BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Anatomi
fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan
pembungkus tubuh dan pelindung organ didalamnya.
Gambar.2.1.
Anatomi kulit
Menurut Syaifudin
tahun 2009, Luas permukaannya pada orang dewasa 1,5-1,75 m². Berat 15% dari total
berat badan. Tebal tidak sama, bervariasi antara 5-6mm, pada telapak tangan dan
kaki, 0,5mm pada kulit penis. Secara mikroskipik kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1.
Epidermis
Lapisan
epidermis terdiri atas :
a.
Stratum
korneum, selnya sudah mati,tidak mempunyai inti sel dan menggandung sel
keratin.
b.
Stratum
lusidum, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah
banyak kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan
tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dalam lapisan terdapat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah
tidak begitu terlihat.
c.
Stratum
granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis
yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang
disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karna
banyaknya butir-butir stratum granulosum.
d.
Stratum
spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan
dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosus
karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut
akantosum karena selselnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah
hubungan antara sel yang lain yang disebut jembatan interseluler.
e.
Stratum basal/germinatikum, disebut stratum
basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum germinatikum
menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya
silindris(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir
halus disebut butir melanin warna. Sel-el tersebut disusun seperti pagar di
bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis.
2. Dermis
Dermis merupakan
lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis
dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas
hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Lapisan dermis
terbagi 2, yaitu:
a.
Stratum Papilaris
Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Stratum retikularis Yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri
atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (metrik) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam
hialuronat dan kondoitin sulfal, dibagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut
kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisil. Kolagen
muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang,
berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Subkutis
Lapisan Subkutis adalah
lanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak
kepinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok
yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
sel-sel lemak disebut panikulus adifosa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung paa lokasinya.
Diabdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat
sedikit. Lapisan ini juga merupakan bantalan.
Faskularisasi dikulit diatur
oleh 2 fleksus, yaitu, fleksus yang terletak dibagian atas dermis (fleksus
superficial) dan yang terletak disubkutis (fleksus profunda). Fleksus yang
didermis bagian atas mengadakan anastomosis dipapil dermis, fleksus yang
disubkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, dibagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening.
Subkutis terdiri dari
kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan
serabut-serabut jarinan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
inti terdesak ke pingir, sehinga membentuk seperti cincin.
Menurut price (2006) Kelenjar – Kelenjar pada Kulit terdiri dari:
a.
Kelenjar
sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak kedalam ruang antara
folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus, lentur dan lunak
b. Kelenjar
apokrin
Terdapat
di aksil, anus, skrotum, labia mayora dan bermuara pada folikel rambut.
Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh
bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.
c. Kelenjar
ekrin
Kelenjar ini terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebagai reaksi peningkatan suhu lingkunagn dan suhu tubuh.
Kecepatan eksresi keringat dikendalikan oleh saraf simpatik.
Kulit
dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan hidup.
Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit
pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Selain fungsi utama yang
menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras,
indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu
dengan yang lain.
Fungsi
utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
Faal
kulit, yaitu :
a. fungsi
proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan
alkalikuat lainnya;gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan
sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun
jamur.Hal diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya dilapisan
kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut
berperan dalam melindungi kulit terhadap
pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning.
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan
keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekresi keringat dan sebum,
keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan
perlindungi kimiawi terhadap infeksi bakteri/ jamur. Proses keratinisasi juga
berperan sebagai sawar (barier)
mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
- fungsi absorsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap dan mudah di serap, begitupun larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, cO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit di pengaruhi oleh tebal tipisnya kulit hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis pehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara sluran kelenjar ; tetepi lebih banyak yang melaui sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar
- fungsi eksresi, kelenjar kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amoniak. Kelenjar emak pada fetus atau pengaruh hormon androgen dari ibunya memperoduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir di jumpai sebagai fernix caseosa. Sebum yang di peroduksi kulit karena lapisan sebum ini selain memiyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.
- fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis. Trehadap rangsangan panas diperankan oleh badab-badab rufini di dermis dan subkutis terhadap dingin di perankan oleh badan-badan karuse yang terketak di dermis.badan taktil meyssner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan marcel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan oleh badan paccini di epidermis. Syaraf-syaraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
- fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus faskular di pengaruhi oleh saraf simpatis (asetil kolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstrapasasi cairan, karna itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
- fungsi pembentukan pigmen sel pembentuk pigmen (melatosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi syaraf. Perbandingan jumlah sel basal: 10:1. jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya. Butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, di sebut juga sebagai clear cell. Melsnosom di bentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim terosinase, ion Cu dan O2. pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen di sebar ke dalam epidermis melalui tangan-tangan denrit sedangkan lapisan kulit bawah di bawa oleh sel melanofak (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan keorein.
- fungsi keratuinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit di mulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain aka berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosun makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum makin lama inti menghilang dan ceratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus dan sampai sekarang belum sepenuhnya di mengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintisis dan degranasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologi.
- fungsi pembentukan Vitamin D, di mungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut sehingga pemberian vitamin D sistemik masih dapat di perlukan.
B.
Luka
Bakar
1.
Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk traumatis dengan
luka yang unik dan dapat menimbulkan jaringan mati (eskar) yang menetap pada
lokasi dalam jangka waktu lama (hetharia, 2009).
Luka
bakar merupakan kasus trauma yang memerlukan penanganan serius karena
permasalahan yang terjadi sangat kompleks seperti : masalah gangguan
pernapasan, gangguang sirkulasi, gangguan keseimbangan cairan elektrolit,
gangguan metabolism protein, karbohidrat, lemak gangguan keseimbangan asam basa
dan gangguan sistem tubuh lainnya (krisanty, 2009).
2.
Etiologi
Menurut
Arif Mutaqin tahun 2011, penyebab luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis
meliputi :
1. Panas
basah ( luka bakar ) yang disebabkan oleh air panas ( misalnya : teko atau
minuman).
2. Luka
bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3. Luka
bakar akibat api unggun, alat pemanggang dan api yang disebabkan oleh merokok
ditempat tidur.
4. Benda
panas ( misalnya radiator).
5. Radiasi
(misalnya : terbakar sinar matahari).
6. Luka
bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak
jelas adanya kerusakan kuli, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar.
Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini
harus mendapatkan pemantauan jantung minimal selama 24 jam setelah cedera.
7. Luka
bakar akibat zat kimia disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering
menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus
diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8. Cedera
inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan dan luka bakar pada kepala
dan leher atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.
3.
Patofisiologi
Luka
bakar disebabkan oleh pengalihan energi suatu sumber panas kepada tubuh. Panas
dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Dekstruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ
visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang
lama dengan agens penyebab ( burring agent ). Nekrosis dan kegagalan organ
dapat terjadi.
Dalam
lukanya bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamaya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas
pada orang dewasa, kontak dalam 1 detik dengan air panas dari shower dengan suhu 68,9oC
dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga
terjadi cedera derajat-tiga (fuul-thickness
injury). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C
mengakibatkan cedera fuul-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C
dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan
luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar, kemudian
perawatanya dilakukan melalui tiga fase luka bakar yaitu : fase
darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitas (Smeltzer,2002)
4.
Derajat
Luka Bakar
Menurut Hethria tahun 2009, derajat luka bakar
terdiri dari 3 derajat :
1.
Derajat I
Mengenai
epidermis ( bagian atas dari kiri )
Tanda
: hyperemia, rasa nyeri yang hebat.
2.
Derajat II
Luka
bakar mengenai koreum
a). Dangkal, kerusakan jaringan lapisan dermis
yang dangkal
tanda : bulla ( lepuh ) penumpukan cairan
intertisial
penyembuhan : 2 minggu tanpa jaringan
parut ( bila tidak infeksi ).
b). Dalam, kerusakan jaringan lapisan dermis yang
dalam
tanda : lepuh ( bulla ) pucat
dan agak kering
penyembuhan : penyembuhan agak lama
1) jaringan
granulasi ( skin graft )
2) jaringan
parut
3) hypertrophic
scar
3. Derajat
III subkutis :
Kerusakan mengenai
seluruh ketebalan kulit ( subkutis : jaringan sampai dengan otot, pembuluh
darah dan syaraf sampai dengan jaringan tulang ).
Tanda-tanda :
1). Terdapat jaringan
nekrosis ( jaringan mati )
2). Kulit kering
3). Kehitaman dan
hangus
4). Anastesia
5). Tidak ada blester/bulla
6). Sembuh dalam waktu
lama
5.
Manifestasi
klinis
Menurut Williams Tahun 2008, Manifestasi klinis yang
mungkin muncul dari luka bakar yaitu:
1.
Lepuh
2.
Mulut hangus, bibir
terbakar, luka bakar di kepala, leher atau wajah, bunyi menciut, perubahan suara,
sulit bernapas dan batuk, bulu hidung atau alis terbakar atau mukus berwarna
karbon.
3.
Edema
4.
Nyeri
5.
Kulit terkelupas atau
berwarna merah
6.
Tanda syok
7.
Kulit berwarna putih
atau hangus.
6.
Efidemiologi
Di
Amerika serikat kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan
dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi berhubungan dengan luka bakar.
Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih separuh
dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat
dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran
dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan
undang-udang tentang pengamanan kebakaran (smeltzer,2002)
7.
Penentuan
Luas Luka Bakar
Menurut Hetharia tahun
2009, adapun cara penentuan luas luka
bakar :
a.
Untuk menentukan luas
luka bakar dapat dipergunakan rumus Sembilan (rule of nine) atau rumus Wallace.
1. Kepala
dan leher
9 %
2. Lengan
dan tangan
18 %
3. Badan
belakang
18 %
4. Badan
depan
18 %
5. Tungkai
( masing-masing 18% ) 36 %
b.
Untuk luka bakar yang
tidak luas dipakai patokan yaitu :
1. Kepela
dan leher 9 %
2. Lengan
kiri
9 %
3. Lengan
kanan
9 %
4. Perut
bokong dan punggung 9 x 2
5. Badan
dan punggung
9 x 2
6. Tungkai
atas kiri
9 %
7. Tungkai
atas kanan
9 %
8. Tungkai
bawah kanan
9 %
9. Tungkai
bawah kiri
9 %
10.
Perineum 1
8.
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Williams tahun
2008, Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada luka bakar itu sendiri
adalah:
1. Urinalisasi
bisa memperlihatkan mioglobinuria dan hemoglobinuria.
2. Kadar
gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia.
3. Bronkoskopi
serat-optik bisa memperlihatkan cedera inhalasi.
4. Karboksinemoglobin
meningkat saat terjadi inhalasi asap.
5. Jumlah
darah lengkap menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
6. Kadar
nitrogen urea darah dan kreatinin bisa naik.
9.
Klasifikasi
Menurut Nugroho tahun
2010 klasifikasi luka bakar ditentukan dengan cara menentukan derajat luka
bakar terlebih dahulu seperti :
1. Luka
bakar krisis
Derajat
II lebih dari 20 % BSA, Anak
Derajat
II lebih dari 25 % BSA, Dewasa
Derajat
III lebih dari 10 % BSA
2. Luka
bakar mayor ( sedang/berat )
Derajat
II 10-20 % BSA, Anak
Derajat
II 15-25 % BSA, Dewasa
Derajat
III 2-10 % BSA
Tanda
: kulit melepuh, bengkak, terkelupas, sangat kesakitan.
3. Luka
bakar ( ringan )
Derajat
II kurang dari 10 % BSA, Anak
Derajat
II kurang dari 15 % BSA, Dewasa
Derajat
III kurang dari 2% BSA
Tanda
: kulit warna putih lilin/hitam dan hangus, tidak terasa sakit.
10. Penatalaksanaan
Menurut Hetharia tahun
2009, penatalaksanaan luka bakar yaitu :
1. Tindakan
di Tempat Kejadian
a. Mematikan
api bila pakaian ikut terbakar ( korban mengguling tubuh kelantai / drop and roll ) api dipadamkan nyalanya
dengan selimut pemadami atau jas.Bila sumber luka bakar akibat arus listrik
maka sumber listrik harus dipadamkan.
b. Mendinginkan
luka pada lokasi luka bakar dan baju yang menempel pada lokasi luka bakar
dibasahi air yang dingin/sejuk, fungsinya menghambat proses perjalanan luka.
c. Catatan
: lokasi luka bakar tidak boleh dikompres menggunakan air es karena akan
memperberat kerusakan jaringan dan menimbulkan hiportermi.
d. Melepaskan
pakaian, perhiasan untuk penilaian dan mencegah kontriksi.
e. Segera
menutup luka bakar dengan kain kasa steril, tujuannya untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan mencegah rasa nyeri.
f. Apabila
luka bakar diakibatkan oleh bahan kimia lakukan irigasi/ segera dibilas dengan
air.
2. Periode
awal pasca luka bakar
Ancaman
sistemik merupakan ancaman bagi pasien
a. Airway
( saluran pernapasan ), berikan posisi agar jalan napas bebas.
b. Breathing
( pernapasan ), berikan oksigen yang dilembabkan, pemberian dapa dengan cara
nasal kanul masker oksigen, bila terjadi edema salur napas dilakukan pemasangan
endotrakhea dan berikan ventilasi manual.
c. Segeralah
menilai sirkulasi darah :
1). Denyut nadi,
tekanan darah dimonitor
2).
Takikardi ( frekuensi jantung cepat ) hipotensi ringan bila pasien tidak
ditangani dengan segera dan benar.
d.
pencegahan syok
pemberian infuse cairan
elektrolit sangat diperlukan untuk pencegahan syok.Posisi pasien
hiperekstensikan agar tidak terjadi aspirasi.
3. Penatalaksanaan
medis diruang gawat darurat
a.
Perioritas utama adalah
ABC ( airway, breating, cirkulasi ).
b.
Kolabori untuk
pemberian cairan dengan kateter infuse berdiameter 16 atau 18 dipasang pada
daerah yang tidak terbakar.
c.
Pasangan CPV dan
dilakukan observasi.
d.
Pasangan dower chateter untuk pemantauan haluaran urun dan faal
ginjal.
4. Penatalaksanaan
syok
Kebutuhan
yang sangat dibutuhkan pasien luka bakar setelah tindakan pada sistem
pernapasan adalah pemberian cairan dan elektrolit untuk mengganti cairan yang
hilang serta mengatasi syok ireversibel.
Contoh
penggantian cairan :
Bila
pasien dengan berat badan 60 kg dengan luas luka 40 %.
a.
Rumus konsensum : 2-4
ml/kg/% luas luka bakar.
b.
Cara hitung 2x60x40/ %
: 4800 ml/ 24 jam.
c.
Rencana pemberian
infuse : 8 jam pertama adalah 2400 ml atau 300 ml/ jam, 16 jam berikut adalah
2400 ml atau 150 ml/ jam.
11. Komplikasi
Menurut Nugroho tahun
2010 dan Smeltzer tahun 2002, komplikasi yang mungkin muncul pada luka bakar
berupa :
1. Renjanan/
syok ( gagalnya system peredaran darah )
2. Infeksi
bakteri
3. Gagal
napas yang akut, jika pasien memiliki saluran napas yang paten dan respirasi
yang spontan akibat cedera inhalasi bisa mengakibatkan edema yang membuat
gangguan pada saluran pernapasan.
4. Syok
sirkulasi, kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitas
cairan yang tidak adekuat.
5. Gagal
ginjal akut, haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukan resusitas cairan
yang tidak adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
6. Ulkus
curling, pasien luka bakar yang berat cenderung untuk mengalami ulkus pada
lambung serta duodenum karena hipersekresi asam lambung dan erosi mukosa
lambung yang menimbulkan sebagai respons terhadap stress luka bakar.
7. Ileus
paralitik, dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode
awal pasca luka bakar.
8. Sindrom
kompartemen, status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti,
khususnya jika luka bakar tersebut
melingkar ( sirkumferensial ).
C.
Rencana
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian
Menurut Doegoes Tahun 1999 pada luka bakar yaitu :
a.
Aktivitas/Istirahat
Tanda :
penurunan kekuatan, tahanan.
Keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit.
Gangguan massa otot, perubahan tonus.
b.
Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok)
(dengan cidera penurunan nadi perifer distal pada
eksremitas yang cidera;
Luka bakar vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih
Lebih dari dan dingin (syok listrik)
20% APPT): Distrimia (syok listrik)
Pembentukan edema jaringan (semua luka
bakar)
c.
Integritas Ego
Gejala : Masalah tentang keluarga,
pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : Ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.
Eliminasi
Tanda
: Haluaran urine
menurun/tak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan
Kerusakan otot
dalam.
Dieresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
e.
Makanan/Cairan
Tanda : edema jaringan umum.
Anoreksia, mual/muntah.
f.
Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek,
perilaku.
Penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada
cedera eksremitas.
Aktivitas kejang (syok listrik)
Paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf)
g.
Nyeri/Kenyaman
Gejala : berbagai nyeri, contoh luka
bakar derajat pertama secara eksrem sensitive untuk disentuh ditekan, gerakan
udara, dan perubahan suhu;luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
ujung syaraf;luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.
Pernafasan
Gejala
: terkurung dalam ruang
tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi)
Tanda
: serak, batuk mngi,
partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral, dan
sianosis, indikasi cidera inhalasi.
i.
Keamanan
Tanda : kulit: Umum: destruksi
jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan prosesd
thrombus mikrovaskuler pada beberapa luka
Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembap, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
j.
Penyuluh/Pembelajaran
Pertimbangan : memerlukan bantuan untuk pengobatan,
perawatan luka/bahan,
Rencangan aktivitas perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, konsul pemulangan : kejuruan,
perubahan susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal .
2.
Menurut Doegoes tahun
1999, diagnosa yang muncul pada luka bakar yaitu :
a. Bersihan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.
b. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan pemasukan
kehilangan perdarahan.
c. Nyeri
(akut) berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan.
d. Resiko
tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan
permukaan kulit karena dektrusi lapiasan kulit.
e. Resiko
tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar seputar eksremitas
dengan edema.
f. Kerusakan
intergritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit karena
distruksi lapisan kulit.
3.
Rencana Asuhan
keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan/kh
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Bersihan jalan
nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan bunyi napas jelas.
Kh :
-menunjukan
bunyi napas
-frekuensi
pernapasan dalam rentang normal
-bebas
dispnea/sianosis.
|
1. ambil riwayat cedea. Perhatikan adanya
kondisi pernapasan sebelumnya.
2. Awasi frekuensi, irama, kedalam pernapasan, perhatikan adanya pucat.
3. Auskultasi
paru, penurunan bunyi napas.
4. Tinggikan
kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal diawah kepala, sesuai
indikasi.
Kolaborasi :
5. berikan
pelembab O2 melalui cara yang tepat.
|
1. penyebab,
lama terpajan, terjadi dalam ruang tertutup atau terbuka mengindikasikan
cedera inhalasi.
2. Takipnea,
penggunaan otot bantu, sianosis.
3. Obstruksi
jalan napas/distress pernapasan dapt trjadi sangat cepat atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah terbakar.
4. Meninggikan
ekspansi paru optimal/fungsi pernapasan bila kepala/leher terbakar, antal
dapat menghambat pernapasan.
5. Oksigen
memperbaiki hipoksemia/asidosis.
|
2.
|
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan pemasukan
kehilangan perdarahan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan
keseimbangan cairan.
Kh :
-
Membrane mukosa lembab
-
Tanda vital stabil
-
Menunjukan perbaikan keseimbangan
cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu adekuat.
|
1. Awasi
tanda vital, cvp. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
2. Perkirakan
drainase luka dan kehilangan yang tak tampak.
3. Pertahankan
pencatatan kumulatif jumlah dan tife pemasukan cairan.
4. Kolaborasi
:
Berikan
penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
|
1. Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
2. Peningkatan
permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi.
3. Penggantian
massif/cepat dengan tipe cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan pemberian
memerlukan tabulasi ketat untuk mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan
cairan.
4. Resustitasi
cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit.
|
3.
|
Nyeri
(akut) berhubungan dengan kerusakan
kulit/jaringan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien melaporkan nyeri berkurang.
Kh :
-melaporkan
nyeri berkurang
-ekpresi wajah
rileks
-Istirahat
klien tepat waktu
|
1. tinggikan ektremitas luka bakar secara periodik.
2. ubah posisi dengan serimg dan rentang
gerak pasif dan aktif sesuai indikasi.
3. kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10)
5. tingkatkan
periode tidur tanpa gangguan.
6. Kolaborasi
:
Berikan
anlgesik ( nakrotik dan non-narkotik ) sesuai indikasi.
|
1.
untuk menurunkan ketidak nyamanan serta resiko kontraktur sendi.
2. menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan
otot tetapi tipe latihan tergatung pada lokasi dan luas cedera.
3. nyeri hamper selalu ada pada beberapa
derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat
selama pergantian balutan.
5. Kekurangan
tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri.
6. Untuk
menghilangkan rasa nyeri.
|
4.
|
Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan
kulit karena dektrusi lapiasan kulit.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan regenerasi
jaringan.
|
1.
Kaji/ catat, warna, kedalam luka, perhatikan
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
2.
Berikan perawatan luka bakar yang
tepat dan tindakan control infeksi.
3.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila indikasi.
4.
Kolaborasi :
Siapkan
/bantu prosedur bedah/balutan biologi.
|
1. Menberikan
informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada area graft.
2. Menyiapkan
jaringan untuk penanaman dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan graf.
3. Dapat
mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
4. Graf
kulit diambil dari kulit orangitu sendiri digunakan untuk penutupan sementara
pada luka bakar luas .
|
Sumber
: Doengoes, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar