BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup
pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan
kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat.
Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan,
pencegahan penyakit , penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
serta pemeliharaan kesehatan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sebagai setiap orang agar
terwujud derajat yang optimal bagi masyarakat di selenggarakan upaya kesehatan mencegah
penyakit (preventif) penyembuhan (kuratif), dan pemeliharaan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
bersinambungan. penyelenggaraan upaya kesehatan upaya kesehatan yang yang
dimaksud meliputi kegiatan perbaikan gizi, kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit tidak menular sebagian (Potter & Perry, 2005).
Kanker kulit merupakan bentuk penyakit kanker yang
paling sering ditemukan di Amerika serikat. Jika angka insidensinya tetap
berlanjut seperti sekarang, di perkirakan seperdelapan penduduk amerika yang
berkulit cerah akan menderita kanker kulit, khususnya karsinoma sel basal.
Karena kulit mudah diinspeksi, kanker kulit akan tampak serta terdeteksi dengan
mudah dan merupakan tipe kanker yang pengobatanya paling berhasil. WHO
memperkirakan sebanyak 60.000 orang di dunia setiap tahunnya meninggal akibat
keganasan kulit, sebanyak 48.000 akibat melanoma, dan 12.000 orang lainya
akibat kanker kulit lainyas (Smeltzer dan Bare, 2002).
Basalioma
atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang
paling sering ditemui. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang lapisan basal. Penyebab pasti dari basalioma belum
diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau
penyinaran ultraviolet lainnya. Tanda
dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah presileksinya terutama pada
wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher (Price & Wilson, 2006).
Pertama sekali yang melaporkan Karsinoma Sel Basal
ini adalah Jacob pada tahun 1827 yang merupakan suatu sel invasi dan metastase
yang lambat serta jarang menimbulkan kematian. Karsinoma sel basal ini lebih
sering dijumpai pada orang berkulit putih dari pada orang yang kulit berwarna
hitam da``n pengaruh sinar
matahari sangat berperan dalam perkembangan karsinoma sel basal. Pria lebih
banyak dari pada wanita dan umumnya di atas 40 tahun. Lebih dari 80% berlokasi
di kepala dan leher, 30% di hidung. Menurut penelitian yang telah dilakukan peringkat
kanker kulit diindonesia adalah karsinoma sel basal 36,67 %, Karsinoma Sel
Skuamosa 11,4 %, Melanoma Maligna 0,59 %, tumor ganas adneksa kulit dan tumor
ganas kuli lainya 8,5 % (Donna Partogi, 2008).
Karsinoma sel
basal apabila tidak ditangani dengan segera maka akan mengakibatkan beberapa
komplikasi seperti Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat
kosmetik dan citra tubuh,
kehilangan
fungsi pada ekstremitas,
perlukaan
dan perubahan warna kulit,
proses
hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial kematian
terakhir.
Peran
perawat pada kasus ini adalah mengkaji kesehatan pasien / keluarganya dan
menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan, Mengidentifikasi
tindakan keperawatan yang mungkin
dilakukan untuk memelihara atau memperbaiki kesehatan klien, Membantu pasien
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, Mendorong untuk berperilaku secara wajar
dan perawat mampu membantu proses kesembuhan diri pasien, memberikan motivasi
dan menjaga pasien. Selain
itu, karena
banyak kanker kulit yang diangkat dengan tindakan eksisi. Biasanya pasien dirawat
di unit bedah rawat jalan. Peranan perawat adalah mengajarkan aktivitas
perawatan mandiri pasca bedah kepada pasien.
Dari pembahasan
diatas maka kelompok tertarik untuk membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pada
Tn. U dengan Basalioma di Ruang Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah tentang Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. U dengan Basalioma.
- Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Secara
umum makalah ini memiliki tujuan jangka panjang yang ditujukan kepada mahasiswa
dan akademik agar lebih mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada Tn.U
dengan Basalioma.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu memahami konsep teoritis asuhan keperawatan mengenai Basalioma.
b. Mahasiswa
mampu memahami pengkajian pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
c.
Mahasiswa mampu memahami analisa data pada klien
Tn.U
dengan penyakit Basalioma.
d.
Mahasiswa mampu memahami intervensi pada
klien Tn.U
dengan penyakit Basalioma.
e.
Mahasiswa mampu memahami implementasi
pada klien Tn.U
dengan penyakit Basalioma.
f. Mahasiswa
mampu memahami evaluasi pada klien Tn.U dengan penyakit Basalioma.
D.
Manfaat Penulisan
1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa
mendapatkan pemahaman tentang konsep dan asuhan keperawatan Penyakit Basalioma
2. Bagi
Akademik
Sebagai
tambahan informasi dan bahan pustaka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi
(STIKES HI) mengenai
asuhan keperawatan Basalioma.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
1. Anatomi Sistem Integumen
Menurut
Price dan Wilson (2006), kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang
membungkus otot-otot dan organ dalam tubuh.
Gambar.2.1.
Anatomi kulit
Menurut
(Syaifuddin,2006), secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu
lapisan epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Berikut akan di uraikan mengenai
masing-masing lapisan :
a.
Lapisan epidermis
Bagian
ini merupakan lapisan yang terluar dari kulit dan terdiri dari lima lapisan
(lima stratum) yaitu : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale.
1)
Stratum korneum (lapisan tanduk),
terletak paling luar dan terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2)
Stratum lusidum, terdapat dibawah
lapisan korneum, selnya pipih, sudah banyak yang kehilangan inti dan
butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
3)
Stratum granulosum (lapisan
keratohidin), merupakan dua atau lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kakr dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir ini terdiri atas
keratohialin dimana sel mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Lapisan
ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
4)
Stratum spinosum (stratum malphigi)
disebut juga pickle cell layel. Merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm dan terdiri dari s-8 lapisan. Jika dilihat di bawah mikroskop
sel-selnya berbentuk polygonal / banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina).
5)
Stratum basale, terdiri atas sel-sel
berbentuk kubus (kolumnas) yang tersusun vertical pada perbatasan derma
epidermal, berbaris seperti pagar. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis
paling bawah.
b.
Lapisan dermis
Merupakan
lapisan di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi
ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Di dalam dermis terdapat ujung akhir
saraf sensoris dan kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit
dengan jumlah banyak.
Dermis terdiri
dari dua lapisan bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian
bawah, retikularis (stratum retikularis). Batasan antara pars papilaris dan
pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris
serabut-serabut: serabut kolagen, serabut elastis, dan selabut retikulus.
c.
Lapisan subkutis
Subkutis terdiri
dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan
serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat
dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidaksama (berlainan).
2. Fisiologi Sistem Integumen
Menurut
Syaifudin (2006), Kulit sebagai organ paling luar dari tubuh manusia selain
mempunyai fungsi utama untuk menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti
lain yaitu estetika, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal
antara satu dengan yang lain.
Fungsi
utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
a.
Fungsi proteksi
Dalam fungsi ini
kulit melindungi tubuh dari gangguan luar baik berupa fisik maupun mekanik
seperti gesekan, tarikan dan tekanan. Proteksi Terhadap gangguan kimia seperti
zat-zat kimia iritan : asam/asa kuat, lisol, karbol, dan gangguan dari panas
seperti radiasi dan sinar ultraviolet. Selain itu juga proteksi terhadap
gangguan dari mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, dan virus.
b.
Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat
tidak mudah menyerap air, laruran dan benda padat, tetapi larutan yang mudah
menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap lebih
cepat diserap begitu juga zat yang larut di dalam lemak. Permeabilitas kulit
terhadap CO2, O2 dan H2O
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya dipengaruhi tebal tipisnya kulit, jenis hidrasi dan kelelmbaban.
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya dipengaruhi tebal tipisnya kulit, jenis hidrasi dan kelelmbaban.
c.
Fungsi pengatur suhu (termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah dikulit.
d.
Fungsi eksresi
Kulit
mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna seperti Nacl, Ured,
Asam urat, dan amonid. Sebum yang diproduksi meminyaki kulit dan menahan
evaporasi (penguapan air), sehingga kulit tidak menjadi kering. Dengan
diproduksinya lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada pH kulit 5 – 6,8.
e.
Fungsi persepsi
Adapun
ujung-ujung saraf pada dermis dan subkutis memungkinkan kulit menjadi indera
persepsi panas, dingin, rabaan, dan tekanan.
f.
Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk
pigmen disebut melanosit yang terdapat distratum basale. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosom) menentukan warna kulit ras dan
individu.
g.
Fungsi keratinisasi
Keratiniasi
merupakan perubahan keratonis menjadi sel tanduk. Proses kreatinisasi ini
berlangsung terus menrus sepanjang kehidupan. Lamanya proses ini berlangsung 14
– 21 hari yang memberikan perlindungan terhadap infeksi secara mekanik
fisiologis.
h.
Fungsi pengubahan pro vitamin D
Dengan bantuan
sinar matahari (ultra violet) kulit dapat mengubah dan dihidruksi kolesterol
(pro vitamin D) menjadi vitamin D.
B.
BASALIOMA
1.
DEFENISI
BASALIOMA
Kanker sel basal
tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau folikel rambut. Penyakit kanker
ini merupakan tipe kanker kulit yang paling sering ditemui. Umumnya basalioma
timbul didaerah tubuh yang terpajan sinar matahari dan lebih prevalen pada
kawasan tempat populasi penduduk yang mengalami pajanan sinar matahari yang
berlebihan. (Smeltzer. 2002)
Menurut
Handayani yang dikutip dalam Donna (2009), Karsinoma Sel Basal adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih
mirip sel germinatif folikel rambut dibandingkan dengan lapisan sel basal
epidermis. KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri atas komponen stroma
interdependen (jaringan fibrosa) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari
primordial pluropotensial dilapisan sel basal, dan dapat juga dari selubung
akar luar folikel rambut atau kelenjar sebasea atau adneksa kulit lain.
Gambar
2.2 karsinoma Sel Basal
Gambar
2.3 Lesi Pada Basalioma
2.
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma sel
basal merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Sekkitar 500.000
kasus baru terdiagnosis di Amerika Serikat setiap tahunnya. Insiden basalioma
berbanding lurus dengan usia pasien dan berbanding terbalik dengan jumlah
pigmen melanin pada epidermis. Ada juga korelasi langsung antara keadaan ini
dengan lama total pajanan terhadap sinar matahari seumur hidup pasien. Sekitar
80% dari kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka, yang biasanya terpapar
sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. (Price & Willson.2006)
Karsinoma Sel Basal ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih
daripada orang yang kulit berwarna, dan pengaruh sinar matahari sangat berperan
dalam perkembangan Karsinoma Sel Basal. Pria lebih banyak daripada wanita dan
umumnya di atas 40 tahun. Karsinoma sel basal dapat juga
dijumpai pada anak-anak dan remaja walaupun jarang (Donna.2009)
3.
ETIOLOGI
Penyebab
pasti dari basalioma belum diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu
terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Paling sering
muncul pada usia rata-rata 60 tahun. (Smeltzer.2002)
Menurut Muttaqin
(2012) faktor resiko terjadinya basalioma adalah:
a.
Sinar
matahari (280-320nm)
masih merupakan faktor yang paling menonjol sebagai penyebab karsinoma sel
basal. Sprektum
ini terutama bertanggung jawab dalam membakar dan membuat kulit menjadi
cokelat. Pada daerah-daerah
terpapar lebih banyak ditemukan kasus keganansan ini.
b.
Ras/herediter.
Pada kulit berwarna ditemukan lebih banyak pada daerah tertutup daripada
terbuka. Orang kulit putih lebih banyak daripada orang kulit berwarna.
c.
Arsen
inorganik yang terdapat dalam alam (air sumur), maupun yang dipakai sebagai
obat. Keganasan umumnya timbul di bagian badan.
d.
Radiasi
(sinar-X atau gamma)
e.
Faktorhidrokarbon
(tar, minyak mineral,parafin likuidum dll)
f.
Sikatriks,
keloid, ulkus kronik, fistula (osteomielitis).
4. PATOFISIOLOGI
Basalioma
merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Karsinoma sel basal dari epidermis dan adneksa struktur
(folikel rambut, kelenjar ekstrin). Terjadinya didahului dengan regenerasi dari
kolagen yang sering dijumpai pada orang yang sedikit pigmentnya dan sering
mendapat paparan sinar matahari, sehingga nutrisi pada epidermis terganggu dan
merupakan prediksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi sebagai
energi yang dapat menyerap energi yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam
bentuk panas. Jika energi masih terlalu besar dapat merusak sel dan mematikan
sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker. (Putra.2008)
Spektrum sinar
matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang gelombangnya,
bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan membuat
kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal
harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar
karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari. (Price & Willson. 2006)
Aspek terpenting
dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini terdiri dari sel tumor epithelial
berasal dari sel primitive selubung akar rambut sementara komponen stroma
menyerupai lapisan papilaris dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast dan
subtansia dasar yang sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans
(GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak bisa berkembang
tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan ini sifatnya sangat unik,
hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa basalioma sangat jarang bermetastase
dan mengapa pertumbuhan basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit
terjadi. Hal ini dikarenakan bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan
stroma didalamnya memasuki system
limfatik ataupun system vascular (Manuaba, 2010 ).
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala
yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama pada wajah
(pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun
jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit
kepala.
Menurut Donna (2009), gambaran
klinik basalioma berdasarkan histopatologi terbagi menjadi beberapa bentuk :
1.
Nodulo eritematosa,
Merupakan jenis yang paling sering
di jumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Pada awalnya tampak papul
atau nodul kecil, berdiameter ± 2cm, transparan, halus dan seperti mutiara. Tepi
tumor seringkali meninggi dan memiliki pembukuh telangiektatik pada
permukaannya. Sering terdapat pada bagian tengah yang mengalami ulserasi dan
perdarahan. Tumor ini seringkali berdarah menginvasi dermis, dan merusak
jaringan normal.
2. Tipe Berpigmen
Gambaran
klinisnya sama dengan yang tipe nodulo –ulseratif. Bedanya, pada jenis ini
berwarna coklat atau hitam berbintik bintik atau homogen yang secara klinis
dapat menyerupai melanoma.
3. Tipe
morphea-like atau fibrosing
Merupakan
jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya berbentuk plakat yang berwarna
kekuningan dengan tepi yang tidak jelas, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada
permukaannya tampak beberapa folikel rambut yang mencekung sehingga memberikan
gambaran seperti sikatriks. Kadang-kadang tertutup krusta yang melekat erat.
Jarang mangalami ulserasi. Tepi ini cenderung invasif kearah dalam.Tepi ini
menyerupai penyakit morphea atau skleroderma
4.
Superficial
Lesi biasanya
multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan,
eritematosa sampai berpigmen terang berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi
berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang kawat.
5.
Fibroepitelioma
Paling sering
terjadi pada punggung bawah. Secara klinis lesi berupa papul kecil yang tidak
bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan warna
yang bervariasi.
Disamping itu, menurut Manuaba (2010)
terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan penting,
yaitu :
1.
Sindroma epitelioma sel basal nevoid
Dikenal pula sebagai sindrom Gorlin
Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi,
ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu:
a.
Basalioma multiple yang terjadi pada
usia muda.
b.
Cekungan-cekungan pada telapak kaki.
c.
Kelainan pada tulang, terutama pada
tulang rusuk.
d.
Kista pada tulang rahang.
e.
Kalsifikasi ektopik dari falks serebri
dan struktur lainnya.
2.
Nevus sel basal unilateral linier
Merupakan jenis yang sangat jarang
di jumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae,
distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasanya di jumpai sejak
lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.
3.
Sindroma bazex
Sindrom ini
pertama kali digambarkan oleh Bazex, diturunkan secara dominan dengan ciri khas
sebagai berikut:
a.
Atrofoderma folikuler, yang ditandai
oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada
ekstremitas
b.
Epitelioma sel basal kecil, multiple
pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat remaja atau dewasa awal.
6. STADIUM KLINIS
Menurut Putra (2008), Stadium Clarke I-V, kriteria
berdasarkan ketebalan tumor :
Stadium Clarke
|
Ketahanan 5 Tahun (%)
|
Ketebalan Tumor (mm)
|
I (Epidermis)
|
100
|
0,76
|
II (Dermis Papiler)
|
90-100
|
0,76 – 1,49
|
III (Dermis Papiler/Retikuler)
|
80-90
|
1,50 – 2,49
|
IV (Dermis Retikuler)
|
60-70
|
2,50 – 3,99
|
V (Lemak Subkutan)
|
15-30
|
4,00 –
7,99 > 8,00
|
7. Web Of Caution (WOC)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Putra (2008), pemeriksaan diagnostik
yang biasa dilakukan pada penderita basalioma adalah :
1.
Anamnesis, keluhan utama adalah
adanya benjolan atau borok di kulit terutama di daerah terbuka seperti muka,
lengan, dan kaki.
2.
Pemeriksaan fisik, lesi
terbanyak di daerah muka, tungkai, lengan, berupa nodul atau ulkus iduratif,
pinggir dan dasar ulkus teratur dan kotor.
3.
Evaluasi histologis,
4.
Biopsi, sebelum dilakukan
terapi selalu dilakukan biopsi untuk konfirmasi histopatologi sebelum terapi.
Tumor yang berukuran kecil dapat dilakukan biopsi eksisi, sedang ukuran besar
biasanya biopsi insisi.
9. KOMPLIKASI
Menurut Donna (2009) komplikasi yang dapat di
timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu:
1.
Akibat pembedahan dan terapi radiasi:
a.
Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
b.
Perubahan warna kulit.
c.
Timbulnya perubahan pada kulit dari
alat-alat kosmetik.
d.
Luka kulit yang kronis.
e.
Keterbatasan anggota badan jika
pengobatan luas.
2. Umum:
b.
Timbulnya perubahan pada kulit dari
alat-alat kosmetik dan citra tubuh.
c.
Kehilangan fungsi pada ekstremitas.
d.
Perlukaan dan perubahan warna kulit.
e.
Proses hasil metastase penyakit pada
paengobatan invasif dan potensial kematian terakhir.
10.
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan atau
menghancurkan secara total semua jaringan tumor. Metode terapinya bergantung
pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi dan kedalaman), keinginan kosmetika pasien,
riwayat terapi sebelumnya, apakah tumor tersebut bersifat invasif ataukah
tidak, dan ada tidaknya kelenjar limfe yang mengalami metastase (nodus metastatik).
(Smeltzer.2002),
Menurut Smeltzer (2002), berbagai
jenis penatalaksanaan untuk karsinoma sel basal itu antara lain :
1.
Eksisi
bedah
Tujuan utamanya
adalah untuk mengangkat keseluruhan tumor. Cara yang terbaik untuk
mempertahankan penampilan kosmetika adalah dengan menempatkan garis insisi di
sepanjang garis tegangan kulit yang normal dan garis anatomis tubuh yang alami.
Dengan cara ini, jaringan parut yang terbentuk tidak akan
mudah terlihat. Ukuran insisi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor, kendati
biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar 3:1.
Memadainya eksisi
dengan pembedahan dipastikan melalui evaluasi mikroskopik terhadap
potongan-potongan spesimen. Kalau tumornya berukuran besar, pembedahan
rekonstruksi dengan menggunakan skin flap atau graft kulit mungkin diperlukan.
Luka insisi ditutup lapis demi lapis untuk memperbesar efek kosmetika. Verban
tekan dipasang pada luka untuk menyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah
tindakan eksisi yang sederhana jika tindakan aseptik bedah yang benar tetap
dipertahankan selama dan sesudah operasi.
2.
Pembedahan
Mikrografik Moh
Pembedahan mikrografik merupakan metode pembedahan untuk
mengangkat lesi kulit yang malignan, metode ini paling akurat dan paling
menyelamatkan jaringan normal. Ketika teknik bedah ini dikenalkan untuk pertama
kalinya, tindakan eksisi dilakukan sesudah jaringan tumbor diolesi dengan pasta
seng klorida (bedah kimia atau chemosurgery). Sekarang ini, pembedahan
mikrografik dilaksanakan bedah kimia. Prosedur pembedahan tersebut mengharuskan
pengangkatan tumor lapis demi lapis. Lapisan pertama yang dieksisi mencakup
semua jaringan tumor yang terlihat jelas dan sedikit bagian tepi jaringan yang
tampak normal. Spesimen ini kemudian dibekudinginkan dan dianalisis dengan
sayatan untuk menentukan apakah semua jaringan tumor sudah diangkat. Jika
belum, lapisan jaringan berikutnya diangkat dan diperiksa sampai semua bagian
tepi kulit yang normal tidak mengandung tumor.
Dengan cara ini, hanya tumor dan bagian tepi jaringan
normal yang diangkat, dengan demikian, pembedahan mikrografik Moh merupakan
prosedur yang direkomendasikan untuk menyelamatkan jaringan normal. Angka
kesembuhan bagi karsinoma sel basal maupun sel skuamosa dengan pembedahan Moh
mendekati 99%, karena itu, metode ini merupakan terapi yang terpilih. Teknik
pembedahan ini juga paling efektif untuk tumor yang terjadi disekitar mata,
hidung, bibir bagian bawah dan daerah aurikuler serta periaurikuler.
3.
Bedah elektro
Bedah elektro merupakan teknik penghancuran atau
penghilangan jaringan dengan menggunakan energi listrik. Arus listrik
dikonversikan meenjadi panas yang kemudian dihantarkan ke jaringan dari
elekroda dingin. Bedah elektro dapat didahului oleh kuretase yang dilaksanakan
lewat eksisi tumor dengan mengerok permukaannya memakai alat kuret. Kemudian
dilakukan elektrodesikasi untuk mencapai hemostasis dan mengancuurkan setiap
sel malignan yang viabel pada dasar luka atau di sepanjang bagian tepinya.
Eletrodesikasi sangat berguna untuk lesi yang kecil (lebarnya kurang 1-2 cm
[0,4-0,8 inci]).
Metode ini memanfaatkan keuntungan bahwa tumor yang kecil
lebih lunak dibandingkan jaringan kulit di sekitarnya dengan demikian luasnya
dapat ditentukan secara garis besar dengan alat kuret yang dapat ”merasakan”
luas jaringan tumor. Tumor diangkat dan bagian dasarnya dikauter. Proses ini
diulang sampai tiga kali. Biasanya kesembuhan terjadi dalam waktu satu bulan.
4.
Bedah
beku
Bedah beku
menghancurkan tumor dengan cara deep
freezing. Alat jarum termokopel ditusukkan ke dalam kulit, dan kemudian
nitrogen cair diarahkan ke pusat tumor sampai suhu -400 C hingga -600
C pada dasar tumor. Notrogen cair memiliki keuntungan yaitu titik didihnya
paling rendah dari semua kriogen yang dicoba, harganya tidak mahal dan juga
harganya mudah diperoleh.
Jaringan tumor
dibekudinginkan, dibiarkan melunak dan kemudian dibekudinginkan kembali. Lokasi
yang menjalani bedah beku ini akan melunak secara alami serta kemudian
mengalami gelatinisasi dan sembuh spontan. Pembengkakan dan edema terjadi
setelah pembekuan. Penampakan lesi bervariasi. Kesembuhan normal yang dapat
memakan waktu 4 hingga 6 minggu terjadi lebih cepat di daerah-daerah dengan
suplai darah yang baik.
5.
Terapi
radiasi
Terapi radiasi
sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung dan daerah pada atau
di dekat struktur yang vital (misalnya, nervus fasialis). Terapi ini hanya
dikerjakan pada pasien yang berusia lanjut karena perubahan akibat sinar-x
dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian dan perunahan malignan pada
sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar-x setelah 15 hingga 30 tahun kemudian.
Kepada pasien harus
diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi merah dan melepuh. Salep kulit yang
netral (yang diresepkan oleh dokter) dapat dioleskan untuk mengurangi gangguan
rasa nyaman. Kepada pasien juga harus diingatkan agar kulitnya tidak terkena
sinar matahari.
11.
PENCEGAHAN
Menurut
Smeltzer (2002), untuk mencegah kekambuhan, hindari hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit basalioma, antara lain :
1.
Jangan mencoba berjemur untuk membuat
kulit menjadi cokelat kekuningan.
2.
Hindari pajanan sinar matahari dengan
menggunakan topi, kemeja lengan panjang, celana panjang atau rok
panjang.
3.
Gunakan tabir surya berkualitas tinggi,
minimal dengan SPF ( Solar Protection Factor)15, yang
menghambat sinar UV( Ultra Violet) A dan UV ( Ultra Violet) B.
4.
Oleskan tabir surya minimal setengah jam
sebelum bepergian dan oleskan sesering mungkin.
5.
Periksalah kulit secara teratur untuk
mengetahui adanya berbagai perubahan yang mengarah kepada keganasan
(pertumbuhan baru di kulit yang membentuk tukak, mudah berdarah, sukar sembuh,
berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri, meradang atau gatal).
12. EVIDENCE BASED
Pengobatan Kanker Kulit
dengan Sarang Semut
Gambar 2.4 sarang semut
Tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan. Tanaman epifit yang banyak tumbuh
di Papua diyakini mampu mengobati berbagai penyakit berat, seperti kanker,
hipertensi, diabetes, liver, asam urat, dan penyakit jantung. Kenyataan
tersebut menjelaskan secara empiris bahwa telah banyak penyakit yang dapat
disembuhkan denganobat herbal sarang semut. Apalagi setelah berbagai penelitian
ilmiah yang mampu membuktikan khasiat tanaman sarang semut. (Harun)
Beberapa penelitian telah
membuktikan khasiat sarang semut untuk pengobatan kanker, hal ini terungkap
setelah diteliti obat herbal sarang semut dapat digunakan sebagai obat
alternatif kemoterapi kanker payudara dengan efek samping yang minimal. Ide
penelitian dilakukan berawal dari melihat pengobatan kanker dengan cara
kemoterapi yang membuat banyak penderita penyakit kanker menghentikan terapi,
karena mengalami beberapa efek samping. Harapannya dengan menggunakan obat
herbal sarang semut, hasilnya dapat mengurangi efek samping penderita kanker.
(Harun)
Selain senyawa aktif di atas, di dalam Sarang Semut
juga ditemukan kandungan bermanfaat lainnya, seperti tokoferol, magnesium,
kalsium, besi, fosfor, natrium, dan seng. Namun, memang harus diakui bahwa
tidak semua mekanisme kerja kandungan senyawa aktif Sarang Semut dalam
mengobati berbagai penyakit dapat diketahui dengan pasti, karena untuk itu
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan berkesinambungan secara
ilmiah (Ahkam Subroto, 2009)
Tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang
masih akan ditemukannya senyawa-senyawa aktif lainnya dari Sarang Semut yang
belum terungkap sampai sekarang, dan dapat lebih menjelaskan ada apa di balik
semua khasiat luar biasa tersebut, yang telah membantu kesembuhan begitu banyak
orang dari berbagai penyakit biasa dan berat, yang kadang sulit atau tidak
dapat disembuhkan secara medis.
13.
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
1.
PENGKAJIAN
1)
Identitas
Kajian ini
meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan
yang terpapar sinar matahari misalnya petani, buruh bangunan dan lain-lain dan
tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung
jawab serta hubungannya dengan klien.
2)
Riwayat penyakit dahulu
Berupa penyakit
dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.
3)
Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan
masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor
yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
4)
Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota
keluarga yang menderita penyakit basalioma atau kanker.
5)
Riwayat pemakaian obat-obatan
dan kosmetik
Kajian ini
meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan pemakaian kosmetik yang
salah.
6)
Data biologis
a.
Pola nutrisi : klien mengalami
anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan.
b.
Pola minum : Masukan cairan klien
adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam.
c.
Pola eliminasi : Terjadi konstipasi dan
berkemih tergantung masukan cairan.
d.
Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat
tidur dalam posisi baring rata pasca operasi.
e.
Pola kebersihan : Penurunan kemampuan
melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi.
7)
Pola aktivitas : Keletihan melakukan
aktivitas sehari-hari.
8)
Data Psikologi
a)
Status emosi
b)
Klien dapat merasa terganggu dan malu
dengan kondisi yang dialaminya atau tidak.
c)
Gaya komunikasi : kesulitan berbicara
dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus.
d)
Pola interaksi : tidak ada sistem
pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang
lain, keluarga atau tidak.
e)
Pola koping : Klien marah, cemas,
menarik diri atau menyangkal.
9)
Data sosial
a)
Pendidikan dan pekerjaan : tingkat
pengetahuan tentang operasi minim.
b)
Hubungan social : kurang harmonisnya
hubunan sosial merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur.
c)
Gaya hidup : kebiasan merokok, minum
minuman berakohol, sering bergadang.
10) Data
spiritual
Keterbatasan
melakukan kegiatan spiritual.
(Doengoes.2000)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pre-operatif
menurut Wilkinson (2002) adalah :
1)
Nyeri berhubungan dengan lesi pada sel
basal.
2)
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan lesi pada kanker sel basal.
3)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya inflamasi.
4)
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ulkus
pada daerah tubuh.
5)
Ansietas berhubungan dengan perubahan
pada status kesehatan, kematian, nyeri.
6)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
NO
|
DIAGNOS
KEPERAWATAN
|
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Nyeri
berhubungan dengan lesi pada sel basal.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan rasa nyeri klien berkurang atau hilang
KH :
1. Skala nyeri 0
2. Pasien tampak rileks
3. Klien tidak mengeluh nyeri
|
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter
dan intensitas.
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
3. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
4. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti
nafas dalam
5. Kolaborasi pemberian obat (analgesik) sesuai
indikasi
|
1. Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan atau keefektifan intervensi
2. Untuk meneingkatkan relaksasi
3. Dapat mengurangi rasa nyeri pasien
4. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
5. Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan
relaksasi mental dan fisik.
|
2.
|
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan lesi pada kanker sel basal.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit pada klien
KH :
1.
Luka
klien bersih.
2.
Integritas
kulit klien kembali normal
|
1. Observasi luka,
catat karakteristik luka
2. Ganti balutan
sesuai kebutuhan, gunakan tehnik
steril.
3.
Bersihkan luka sesuai indikasi,
gunakan cairan isotonic Normal Saline 0,9 % atau
larutan antibiotik.
4.
Lakukan perawatan luka
5.
Evaluasi kerusakan jaringan
6.
Kolaborasi pemberian salep
|
1.
Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana
infeksi dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe penutupan luka (misal
penyembuhan pertama atau kedua), penyembuhan sempurna
2.
Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut pergantian dengan
sering menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
3.
Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post operasi atau
kontaminasi interpersonal
4.
Mempercepat proses penyembuhan
5.
Untuk mengetahui perkembangan selanjutnya
6.
Untuk mempercepat penyembuhan
|
3.
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya inflamasi.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda – tanda infeksi
KH :
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kalor,
dubor, tumor, dolor dan fungsiniolasia
8. TTV dalam batas normal
|
1. Kaji tanda – tanda infeksi
2. Pantau TTV terutama suhu tubuh
3. Ajarkan teknik aseptik pada pasien
4. Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke
pasien
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
|
1. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi
2. TTV merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum
pasien, perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu proses infeksi.
3. Meminimalisasi terjadinya infeksi.
4. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial.
5. Untuk mengurangi infeksi
|
4.
|
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan ulkus pada daerah tubuh.
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan citra tubuh
pada diri klien
KH :
1. Klien tidak mengeluh malu pada kondisinya
2. Klien tidak minder
3. Klien tampak percaya diri
|
1.kaji perubahan/kehilangan pada
pasien.
2.
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat kesehatan
3.
bersikap positif selama pengobatan.
4.
Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
|
1.
Episode traumatik membuat perasaan kehilangan aktual yang dirasakan
2.
Menentukan bantuan individual dan menyusun intervensi
3.
Meningkatkan hubungan kepercayaan antara pasien dengan perawat.
4.
meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien
|
5.
|
Ansietas berhubungan dengan perubahan
pada status kesehatan, kematian, nyeri.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
tidak terjadi ansietas pada diri klien
KH :
1. Klien tidak mengeluh cemas
2. Klien tidak takut
|
1.
Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.
2.
Jelaskan informasi tentang prosedur perawatan.
3.
Bantu kelurga untuk
mengekspresikan rasa cemas dan takut
4.
pertahankan kontak sering dengan
pasien
5.
Tingkatkan rasa tenang dan
lingkungan tenang
|
1.
pada awal pasien dapat menyangkal
dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.
2.
Agar klien dapat memahami tentang
kondisi penyakitnya
3.
keluarga mungkin bermasalah
dengan kondisi pasien atau merasa bersalah
4.
Memberikan keyakinan bahwa pasien
tidak sendiri
5.
Memudahkan istirahat dan
menghemat energi
|
6.
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
klien mengetahui informasi dan paham dengan penyakitnya
KH :
1. Klien menunjukan paham
2. Klien tidak terlalu banyak bertanya-tanya
|
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar.
2.
Diskusikan harapan klien untuk sembuh
3.
Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Basalioma.
4.
Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang penyakitnya
5.
Tinjau ulang aturan pengobatan khusus
|
1. belajar tergantung pada emosi dan
kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
2.
klien seringkali mengalami kesulitan dan memutuskan unuk pulang.
3.
untuk mendeteksi syarat indikatif kepatuhan dan membantu mengembangkan
penerimaan rencana terapeutik.
4.
membantu klien dalam memahami penyakitnya
5. Meningkatkan kemampuan untuk
mengatur peralatan diri dan menghindari reaksi/ intraksi obat
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. U, usia 50 tahun,
jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa Jawa, pendidikan SD,
pekerjaan swasta sebagai nelayan, alamat Jln. Pangeran silalahi No. 33 telanai
pura jambi, klien masuk RSUD RM Jambi diantar oleh anakanya dengan keluhan
adanya lesi kulit pada daerah pipi sebelah kanan seperti ‘’tahi lalat’’ yang
berubah warnanya menjadi kemerahan, gatal, sejak 2 tahun yang lalu atau saat
klien berumur 48 tahun, klien menganggap itu hanya gatal biasa saja, namun
gejala bertambah parah di sertai nyeri, berdarah, membesar atau timbul “tukak”
atau ulkus pada pipi kanan klien pada 2 minggu belakangan ini. Klien mengatakan
demam sejak 3 hari yang lalu. Klien juga mengatakan adanya luka yang tidak
sembuh-sembuh dan klien juga mengatakan takut dengan kondisi penyakitnya saat
ini.
Klien mengatakan takut
jika penyakitnya tidak bisa di sembuhkan, klien mengatakan takut dengan
prosedur pembedahan karena klien belum pernah di operasi. Klien mengatakan
sejak umur 35 tahun sudah menjadi seorang nelayan dan jarang menggunakan
pelindung wajah saat mencari ikan di tenggah laut. Klien mengatakan nyeri pada
bagian pipinya, klien mengatakan nyerinya seperti berdenyut-denyut dengan durasi ± 3 menit.
Dari hasil pengkajian
di dapatkan data tidak ada penurunan BB yang berarti, nafsu makan klien cukup
baik, tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan, daerah
luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan
bening, luka kira-kira berdiameter 5 cm dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk
ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler), jadi basalioma klien ini masuk
ke dalam klasifikasi nodulo-ulseratif, klien tampak bertanya tanya tentang
kondisinya, dari keterangan keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama seperti yang di alami oleh klien.
Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 180/90 mmHg, HR 98x/menit, RR
20x/menit, suhu 37,80C, skala nyeri 6, klien tampak meringis dan
gelisah, klien tampak memegangi area yang nyeri, konjungtiva anemis, akral teraba
hangat, ascites (-). Terapi saat ini yang didapatkan adalah analgesic dan antibiotik. Dilakukan pemeriksaan darah
lengkap : Hb 12 gr%, leukosit 10.100 mm3 , trombosit 170.000 mm3
. Pemeriksaan biopsi di temukan adanya zat karsinogenik (+ sel kanker).
A.
Asuhan
Keperawatan Klien Berdasarkan Kasus
Bangsal/ruangan : Bedah Tanggal Masuk : 12-09-2013
Nomor kamar : III B Tanggal Pengkajian : 12-09-2013
1.
Pengkajian
a.
Identitas
klien
1)
Klien
Nama
Klien : Tn. U
Umur : 50 Tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/bangsa : Jawa
Bahasa
yang digunakan : Indonesia
Pendidikan :
SD
Pekerjaan : Nelayan
Alamat
rumah : Jln.
Pangeran silalahi No. 33 telanai pura
jambi
2) Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Alamat
rumah : Jln.
Pangeran silalahi No. 33 telanai pura jambi
Hubungan
dengan klien : Anak
b.
Data
Medik
DiagnosaMedis
1.
Saat masuk : Basalioma
2.
Saat Pengkajian : Basalioma
c.
Alasan
Masuk Rumah Sakit
klien masuk RSUD
RM Jambi diantar oleh anakanya dengan keluhan adanya lesi kulit pada daerah
pipi sebelah kanan seperti ‘’tahi lalat’’ yang berubah warnanya, gatal, sejak 2
tahun yang lalu atau saat klien berumur 48 tahun, klien menganggap itu hanya
gatal biasa saja, namun gejala bertambah parah di sertai nyeri, berdarah,
membesar atau timbul “tukak” atau ulkus pada pipi kanan klien pada 2 minggu
belakangan ini. Klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu. Klien juga
mengatakan adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan klien juga mengatakan takut
dengan kondisi penyakitnya saat ini.
Klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak bisa di sembuhkan.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
klien mengatakan luka terasa nyeri, nyeri seperti
berdenyut-denyut dengan durasi ± 3
menit. Dari hasil pengkajian di dapatkan data
tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan,daerah
luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan
bening, luka kira-kira berdiameter 5 cm, jadi basalioma klien ini masuk ke
dalam klasifikasi nodulo-ulseratif. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
data TD 180/90 mmHg, HR 98x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,80C, skala
nyeri 6, klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak memegangi area yang
nyeri, konjungtiva anemis, akral teraba hangat. Pemeriksaan biopsi di temukan
adanya zat karsinogenik (+ sel kanker).
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien
mengatakan sejak umur 35 tahun sudah menjadi seorang nelayan dan jarang menggunakan
pelindung wajah saat mencari ikan di tenggah laut walaupun cuaca sangat panas. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
f.
Riwayat kesehatan keluarga
Berdasarkan
keterangan klien,tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Genogram
( 3 Generasi )
= laki-laki
= perempuan
= klien
= tinggal serumah
= meninggal
g.
Kebiasaan
Sehari-hari.
1.
Nutrisi
– cairan
a.
Keadaan
sebelum sakit
Klien mengatakan nafsu makan baik,
mual dan muntah tidak ada, makan 3 x sehari dengan porsi penuh, klien
mengatakan tidak ada pantangan, jenis makanan segar, tidak ada menjalani diet
tertentu, berat badan klien sebelum sakit 55Kg dengan jumlah minum
1500cc/24jam, jenis minuman air mineral, keluhan makan dan minum tidak ada.
b.
Keadaan
Sejak Sakit
Klien
mengatakan nafsu makan baik, mual dan muntah tidak ada, makan 3 x sehari dengan
porsi penuh, klien mengatakan tidak ada pantangan, jenis makanan segar, tidak
ada menjalani diet tertentu, berat badan klien sebelum sakit 55Kg dengan jumlah minum
1500cc/24jam, jenis minuman air mineral, keluhan makan dan minum tidak ada.
2.
Eliminasi
a.
Keadaan
sebelum sakit
Frekuensi BAB 1x sehari dengan warna feses kuning,bau khas dan
konsistensi lunak dengan bentuk normal, keluhan BAB tidak ada, frekuensi BAK
5-6x/hari dan warna urine kuning, volume urine 1200cc/24 jam.
b.
Keadaan
sejak sakit
Frekuensi BAB 1x dalam 2 hari,waktu BAB pagidengan warna kuning dan
bau khas, konsistensi lunak, keluhan BAB tidak ada, frekuensi BAK 4x kali/hari
dengan warna kuning, volume urine 800cc/24 jam dan bau urine khas.
3.
Aktivitas–latihan
a. Keadaan
sebelum sakit
Mandi,
berpakaian, kerapian, makan, buang air besar, buang air kecil, mobilisasi di
tempat tidur, ambulasi di lakukan dengan mandiri.
Kesimpulan:
bahwa sebagian besar aktivitas klien di lakukan dengan mandiri.
b.
Keadaan sejak sakit :
Mandi,
berpakaian, makan, buang air besar, buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur
dan ambulasi sebagian masih dapat di lakukan sendiri oleh klien.
Kesimpulan:
sebagian besar aktivitas klien
dapat
di lakukan dengan mandiri.
4.
Tidur- istirahat
a.
Keadaan sebelum sakit
Tidur
siang klien 2 jam, tidur malamnya 7 jam, kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
keluhan tidur tidak ada, Ekpresi wajah klien tidak mengantuk.Klien jarang menguapdan Palpebra klien sesuai warna kulit.
b.
Keadaan sejak sakit
klien tidur siang sekitar 1 jam.Klien tidur malam sekitar 5jam/hari.Klien tidak mempunyaai kebiasaan
sebelum tidur.Ekpresi wajah klien
tidak
mengantuk.Klien jarang
menguap dan
Palpebra klien berwarna
kecoklatan/sesuai warna kulit.
h.
Data
Psikologis
Persepsi
tentang penyakitnya klien menganggap penyakitnya sebagai sebuah cobaan dan
ikhlas menerimanya, wajah klien tampak
sedih, daya konsentrasi klien menurun, Klien tampak takut dengan penyakit yang
dideritanya.
i.
Data
Sosial
Tempat tinggal klien SulanjanaJambi, Hubungan dengan keluarga/kerabat baik, Hubungan dengan klien baik, Hubungan dengan perawat baikadat istiadat yang di anutJawa.
j.
Data
spiritual.
Agama yang dianut klien islam, klien menganggap agama sangat penting baginya
menurutya agama merupakan pedoman untuk hidup, klien juga tampak sering berdoa
untuk kesembuhanya.
k.
Pemeriksaan
fisik
1.
Keadaan sakit
Klien
tampak sakit sedang karena
nyeri yang dirasakan klien hanya beberapa saat saja dengan skala nyeri 6. Klien
masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
2.
Tanda
–tanda vital
Kesadaran
klien Kualitatif : Composmentis,
Kuantitatif: Respon motorik 6
Respon bicara 5
Respon membuka mata 4.
TD : 180/90mmHg,
RR: 20x/menit,
S: 37,8ºC, N: 98x/menit.
3.
Antropometri
TB
: 165
cm, BB: 50 kg,
IMT : 18,5 kg/m2.
4. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, rambut tumbuh subur,kulit
kepala bersih
dan tidak ada lesi atau benjolan.
Klien tidak mengeluh pusing.
5. Mata / penglihatan
Ketajaman
penglihatan normal, alis tipis, warna bulu mata hitam kondisi/distribusi merata, posisi normal, bentuk mata simetris, pupil bentuk bulat, kesamaan ukuran Isokor, warna hitam, reflek terhadap cahaya miosis, reflek pupil sama
basar, fisura palpera tampak melebar, konjungtiva anemis, bola
mata simetris, kornea dan iris tidak ada abrasi, kejernihan jernih, reflex kornea normal, peradangan tidak ada, TIO (tekanan
intra
okuler)17mmHg (normal,15-20mHg), keluhan penglihatan ada, alat bantu penglihatan tidak ada.
6. Hidung / penciuman
Bentuk hidung normal dan simetris, tidak
ada lesi dan pendarahan.
Tidak ada gangguan penciuman.
7. Telinga / pendengaran
Warna telinga sesuai dengan warna kulit, tidak ada
lesi, ada serumen. Fungsi pendengaran baik dan tidak mengguanakan alat bantu
pendengaran.
8. Mulut/pengecapan
Mukosa
bibir tampak kering dan pucat,
gigi klien lengkap,Tidak ada penggunaan gigi palsu, bau mulut khas,fungsi
mengecap mengunyah dan menelan baik.
9. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening, tidakadanya peningkatan tekanan Vena Jugularis.
10. Dada/Thorax
I : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
jejas
P :Taktil fremitus sama besar kiri dan kanan, tidak ada benjolan
P : Suara napas sonor
A:Kualitas
napas vesikular
dalam frekuensi 22x/menit, whezzing (-), ronchi (-)
11. Kardiovaskuler
I : Tidak terlihat iktus cordis
P : Tidak ada lesi/benjolan
P :Redup
A : S1 lup, S2 dup, dan tidak ada bunyi tambahan,
tidak ada gallop dan mur-mur
12. Abdomen/pencernaan
I : Bentuk simetris dan tidak ada lesi/benjolan
A : bising usus 8x/I ( normal 6-12 x/I )
P : ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
P : Tidak ada keluhan nyeri tekan, ascites (-)
13. Sistem Muskuloskeletal
5555
5555
5555
5555
1.
Kekuatan otot ekstermitas atas : 5 (baik)
2.
Kekuatan otot ekstermitas bawah : 5 (baik)
3.
Tonus otot : 5 (baik)
4.
Kaku sendi : tidak ada
5.
Atropi : tidak ada
6.
ROM : baik
7.
Trauma/lesi
: tidak ada
8.
Nyeri :tidak ada
9.
Refleks : normal
10. Kecacatan/deformitas : tidak ada
11. Fungsi nervus I s/d XII :
Nervus 1 (olfaktorius), Klien dapat membau makanan,dapat membedakan aroma dan bau. Nervus
2 (optikus) Klien dapat menggerakkan bola mata,otot mata normal,penglihatan
kiri dan kanan normal, jauh jarak pandang normal. Nervus 3 (occulomotorius) Klien dapat menggerakan bola mata secara bersamaan
seperti mengedip,menutup,membuka secara bersamaan. Nervus 4
(troclearis) Klien dapat menggerakkan bola mata untuk melirik bawah dan samping.
Nervus 5 (trigeminus) Untuk seluruh otot wajah tidak mengalami
kekakuan, Nervus 6 (obdusens) Mata
kiri/kanan mampu menggerakkan bola mata ke arah tengah dan menjauhkan sumbu
tubuh, Nervus 7 (facialis) Wajah klien simetris dan ketajaman pengecapan
baik. Nervus 8 (vestibular) Dapat menerima rangsangan suara dan kepala mampu berorientasi,
Nervus 9 (glosso
fharingeus) Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah
makanan. Nervus 10 (vagus) Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan, Nervus 11 (assesorius) Kemampuan mobilitas leher klien baik dan mampu
mengangakat bahu, Nervus 12 (hipoglasus) Lidah klien simetris dan indra
pngecapan tidak mengalami gangguan atau dapat mengecap dengan baik.
14. Sensasi
terhadap rangsangan
Rasa nyeri
dapat merasakan cubitan, rasa suhu dapat merasakan suhu panas dan dingin, rasa
raba dapat merasakan sentuhan.
15. Integument/kulit
Warna kulit
sawo matang, turgor kulit baik, kelembaban
lembab (kering), suhu kulit 37,80C, sianosis tidak ada, pucat
tidak ada, keadaan kuku pendek, kebersihan kuku bersih. Tampak pada kulit wajah
klien ada benjolan, benjolam sudah memecah dan adanya
luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan, daerah luka tampak kemerahan,
luka tampak sesekali mengeluarkan darah dan cairan bening, luka kira-kira
berdiameter 5 cm dengan
ketebalan luka 2,30 mm
dan masuk ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler). jadi
basalioma klien ini masuk ke dalam klasifikasi nodulo-ulseratif.
16. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan biopsy ditemukan adanya zat
karsinogenik
b. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb : 12
gr% (14-16 gr/dl)
2) Leukosit : 10.100
mm3(5000-10.000 mm3)
3) Trombosit :170.000mm3(150.000-450.000mm3)
4) Limfosit : 1000 ml3
17. Terapi
-
IVFD
RL 20 tetes/menit
-
Ketorolak 3x1
18. Dan
lain-lain
Rencana pembedahan, setelah pembedahan
akan diberikan terapi, seperti kemoterapi
Tanda Tangan Mahasiswa yang Mengkaji
Jambi,
Juli 2013
(
kelompok II)
ANALISA DATA
Nama Pasien :Tn. U
Umur :
50Tahun
NO.
|
DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1
2.
3.
4.
|
DS
:
-
klien mengatakan adanya luka pada pipi sebelah kanan
-
klien mengatakan lukanya di serati rasa gatal.
DO:
-
tampak adanya luka pada pipi sebelah klien
-
luas luka ±5 cm dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk
ke dalam stadium III (dermis papiler/retikuler).
-
luka tampak mengeluarkan darah dan cairan bening
-
pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik (+ sel kanker)
DS :
-
klien mengatakan luka pada pipinya sulit untuk sembuh
-
klien mengatakan luka pada pipinya mengeluarkan cairan bening,
kadang-kadang berdarah
-
klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu demam
DO :
-
suhu: 37,80c
-
leukosit:15.000 mm3
-
luka klien tampak kemerahan
-
luka tampak mengeluarkan cairan bening
-
pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik
DS
:
-
klien mengatakan luka nya terasa nyeri
-
klien mengatakan nyeri terasa berdenyut
-
klien mengatakan durasi nyeri ±3 menit,
DO
:
-
klien tampak meringis
-
klien tampak melindungi dan memegangi area nyeri
-
skala nyeri 6
DS:
-
klien mengatakan cemas akan kondisinya
-
klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak dapat di sembuhkan
-
klien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan karena klien belum
pernah di operasi
DO:
-
klien tampak gelisah
-
klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya
-
klien tampak cemas
|
Inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat
kanker pada kulit.
Proses inflamasi
Cidera jaringan
Pre.operasi
dan prognosis penyakit
|
Kerusakan integritas kulit
Resiko
tinggi infeksi
Nyeri
Ansietas
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nama
Pasien :Tn. U
Umur : 50Tahun
NO.
|
Tgl
Di Tegakan
|
Tgl
Teratasi
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PARAF
|
1
|
12-09-2013
|
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal
sekunder akibat kanker pada kulit ditandai dengan klien mengatakan adanya
luka pada pipi sebelah kanan klien mengatakan luka pada pipinya sulit untuk
sembuh, tampak adanya luka pada pipi sebelah kanan klien, luas luka ±5 cm
dengan ketebalan luka 2,30mm dan masuk ke dalam stadium III (dermis
papiler/retikuler). luka tampak mengeluarkan darah dan cairan bening.
|
|
2
|
12-09-2013
|
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan klien
mengatakan luka pada pipinya sulit untuk sembuh, klien mengatakanluka pada
pipinya mengeluarkan cairan bening, kadang-kadang berdarah, klien mengatakan
sejak 3 hari yang lalu demam, suhu: 37,80c, leukosit:10.100 mm3,
luka klien tampak kemerahan, luka tampak mengeluarkan cairan bening,
pemeriksaan biopsy + zat karsinogenik
|
|
3
4.
|
12-09-2013
12-09-2013
|
|
Nyeri
berhubungan dengan cidera jaringan di tandai dengan klien mengatakan luka nya
terasa nyeri, klien mengatakan nyeri terasa berdenyut, klien mengatakan
durasi nyeri ±3 menit, klien tampak meringis, klien tampak melindungi dan
memegangi area nyeri, skala nyeri 6
Ansietas
berhubungan dengan Pre.operasi nan prognosis penyakit di tandai dengan klien
mengatakan cemas akan kondisinya, klien mengatakan takut jika penyakitnya
tidak dapat di sembuhkan, klien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan
karena klien belum pernah di operasi, klien tampak gelisah, klien tampak
bertanya Tanya tentang penyakitnya, klien tampak cemas
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar