farmakoterapi
a)
Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat -
obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b)
Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti
platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
c)
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat
diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan
stroke.
d)
Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi,
diberikan obat anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e)
Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang
meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat
anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan
kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
a.
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang,
jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu
penderita tetap memiliki orientasi.
b.
Menyembunyikan kunci
mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya
kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
c.
Menjalani
kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d.
Memarahi atau
menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan.
e.
Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan
sosial dan perawatan, akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan
terapi simtomatik, meliputi :
a)
Diet
b)
Latihan fisik
yang sesuai
c)
Terapi
rekreasional dan aktifitas
d)
Penanganan
terhadap masalah-masalah
G.
KOMPLIKASI
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul
adalah sebagai berikut :
1. Penyakit
akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal
dan hati,kanker dan stroke.
2. Faktor
hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid,
malnutrisi dan dehidrasi.
3. Kerusakan
sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran serta
deprivasi tidur.
4. Pengobatan,
meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat
antikolinergik).
5. Obat-obat
yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat
mempengaruhi memori, kemampuan belajar.
H. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Menurut Arif
muttaqin, (2008) :
1.
Pemeriksaan
laboratorium rutin
Pemeriksaan
laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk
membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible,
walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil
laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,
hormone tiroid, kadar asam folat.
2.
Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi
pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3.
Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah
normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus
dan kompleks periodik.
4.
Pemeriksaan
cairan otak
Fungsi
lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan
meningeal pada CT scan.
5.
Pemeriksaan
genetika
Apolipoprotein
E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3 allel
yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE
yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia
Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif
APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6.
Pemeriksaan
neuropsikologis
Pemeriksaan
neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari /
fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang
sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya
syarat pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Mampu menyaring
secara cepat suatu populasi
b.
Mampu mengukur progresifitas penyakit yang
telah diindentifikaskan demensia.
7.
Sebagai suatu
esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling
banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori ringan.
PEMERIKSAAN
STATUS MENTAL MINI (MMSE)
No
|
Tes
|
Nilai
|
|
ORIENTASI
|
|
1.
|
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?
|
5
|
2.
|
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai kamar)
|
5
|
|
REGISTRASI
|
|
3.
|
Sebutkan 3 buah nama benda (apel,
meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
|
3
|
|
ATENSI DAN KAKULASI
|
|
4.
|
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf
yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai
|
5
|
|
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
|
|
5.
|
Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas
|
3
|
|
BAHASA
|
|
6.
|
Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)
|
2
|
7.
|
Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
|
1
|
8.
|
Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
|
3
|
9.
|
Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda”
|
1
|
10.
|
Pasien disuruh menulis dengan spontan
|
1
|
11.
|
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
|
1
|
|
TOTAL
|
30
|
Skor
Nilai 24 – 30
= Normal
Nilai
17 – 23
= Sedang
Nilai 0 –
15 =
Berat
I.
EVIDEN BASED
Pada tahun 2008, Yuda Turana,
Adre Mayza, dan Jofizal Jannis telah melakukan penelitian tentang demensia,
mereka dari Pusat Penelitian Kesehatan Atma Jaya, Tim Pokja
P3IK DepKes RI. Demensia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan
daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan
bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku. Pengobatan yang dianjurkan untuk
penderita demensia ini terdiri dari terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis. Salah satu bentuk terapi non farmakologis yang dianjurkan yaitu
latihan kognitif berupa senam otak. Telah dilakukan penelitian tentang
"Pengaruh Latihan Kognitif Terhadap Perubahan Skor Fungsi Kognitif Pada
Lansia Dengan Demensia Ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar".
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh latihan kognitif
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut usia yang menderita demensia
ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Sedangkan tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk melihat fungsi kognitif sebelum dan sesudah diberi
latihan kognitif pada kelompok eksperimen, melihat fungsi kognitif pada
kelompok kontrol yang tidak diberi latihan kognitif dan melihat pengaruh
latihan kognitif berupa senam otak pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Penelitian
ini dilakukan selama 2 bulan dan menggunakan penelitian Quasi- eksperimen
(pretest-posttest) dengan sampel penelitian sebanyak 12 orang. 6 orang sebagai
kelompok eksperimen dan 6 orang sebagai kelompok kontrol. Pengukuran fungsi
kognitif dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination).
Analisa statistik yang digunakan yaitu Wilcoxon, t-test dan Mann-Whiteney test.
Test Wilcoxon untuk melihat apakah latihan kognitif berpengaruh terhadap
peningkatan fungsi kognitif pada kelompok eksperimen (pS0,05). Pada kelompok
kontrol tidak ada peningkatan fungsi kognitif tetapi terjadi penurunan fungsi
kognitif secara bermakna (p<0,05). Test Mann Whiteney digunakan untuk
melihat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan fungsi kognitif pada
lansia dengan demensia ringan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
latihan kognitif berupa senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada
lansia dengan demensia ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.
J.
PENCENGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA
Hal yang dapat kita
lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga
ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya
zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang
berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk
berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan
yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan,
berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobby.
5. Mengurangi stress
dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
( Silvia, 2006).
K.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
Menurut Maryam, (2012):
1.
Pengkajian
a) Identitas
Indentias
klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Keluhan
utama
Keluhan
utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c) Pemeriksaan
fisik
Kesadaran
yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia,
febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
d) Psikososial
1) Genogram.
2) Konsep diri.
a. Ganbaran
diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.
b. Identitas,
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
c. Peran,
transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan
peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas
perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.
d. Ideal diri,
keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
e. Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan
sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
3). Hubungan sosial
Berbagai
faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan
orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu
untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien
cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya
sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan
kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4). Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. Tetapi tidak
atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
5). Status mental
a.
Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk
merawat dirinya sendiri.
b.
Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c.
Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat
dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif,
manerisme, otomatis, steriotipi.
d.
Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e.
Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien
berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami
perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek
yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn
memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan
eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena
datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul,
datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f.
Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif,
kontak mata kurang.
g.
Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman
emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada panca
indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan.
Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
6). Proses berpikin
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak
sesuai dengan penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif
yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran
autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik
dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitif,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik
(memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan
pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
7). Tingkat kesadaran
Kesadaran
yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang
8). Memori
a.
Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat
mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan.
b.
Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat
mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c.
Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat
kejadian yang baru saja terjadi.
9). Tingkat konsentrasi
Klien tidak
mampu berkonsentrasi
10). Kemampuan penilaian
Gangguan
berat dalam penilaian atau keputusan.
11). Kebutuhan klien sehari-hari
a.
Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah,
berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan
sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari.
b.
Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau
makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c.
Eliminasi
Klien
mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya,
karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
d.
Mekanisme koping
Apabila
klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari
atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan
seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai
kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
2.
DIANGNOSA KEPERAWATAN
Menurut
Arif Muttaqi, ( 2008 ) :
a. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
b. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
c. Resiko
cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
|
PERENCANAAN
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
1
|
Devisit
perawatan diri yang berhubungan dengan perubahan proses pikir
|
Tujuan :
Dalam
waktu 3x 24 jam terdapat perilaku
peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri
Kriteria
hasil:
Klien
dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan
mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu
|
Mandiri:
1.
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam
melakukan ADL.
2.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan
bantu bila perlu.
3.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
4.
Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti
tempatkan makanan dan peralatan di diket klien agar mampu sendiri
mengambilnya
5.
Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan
meningkatkan aktifitas
Kalaborasi:
1.
Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
2.
Konsul ke dokter terapi okupas
|
1.
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan penemuan
kebutuhan individual.
2.
Klien dalam keadaan cemas dan hal ini dilakukan
untuk. mencengah frustasi dan harga diri.
3.
Modifikasi lingkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
4.
Ketidak mampuan berkomunikasi dengan perawat dapat
menimbukan masalah pengosongan kandung kemih karena masalah neurogenik
5.
Meningkatkan latihan dan menolong mencengah
konstipasi.
1.
Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau
defekasi.
2.
Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi
kebutuhan khusus.
|
2
|
Perubahan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak
adekuat
|
Tujuan:
Dalam
waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
hasil:
Mengerti
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan
sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
|
Mandiri:
1.
Evaluasi kemampuan makan klien.
2.
Observasi/ timbang berat badan jika memungkinkan.
3.
Monitor pemakain alat bantu.
4.
Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi
suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, dan
muntah
Kolaborasi
1.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang
diindikasikan, seperti: serum, kreatine, glukosa
|
1.
Klien mengalami kesulitan dalm mempertahankan
berat badan mereka, mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami
kesulitan mengunyah dan menelan.
2.
Tanda kehilangan berat badan (7-10 %) dan
kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan
glikogen dalam otot.
3.
Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan
tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang di
tetapkan untuk makan, alat-alat khusus yag membantu makan.
4.
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting
untuk memsukkan makanan.
Kolaborasi
1.
Memberi informasi yang tepat tentang keadaan
nutrisi yang dibutuhkan klien
|
3
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat
|
Dalam
waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, Mengerti tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
|
Kolaborasi
:
1. Kaji pengetahuan keluarga/ klien
mengenai kebutuhan makanan.
2. Usahakan/ beri bantuan dalam
memilih menu.
3. Beri Privasi saat kebiasaan makan
menjadi masalah.
4. Beri makanan kecil sesuai
kebutuhan.
5. Hindari makanan yang terlalu
panas.
Kolaborasi :
1. konsultasikan dengan ahli gizi.
|
1. Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan pendidikan.
2. Klien tidak mampu menentukan
pilihan kebutuhan nutrisi.
3. Ketidakmampuan menerima dan
hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya
penyakit.
4. Makan makanan kecil meningkatkan masukan
yang sesuai.
5. makanan yang panas mengakibatkan
mulut terbakar atau menolak untuk makan.
1. Meningkatkan status nutrisi
|
(Arif muttaqin, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS PEMICU
DEMENSIA
Tn. B usia 79 tahun,
tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu, keluarga minitipkan
Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-masing. Tn. B
dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami
gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit
keperawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn. B
sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian,
dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Sebelumnya klien
pernah dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita
demensia yang merupakan bagian normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan
bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit.
Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit
kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan
tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan
klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering
makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status
nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari
dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga
klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak
menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot
klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan)
dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl, leukosit : 12000 mm3,
trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE
: Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
I.
Pengkajian
Nama Panti : Wredha budi luhur
Ruang/ Kamar :
Melati
Tanggal Masuk :
18 januari 2013
Tanggal Pengkajian : 19 januari 2013
A. Identitas Klien
Nama Lansia :
Tn. B
Umur :
79 tahun
Jenis kelamin :
Laki- laki
Status merital : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Bahasa yang digunakan : Daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat asal : Thehok Jambi
B. Alasan masuk PSTW
Keluarga
klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluaga sibuk dengan urusan
masing-masing.
Keluhan utama saat
pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami
gangguan memori dan orientasi.
C. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat
kesehatan saat ini
Keluarga klien
mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi, dan Tn. B juga
sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian,
dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian
di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit, N : 75
x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap
dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu
makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien
sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat,
dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan
status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000
cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun
sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien
tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati
2.
Riwayat
kesehatan masa lalu
Keluarnga
klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien tidak
pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan,
dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat-
obatan.
3.
Riwayat
kesehatan keluarga
Susunan anggota keluarga
Genogram : ( 3 generasi)
:
Pasien
: tinggal
serumah
:
Laki-laki
:perempuan
: meninggal
Keluarga klien mengatakan bahwa
anggota keluarga klen tidak pernah menderita penyakit yang sama separti klien dan juga tidak pernah
menderita penyakit penyakit lainnya.
D.
Kebiasaan
sehari-hari
1. Nutrisi
cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun,
jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien yang masuk kurang satu
porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung
karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc / hari dengan air
mineral.
2. Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24
jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume urine 400cc, warna kuning,
bau urine khas.
3. Aktivitas
– latihan
Klien makan, mandi,
berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/
perawat.
4. Tidur
– istirahat
Klien tampak ada tidur
siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam.
E.
Data
psikologi
Klien
ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak sering
tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena faktor
usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena
konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan
nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit
melakukan aktifitas dan devisit keperawatan diri. Memori klien pendek karena
klien sering kali lupa jalan pulang bila sedang berpergian, sulit untuk mandi,
berpakaian, dan toileting.
Bahas klien kurang jelas dan bahasa yang digunakan klien kurang
dipahami oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek
dikernakan klien Tidak dapat
mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering
lupa jalan saat perpergian, sulit bandi,
berpakaian, dan toileting.
F.
Data
sosial
Hubungan
klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni
lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang
dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan
orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.
G.
Data
spritual
klien
menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.
H.
Pemeriksaan
fisik
1. Keadaan
sakit
klien tampak sakit berat
karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak
mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan
bantuan orang.
2. Tanda-
tanda vital
Kesadaran klien
komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah 140/80 mmhg,
nadi 75 x / menit, suhu 37oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola
pernapasan klien tampak teratur.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris,
warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor dan
bau.
4. Mata/
penglihatan
Ketajaman penglihatan
klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna gelap, reaksi
terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya,
konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur
apabila tidak menggunakan kacamata.
5. Hidung/penciuman
Bentuk simetris,
struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang baik.
6. Telinga/
pendengaran
Warna kulit luar telinga
bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga berkurang
elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat,
simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik, gigi kurang bersih,
ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan.
Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara
kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8. Leher
Saat diraba tidak
terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan sub
mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.
9. Dada/pernapasan
I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat,
klien tidak ada batuk dan tidak menggunakan
alat bantu pernapasan
P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus
seimbang kiri dan kanan
P : perkusi dada resonan
A : suara napas vesiculer
10. Kardiovaskuler
I : bentuk jantung simetris.
P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus
kordis teraba.
P : Perkusi terdapat bunyi pekak
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada
bunyi tambahan), biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1
lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1
detik / kurang.
11. Abdomen
I :
Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A :
Bising usus normal ( 10 x /menit )
P :
Tidak teraba masa.
P :
Perkusi terdengar : Tympani
12. Muskulo
skeletal
Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan
klien lambat.
4444 4444
4444 4444
Ket :
dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
13. Keadaan
neurologi
Penciuman pada klien terganggu N.1
(olfaktorius), penglihatan klien terganggu N. II
(optikus), refleks menelan klien
terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII (hipoglosus)
sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).
14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur
keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku klien tampak kotor.
15. Catatan
khusus
Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan
klien dengan keluarga kurang baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya
perawat.
I.
Informasi
penunjang
Nama pasien : Tn.B
Diagnosa medik : Demensia
Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013
1.
laboratorium
a)
Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)
b)
Leukosit : 11000 mm3 (4000 -
11000 / 5000 – 10000 mm3)
c)
Trombosit : 340.000/ mm3
(150.000 – 450.000/mm3)
2. Pemeriksaan
Status Mental Mini Exam (MMSE)
Nomor
Identifikasi :
Nama
Responden : Tn. B
Pendidikan
: Wiraswasta
Umur
: 79 Tahun
Tanggal : 18 januari 2013
No
|
Tes
|
Nilai
Normal
|
Hasil pemeriksaan
|
|
ORIENTASI
|
|
|
1.
|
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari
apa?
|
5
|
1
|
2.
|
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah
sakit, lantai kamar)
|
5
|
1
|
|
REGISTRASI
|
|
|
3.
|
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap
nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
|
3
|
1
|
|
ATENSI DAN KAKULASI
|
|
|
4.
|
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang
benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU”
(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2
nilai
|
5
|
2
|
|
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
|
|
|
5.
|
Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas
|
3
|
1
|
|
BAHASA
|
|
|
6.
|
Pasien di suruh menyebut nama benda yang di
tunjukkan (pensil, buku)
|
2
|
1
|
7.
|
Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”,
“tanpa”, “bila”
|
1
|
1
|
8.
|
Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
|
3
|
1
|
9.
|
Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata
anda”
|
1
|
1
|
10.
|
Pasien disuruh menulis dengan spontan
|
1
|
1
|
11.
|
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
|
1
|
0
|
|
TOTAL
|
30
|
11
|
Ket
: Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
3. Obat
–obatan
a. Donezepil
: 5 mg 3x/hari
b. Anti
depresi : citalopram 3x 10-20 mg
c. Galantamine
: 3x 3-5 mg
d. Diet
makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
4. Terapi
simtomatik
a. Latihan
kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir
b. Terapi
rekreasional dan aktifitas
A. ANALISA
DATA
Nama pasien :
Tn. B
Umur : 79 tahun
NO
|
DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1.
|
DS:
-
Petugas panti mengatakan klien sering tersinggung
dan mudah marah
-
Perawat mengatakan klien sering lupa jalan pulang
bila berpergian
DO:
-
Klien tampak mengalami gangguan memori dan
orientasi
-
Klien tampak bingung
-
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)
|
perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
|
Perubahan proses pikir
|
2.
|
DS:
-
Petugas panti mengatakan klien sulit mandi,
berpakaian dan toileting
DO:
-
Kuku klien tampak kotor
-
Badan klien Bau
-
Penampilan kurang menarik
-
Kulit kepala kotor dan bau
-
Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
|
Menurunya
kemampuan merawat diri
|
defisit
perawatan diri
|
3.
|
DS
:
-
Petugas panti mengatakan nafsu makan klien menurun
DO :
-
Gigi klien tidak lengkap
-
Klien tampak hanya menghabiskan setengah porsi
makannya
-
Hb : 9 gr/dl
|
Asupan
tidak adekuat
|
Perubahan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
|
4.
|
DS
:
-
Petugas panti mengatakan kekuatan otot klien
menurun sehingga klien berjalan dengan lambat
DO
:
-
klien tampak sering mengalami kaku sendi
-
klien tampak menggunkan tongkat
-
klien tampak berjalan dengan hati- hati
-
kekuatan otot klien
4444 4444
4444
4444
|
kesulitan
keseimbangan dalam beraktifitas
|
Risiko
cidera
|
B. INTERVENSI
Nama pasien : Tn.
B
Umur :
79 tahun
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
& KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Perubahan
proses pikir b.d perubahan
fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) d.d
DS:
-
Perawat mengatakan klien sering lupa jalan pulang
bila berpergian
DO:
-
Klien tmapak mengalami gangguan memori dan
orientasi
-
Klien tampak bingung
-
Pemeriksaan MMSE: 3 (berat)
|
Tujuan :
Setelah
diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien mampu mengenali
perubahan dalam berpikir dengan
KH:
- Mampu memperlihatkan kemampuan
kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi
& pikiran tentang dirinya
- Mampu mengembangkan strategi untuk
mengatasi anggapan diri yang negative.
|
Mandiri
1. Kembangkan lingkungan yg mendukung
& hubungan klien-perawat yg terapeutik.
2. Pertahankan lingkungan yg
menyenangkan dan tenang.
3. Tatap wajah ketika berbicara
dengan klien.
4. Panggil klien dengan namanya.
5. Gunakan suara yang agak rendah dan
berbicara dengan perlahan pada klien.
6. Gunakan kata-kata pendek, kalimat,
dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
7. Ciptakan aktivitas sederhana,
bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
8. Evaluasi pola tidur.
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi
|
1. Mengurangi kecemasan dan
emosional.
2. Kebisingan merupakan sensori
berlebihan yg meningkatkan gangguan neuron.
3. Menimbulkan perhatian, terutama
pada klien dg gangguan perceptual.
4. Nama adalah bentuk identitas diri
& menimbulkan pengenalan terhadap realita & klien.
5. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
tinggi & keras menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi & respon
marah.
6. Seiring perkembangan penyakit,
pusat komunikasi dlm otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien
dlm respons penerimaan pesan & percakapan secara keseluruhan.
7. memotivasi klien dlm cara yang
menguatkan kegunaannya & kesenangan diri serta merangsang realita.
8. Kurang tidur dpt mengganggu proses
piker & kemampuan koping klien.
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi rasa defresi pada
klien.
|
2.
|
Defisit
perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat diri d.d
DS:
-
Perawat mengatakan klien sulit mandi, berpakaian
dan toileting
DO:
-
Kuku klien tampak kotor
-
Badan klien Bau
-
Penampilan kurang menarik
-
Kulit kepala kotor dan bau
-
Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan
KH :
-
Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg
tingkat kemampuan.
|
Mandiri :
1. Identifikasi kesulitan dalam
berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/
depresi.
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan
diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit,
bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
3. Perhatikan adanya tanda-tanda
nonverbal yg fisiologis.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan
tugas.
5. Bantu mengenakan pakaian yang rapi
dan indah.
|
1. Memahami penyebab yg mempengaruhi
intervensi. Masalah dpt diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan
konsultasi dari ahli lain.
2. Seiring perkembangan penyakit,
kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3. Kehilangan sensori dan penurunan
fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg
cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yg tadinya mudah
sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik & perubahan kognitif.
5. Meningkatkan kepercayaan untuk
hidup.
|
3.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan tidak adekuat d.d
DS
:
-
Perawat mengatakan nafsu makan klien menurun
DO :
-
Gigi klien tidak lengkap
-
Fungsi mengunyah kurang baik
-
Klien hanya menghabiskan setengah porsi
-
Hb : 9 gr/dl
|
Tujuan:
Dalam
waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
hasil:
- Mengerti tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
|
Mandiri
1. Kaji pengetahuan keluarga/ klien
mengenai kebutuhan makanan.
2. Usahakan/ beri bantuan dalam
memilih menu.
3. Beri Privasi saat kebiasaan makan
menjadi masalah.
4. Beri makanan kecil sesuai
kebutuhan.
5. Hindari makanan yang terlalu
panas.
Kolaborasi :
1. konsultasikan dengan ahli gizi
|
1. Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan pendidikan.
2. Klien tidak mampu menentukan
pilihan kebutuhan nutrisi.
3. Ketidakmampuan menerima dan
hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya
penyakit.
4. Makan makanan kecil meningkatkan
masukan yang sesuai.
5. makanan yang panas mengakibatkan
mulut terbakar atau menolak untuk makan.
1. Meningkatkan status nutrisi
|
4.
|
Resiko
cidera b.d kesulitan
keseimbangan d.d
Ds :
- Perawat
mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lamba.
Do
:
-
klien tampak sering mengalami kaku sendi
-
klien tampak menggunkan tongkat
-
klien
tampak berjalan dengan hati- hati
kekuatan otot klien 3
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x 24 jam diharapkan
Risiko cedera tidak terjadi dengan
KH :
- Meningkatkan tingkat aktivitas.
- Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi
risiko trauma/ cedera.
|
Mandiri
1. Kaji derajat gangguan kemampuan,
tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga
mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.
3. Alihkan perhatian saat perilaku
teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
4. Kaji efek samping obat, tanda
keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan,
gangguan gastrointestinal).
|
1. Mengidentifikasi risiko di
lingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya. Klien dengan
tingkah laku impulsi berisiko trauma karena kurang mampu mengendalikan
perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh.
2. Klien dengan gangguan kognitif,
gangguan persepsi adalah awal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab
terhadap kebutuhan keamanan dasar.
3. Mempertahankan keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya trauma.
4. Klien yang tidak dapat melaporkan
tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran
dosis/ penggantian obat diperlukan untuk mengurangi gangguan.
|
C. IMPLEMENTASI & EVALUASI
Nama pasien :
Tn. B
Umur :
79 tahun
Hari 1
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal/
jam
|
Catatan Keperawatan
|
Tanggal/ jam
|
Perkembangan
(Evaluasi)
|
Ket
|
DX
I
|
19 / 01 / 2013
|
1. Mengembangkan lingkungan yg mendukung &
hubungan klien perawat yg terapeutik.
Hasil :
klien masih mudah tersinggung
2. Mempertahankan lingkungan yg
menyenangkan dan tenang.
Hasil : klien tampak nyaman
3. Menatap wajah ketika berbicara
dengan klien.
Hasil :
klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4. Memanggil klien dengan namanya.
Hasil :
klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5. Menggunakan suara yang agak rendah
dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Hasil :
klien tampak mudah dalam berkomunikasi
6. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat,
dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
Hasil : klien tampak mengerti
7. Menciptakan aktivitas sederhana,
bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau beraktivitas secara
sedehana
8. Mengevaluasi pola tidur.
Hasil : klien tampak tidur dengan baik
9. Kolaborasi dengan obat sesuai
indikasi
Hasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.
|
19 / 01 / 2013
|
S
:
-
Klien mengatakan senang jika di panggil dengan
namanya
-
Klien mengatakan memahami pembicaraan menggunakan kata-kata pendek
O
:
-
Klien tmapak mengalami gangguan memori dan
orientasi
-
Klien tampak bingung
-
Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi 1, 3, 6, 7, 8, 9 dilanjutkan
|
|
DX
II
|
19 / 01 / 2013
|
1. Mengidentifikasi kesulitan dalam
berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/
depresi,
Hasil :
klien tidak mampu
melakukan secara mandiri
2. Mengidentifikasi kebutuhan
kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit,
bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
Hasil : klien
belum mampu melakukan secara mandiri
3. Memperhatikan adanya tanda-tanda
nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan bahasa yang
verbal
4. Memberi banyak waktu untuk
melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang cukup untuku
melakukan tugas
5. Membantu mengenakan pakaian yang
rapi dan indah.
Hasil : klien tidak mau mengenakan pakaian yang rapi
|
19 / 01 / 2013
|
S
: Klien mengatakan tidak mampu
malakukan perawatan diri secara mandiri
O
:
-
Kuku klien tampak kotor
-
Badan klien Bau
-
Penampilan kurang menarik
-
Kulit kepala kotor dan bau
-
Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
A
:
masalah teratasi sebagian
P
: intervensi
1, 2 , 4, 5, di lanjutkan
|
|
DX III
DX IV
|
19 / 01 / 2013
19/01/ 2013
|
1. Mengkaji pengetahuan keluarga/
klien mengenai kebutuhan makanan.
Hasil :
klien belum mengetahui makanan dapat meningkatkan status nutrisinya
2. Mengusahakan/ beri bantuan dalam
memilih menu.
Hasil :
klien belum bisa memilih makanan yang disukai
3. Memberi Privasi saat kebiasaan
makan menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4. Memberi makanan kecil sesuai
kebutuhan.
Hasil :
klien tampak belum mau untuk menerima makanan kecil
Kolaborasi
:
1. konsultasikan dengan ahli gizi.
Hasil : pemenuhan nutrisi klien belum maksimal,
dengan diet makanan lunak yang rendah kalori serta gizi yang baik
1. Mengkaji derajat gangguan
kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
Hasil : klien
tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
2. Menghilangkan sumber bahaya
lingkungan.
Hasil
: klien tampak mengunakan tongkat
3. Mengalihkan perhatian saat
perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil :
menghindari terjadinya cedera
4. Mengkaji efek samping obat, tanda
keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan,
gangguan gastrointestinal).
Hasil :
untuk tindakan intervensi selanjutnya
|
19 / 01 / 2013
19/ 01/ 2013
|
S
:
-
Klien mengatakan belum bisa mamilih makanan yang
di sukainya
O :
-
klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi
makanan
-
hb : 9 gr/dl
A
: masalah belum teratasi
P
: intervensi 1, 2, 3, 4 ,5, di
lanjutkan
S
: klien mengatakan ia menggunakan
tongkat untuk berjalan
O
:
-
klien tampak mengalami kaku sendi
-
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-
klien tampak berjalan dengan hati- hati
-
kekuatan otot klien
4444 4444
4444 4444
A
: Masalah
belum teratasi
P
: intervensi
1, 2, 3, 4, 5, 6 di lanjutkan
|
|
Hari ke 2
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal/
jam
|
Catatan Keperawatan
|
Tanggal/ jam
|
Perkembangan
(Evaluasi)
|
Ket
|
DX
I
|
20 / 01 / 2013
|
1. Mengembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg
terapeutik.
Hasil :
klien masih mudah tersinggung
2. Mempertahankan
lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
Hasil :
klien tampak nyaman
3. Menatap
wajah ketika berbicara dengan klien.
Hasil :
klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4. Memanggil
klien dengan namanya.
Hasil :
klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5. Menggunakan
suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Hasil :
klien tampak mudah dalam berkomuikasi
6. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan
instruksi sederhana(tahap demi tahap).
Hasil :
klien tampak mengerti
5. Menciptakan aktivitas sederhana,
bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
6. Hasil: klien tampak belum mau
beraktivitas secara sederhana
7. Kolaborasi dengan obat sesuai
indikasi
Hasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.
|
20 / 01 / 2013
|
S
:
-
Klien mengatakan senang jika di panggil dengan
namanya
-
Klien mengatakan mudah memahami pembicaraan dengan
kata-kata pendek
O
:
-
Klien tmapak mengalami gangguan memori dan
orientasi
-
Klien tampak bingung
-
Pemeriksaan MMSE:11 (berat)
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi 1, 3, 4, 5, 6, 7, dilanjutkan
|
|
DX
II
DX
III
|
20 / 01 / 2013
20 / 01 / 2013
|
1. Mengidentifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti:
keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
Hasil :
klien tidak mampu
melakukan secara mandiri
2. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan
sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, &
gosok gigi.
Hasil : klien
belum mampu melakukan secara mandiri
3. Memperhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg
fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan bahasa yang
verbal
4. Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang cukup untuku
melakukan tugas
5. Membantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Hasil :
klien mau mengenakan pakaian yang rapi
1. Mengkaji
pengetahuan keluarga/ klien mengenai
kebutuhan makanan.
Hasil : klien belum mengetahui makanan yang dapat
meningkatkan status nutrisinya
2. Mengusahakan/
beri bantuan dalam memilih menu.
Hasil : klien mulai mau memilih makanan yang disukai
3. Memberi
Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4. Memberi
makanan kecil sesuai kebutuhan.
Hasil : klien sudah mulai mau untuk menerima makanan kecil
Kolaborasi
:
1. konsultasikan
dengan ahli gizi.
Hasil : kebutuhan nutrisi klien mulai terpenuhi
dengan diet makanan lunak yang rendah kalori serta gizi baik
|
20 / 01 / 2013
|
S : klien mengatakan tidak mampu untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri
O :
-
Kuku klien tampak bersih
-
Bau badan mulai berkurang
-
Penampilan klien sudah rapi
-
Kulit kepala agak bersih
-
Bau mulut klien mulai berkurang dan Tampak masih adanya caries
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5, di
lanjutkan
S
:
-
Klien mengatakan belum bisa memilih makanan yang
di sukainya
O :
-
klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi
makanan
-
hb : 9 gr/dl
A
: masalah teratasi sebagian
P
: intervensi 1, 2, 3, 4 , dan
kolaborasi, di lanjutkan
|
|
DX
IV
|
20/ 01 / 2013
|
1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku
impulsive dan penurunan persepsi visual.
Hasil :
klien tampak mengalami
gangguan memori dan orientasi
2. Menghilangkan sumber bahaya
lingkungan.
Hasil : klien
masih tampak menggunakan tongkat
3. Mengalihkan perhatian saat
perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil : menghindari terjadinya cedera
4. Mengkaji efek samping obat, tanda
keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan,
gangguan gastrointestinal).
Hasil :
untuk tindakan intervensi selanjutnya
|
20 / 01 / 2013
|
S
: klien mengatakan ia menggunakan
tongkat untuk berjalan
O
:
-
klien tampak mengalami kaku sendi
-
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-
klien tampak berjalan dengan hati- hati
-
kekuatan otot klien
4444 4444
4444 4444
A
: Masalah
belum teratasi
P
: intervensi
1, 2, 3, 4, di lanjutkan
|
|
Hari ke 3
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal/ jam
|
Catatan
Keperawatan
|
Tanggal/ jam
|
Perkembangan
(Evaluasi)
|
Ket
|
DX I
|
21
/ 01/ 2013
|
1. Mengembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg
terapeutik.
Hasil :
klien masih mudah tersinggung
2. Mempertahankan lingkungan yg
menyenangkan dan tenang.
Hasil :
klien tampak nyaman
3. Menatap wajah ketika
berbicara dengan klien.
Hasil :
klien tidak mau menatap wajah perawat jika berbicara
4. Memanggil klien dengan namanya.
Hasil :
klien tampak senang jika di panggil dengan namanya
5. Menggunakan suara yang agak rendah
dan berbicara dengan perlahan pada klien.
Hasil :
klien tampak mudah dalam berkomuikasi
6. Menggunakan kata-kata pendek,
kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi tahap).
Hasil :
klien tampak mengerti
7. Menciptakan aktivitas sederhana,
bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
Hasil:
klien tampak belum mau beraktivitas secara sederhana
8. Kolaborasi dengan obat sesuai
indikasi
Hasil :
donezepil, citalopram, dan galantamine.
|
21
/ 01 / 2013
|
S :
-
Klien mengatakan senang jika di panggil dengan
namanya
-
Klien mengatakan mudah memahami pembicaraan menggunakan kata-kata pendek
O :
-
Klien tmapak mengalami gangguan memori dan
orientasi
-
Klien tampak bingung
-
Pemeriksaan MMSE:11 (berat)
A
: masalah
teratasi sebagian
P
: intervensi
1, 3, 4, 6, 7, 8 dilanjutkan kakak
perawat
|
|
DX II
DX III
|
21
/ 01 / 2013
21
/01
/
2013
|
1. Mengidentifikasi kesulitan
dalam berpakaian/ perawatan diri,
seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
Hasil :
klien tidak mampu
melakukan
secara mandiri
2. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan
sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, &
gosok gigi.
Hasil
: klien belum mampu melakukan
secara mandiri
3. Memperhatikan adanya tanda-tanda
nonverbal yg fisiologis.
Hasil :
klien masih mampu menggunkan bahasa yang verbal
4. Memberi banyak waktu untuk
melakukan tugas.
Hasil :
klien membutuhkan waktu yang cukup untuku melakukan tugas
1. Mengkaji pengetahuan
keluarga/ klien mengenai kebutuhan
makanan.
Hasil : klien belum mengetahui makanan yang dapat
meningkatkan status nutrisinya
2. Mengusahakan/ beri bantuan dalam memilih
menu.
Hasil :
klien mau memilih makanan yang disukai
3. Memberi Privasi saat kebiasaan makan menjadi
masalah.
Hasil :
klien belum merasa nyaman
4. Memberi makanan kecil sesuai kebutuhan.
Hasil :
klien sudah mulai mau untuk menerima
makanan kecil
Kolaborasi :
1. konsultasikan dengan ahli gizi.
Hasil :
kebutuhan nutrisi klien mulai terpenuhi,
|
21/
01 / 2013
21/01
2013
|
S : klien mengatakan tidak mampu malakukan
perawatn diri secara mandiri
O :
-
Kuku klien tidak kotor lagi
-
Bau badan mulai berkurang
-
Penampilan klien sudah rapi
-
Kulit kepala sudah agak bersih
-
Bau mulut klien mulai berkurang dan Tampak masih adanya caries
A : Masalah
teratasi sebagian
P
:
intervensi 1, 2, 4, di lanjutkan oleh
kakak perawat
S :
-
Klien mengatakan belum bisa memilih makanan yang
di sukainya
O :
-
klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi
makanan
-
hb : 9 gr/dl
A :
masalah
teratasi sebagian
P : intervensi 1,3, 4 ,5, di lanjutkan
oleh kakak ruangan
|
|
DX IV
|
21/01/
2013
|
1. Mengkaji derajat gangguan
kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
Hasil :
klien tampak mengalami
gangguan memori dan orientasi
2. Menghilangkan sumber bahaya
lingkungan.
Hasil
: klien masih tampak menggunakan
tongkat
3. Mengalihkan perhatian saat
perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.
Hasil :
menghindari terjadinya cedera
4. Mengkaji efek samping obat, tanda
keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan,
gangguan gastrointestinal).
Hasil :
untuk tindakan intervensi selanjutnya
|
21
/ 01 / 2013
|
S : klien mengatakan ia menggunakan tongkat
untuk berjalan
O :
-
klien tampak mengalami kaku sendi
-
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
-
klien tampak berjalan dengan hati- hati
-
kekuatan otot klien
4444 4444
4444 4444
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi 1, 2, 3, 4, di
lanjutkan oleh kakak perawat
|
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Status
kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis.
Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi dats
dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi askep fisik, psikis, sosial dan
spiritual dengan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
Saat
pengkajian didapatkan bahwa Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan
memori dan orientasi. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang
berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering
tersinggung dan mudah marah.
Salah
satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan
tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin
memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan
intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal
lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku.
Diagnosa keperawatan secara kasus
demensia antara lain :
a. Perubahan
proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ( degenerasi neuron
irevesibel )
b. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
d. Resiko
cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
Intervensi yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan pasien adalah
a.
Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan
diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi dan kebutuhan
kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut
/kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
b.
Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
c.
Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan
klien perawat yg terapeutik.
d.
Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
e.
Tatap wajah ketika berbicara dengan klien dan Panggil
klien dengan namanya.
f.
Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan
perlahan pada klien.
g.
Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi
sederhana (tahap demi tahap).
h.
Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak
bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien.
i.
Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku
impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko
terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
j.
Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya,
memenjat pagar tempat tidur.
k.
Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal).
l.
Usahakan atau beri bantuan dalam memilih menu
m.
Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.
n.
Hindari makanan yang terlalu pana
Perawat harus
mengevaluasi secara terus-menerus, respon klien dan keluarga terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Secara cermat lansia mempunyai kemampuan yang
maksimal dalam melaksanakan dan dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari
secara optimal. Perbaiki lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan
yang tidak diinginkan. Dan bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan
orang dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian
dan hal yang pernah terjadi.
B.
Saran
1. Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Luhur
Semoga Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan dan di percaya oleh masyarakat dalam
meningkatkan status kesehatan.
2. Institusi
Diharapkan
kepada lembaga institusi kesehatan khususnya STIKES Harapan Ibu Jambi dapat
memberikan bimbingan secara terus menerus kepada para Mahasiswa yang melakukan
penulisan ilmiah/karya tulis mengenai demensia, sehingga para mahasiswa dapat
lebih terarah/terfokus dalam mencapai sasaran penulisan yang di inginkan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang telah didapatkan secara teoritis yang telah
disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai penyakit demensia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan .
Jakarta : Salemba Medika
Aru, Sudoyo W.
2009 . Ilmu Penyakit
Dalam . Jakarta : Internal Publisting
Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep
penelitian demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Neurologi. Jakarta :
Selemba medika
Mary, Town
Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan
Psikiatrik . Jakarta : EGC
Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . E& .
Jakarta : EGC
Syaifuddin . 2011 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan . E& . 2 .
Jakarta : Salemba Medika
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info
Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar